Wilton Gregory
Vortex - pilihan yang memuakkan
Tapi itu adalah kemenangan bagi sarang
homosexual dalam hierarki.
Sedikit perhatian sebelum kita mulai: Beberapa dari
ulasan Vortex kali ini agak kasar.
Konfirmasi kemarin oleh Vatikan tentang
pemilihan Uskup Agung Atlanta, Wilton Gregory, untuk menggantikan Kardinal
Donald Wuerl, si pembohong, yang ketahuan dan dipermalukan, sebagai uskup agung
Washington, D.C. amatlah memuakkan – sebagai sesuatu yang harus ditentang oleh
umat beriman di Washington
D.C.
Selama enam bulan hingga sekarang, umat beriman
telah mengadakan doa bersama di depan umum dan memohon kepada Roma untuk memilih
uskup yang baik, setelah terbukanya fakta menjijikkan tentang keterlibatan
Donald Wuerl dalam upaya menugaskan imam-imam homopredator, serta perbuatannya
yang berbohong tentang apa yang dia ketahui tentang McCarrick, dan kemudian
tertangkap-basahlah dia dengan berbagai kebohongannya itu.
Tetapi inilah cara kerja dari sarang
homoseksual di dalam Gereja. Para uskup homoseksual dan sekutu mereka di
keuskupan mempromosikan dan memajukan satu sama lain seperti dalam metode
bisnis, seperti biasa: untuk menutupi dosa dan kejahatan masing-masing begitu
mereka meninggalkan jabatannya.
Maka Wuerl sangat senang dengan bisa memasuki
dan mengambil kendali wilayah Washington D.C. dan sebagai imbalannya dia harus
bersedia melindungi punggung Card. McCarrick jika ada yang dipertanyakan atas
dirinya.
Namun apa yang tidak diantisipasi oleh sarang
homoseksual dalam hierarki Gereja itu adalah berita tentang beberapa dekade
pelecehan dan pencabulan seksual yang dilakukan oleh McCarrick dan predasi terhadap
para seminaris, telah menjadi publik.
Bagaimana pun juga mereka berusaha untuk
mencoba dan mencegah mencuatnya kasus memalukan ini, tetapi bendungan itu
akhirnya jebol juga dan segala macam berita miring muncul tidak hanya
melibatkan McCarrick, tetapi banyak dari kelompok mereka juga.
Tiba-tiba, kebohongan dan upaya untuk menutup-nutupi
itu terlihat oleh publik. Orang-orang seperti Wuerl, Tobin, Myers, Farrell dan
Cupich, semuanya ketahuan memiliki hubungan pribadi dengan McCarrick dan
kejahatannya menyebar ke seluruh halaman depan surat kabar di seluruh dunia.
Mereka masuk kedalam keadaan putus asa dan
melakukan apa pun yang bisa dilakukan oleh penipu seperti mereka itu. Mereka berbohong, berulang-ulang, di depan
umum.
Dan kemudian, Uskup Agung ViganĂ² mengungkap
kebohongan mereka dalam kesaksiannya pada musim panas dan musim gugur lalu (2018)
di mana dia menyebutkan nama-nama dan mengatakan bahwa Wuerl telah berbohong.
Tidak heran jika ada laporan bahwa ada bahaya terhadap hidupnya, dan karena itu
dia (Uskup Agung ViganĂ²) bersembunyi karena takut. Sarang homoseksual dalam
hierarki Gereja tidak akan berhenti sampai disini untuk melindungi diri mereka
sendiri.
Inilah yang membawa ingatan kita kembali kepada
Uskup Agung (homoseksual) Wilton Gregory, seorang anak didik homoseksual
Kardinal Joseph Bernardin dari Chicago, di mana Gregory adalah seorang pembantu
tingkat tinggi.
Bernardin mendirikan sebuah paroki-ramah-gay di
Resurrection, merayakan Misa gay sebagai misa pembuka di sana, dan dia sangat senang
dan puas melihat spanduk-spanduk gay yang bergantungan di dalam Gereja yang menghalangi
pandangan kepada salib Kristus.
Adalah paroki dan panji-panji gay inilah yang tahun
lalu yang membuat pastor Paul Kalchik, seorang pastor ortodox yang tetap setiap
kepada ajaran Kristus, terpaksa harus melarikan diri ke persembunyian setelah
dia dan beberapa umat menemukan dan membakar bendera-bendera gay (pelangi) di
dalam Gereja. Begitu juga pastor yang ditunjuk oleh Kardinal Joseph Bernardin
untuk bertugas di paroki Resurrection adalah seorang homoseks aktif yang
ditemukan tewas di pastorannya ketika sedang melakukan hubungan sex dengan mesin
(boneka) seks bertenaga listrik. Saat petugas membersihkan kamarnya,
ratusan kaset VHS gay-porno ditemukan disitu yang kemudian dibawa dan
dihancurkan oleh pihak keuskupan agung.
Kardinal Joseph Bernardin mendirikan kantor gay
resmi pertama di wilayah di Amerika Serikat, AGLO, yang masih sangat aktiv di
Chicago, dengan tujuan utama untuk menumbangkan Faith Katolik. Kardinal Joseph
Bernardin aktif memajukan dan mendorong para pria homoseksual aktiv untuk
memasuki profesi imamat maupun episkopat.
Berbagai sumber yang dapat dipercaya,
menunjukkan bahwa pada puncak dari apa yang disebut "Mesin
Bernardin," si Bernardin sendiri terbukti membekingi hampir 100 orang pria
untuk melayani para uskup yang gay, dan dengan begitu dia memegang kontrol
operasional Gereja untuk masuk ke sarang homoseksual di Amerika Serikat.
Kenyataannya, dalam banyak kasus, jika seseorang bukan menjadi bagian dari
sarang homosex ini, maka dia memiliki peluang sangat kecil untuk menjadi uskup
yang disahkan, atau jika dia berhasil melewati celah-celah itu, entah
bagaimana, dia tidak akan pernah menjadi terkenal karena Bernardin memiliki
suara kuat dan menentukan disitu - dan Bernardin punya banyak alasan. Dibawah
Bernardin inilah, Wilton Gregory (orang yang ditunjuk oleh Vatikan untuk
menjadi uskup agung Washington D.C.) dilatih dan kemudian dipromosikan melalui
sistem yang dibangunnya.
Ketika dia tiba di Atlanta pada tahun 2004,
tidak butuh waktu lama baginya untuk mulai "bermain gay" di keuskupan
agung, menerapkan apa yang telah dia pelajari dari kaki si ratu lebah di
Chicago. Dia secara rutin mengabaikan keluhan umat Katolik yang setia, tentang
partisipasi paroki Atlanta di dalam parade kaum gay.
Dia telah menyambut baik dan mempersembahkan
Misa untuk sebuah kelompok yang dikenal sebagai ‘Keluarga-keluarga Beruntung,’
sebuah kelompok "Katolik" pro-gay yang sama sekali menentang ajaran
Gereja tentang homoseksualitas. Hal ini dan serangkaian inisiatif gay lainnya
membuatnya benar-benar tidak cocok untuk bertugas di keuskupan agung, apalagi
untuk memimpin umat Katolik di Washington D.C. Catholic.
Dan pertimbangkan berikut ini: Cardinal Donald
Wuerl menjabat di Kongregasi Uskup-uskup di Roma. Pencalonan Gregory untuk
jabatan barunya tidak akan terjadi tanpa restu darinya.
Wuerl, selama bulan-bulan pasca-pengunduran
dirinya, telah berada di Roma hampir setiap minggu, di mana di antara hal-hal
lain, dia telah mengajukan petisi dan berkampanye agar Gregory menduduki
jabatannya sebelumnya.
Hal itu berarti, mengingat masa lalu kebohongan
dan penipuan Wuerl, Gregory memahami bahwa perannya selama empat tahun ke depan
sampai pengunduran dirinya yang wajib pada usia 75, yang kemudian harus dilepaskan,
adalah untuk menutupi kasus-kasus Wuerl.
Dengan apa yang tampak semakin mirip dengan
investigasi RICO Departemen Kehakiman AS, menjadi kenyataan, Gregory mungkin
akan segera mengalami ‘penyesalan pembeli’ pada penempatan terbarunya nanti. Tetapi
satu hal lain juga perlu dibuat. Dalam dua tahun lebih sedikit, Cardinal Donald Wuerl yang homosex, berbohong, menutup-nutupi, akan
memenuhi syarat untuk ikut memilih dalam konklaf. Tetapi pada usia 80, tidak
ada kardinal yang dapat memberikan suara.
Wuerl, dalam membawa Gregory kepada jabatan sebelumnya,
tidak hanya menjamin keamanan punggungnya sendiri agar tetap tersembunyi, ketika
para pengacara AS mulai mengintipnya, tetapi hal itu juga berarti bahwa pada
konsistori berikutnya, Gregory kemungkinan besar akan dijadikan seorang
kardinal oleh Paus, karena dia adalah uskup agung DC, dengan demikian
memastikan bahwa seorang anggota sarang homoseksual akan terus mempertahankan
kursinya di konklaf berikutnya.
Siapa pun yang berpikir bahwa
semua ini akan segera berlalu, dia tidak bisa memahami kenyataan dari situasi
ini. Sarang kebusukan homosex sudah di kontrol, dan untuk mengharapkan
perubahan dan koreksi dari dalam adalah hal yang naif.
No comments:
Post a Comment