Archbishop
Carlo Maria Viganò at the Rome Life Forum on
May 18,
2018.Steve Jalsevac / LifeSiteNews
USKUP AGUNG VIGANO: PAUS SEDANG
MENUNDUKKAN GEREJA KATOLIK KEPADA KEKUATAN-KEKUATAN BESAR YANG MENGHENDAKI
SEBUAH PEMERINTAHAN DUNIA
21 November 2019 (LifeSiteNews) - Selama dua puluh abad, Gereja Katolik telah memiliki
iman kepada Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat, yang telah disampaikan kepada
kita secara utuh, ketika gereja menerimanya dari para Rasul dan Bapa Gereja
dengan ongkos darah para Martir, dan oleh kesaksian para Pengaku Iman dan para
Orang Kudus yang tak terhitung banyaknya dari segala macam orang dan dari semua
bahasa. Iman ini telah diturunkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka, oleh
para imam dan kaum religius. Iman itu telah disebarkan oleh para misionaris
yang bersemangat ke setiap benua di dunia, di bawah bimbingan para penerus
Rasul Petrus yang telah menjamin kesatuan Mempelai Kristus dengan mengukuhkan
saudara-saudara di dalam iman. Tetapi dengan paus Francis ini, kami dengan perasaan
yang sangat sakit sekali mengakui betapa sangat memecah-belah dan merusak
pelayanannya selama ini.
Melalui deklarasi yang dia tandatangani di Abu Dhabi, di mana
dia menyatakan bahwa "Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis
kelamin, ras dan bahasa adalah dihendaki
oleh Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya," dan dengan sekian banyak kecaman yang
dilontarkannya terus-menerus atas apa yang dia sebut sebagai ‘proselitisme,’
paus Francis tidak hanya telah menghina setiap dorongan misionaris, tetapi dia juga
telah menolak mandat yang diberikan oleh Kristus kepada semua Rasul: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman." (Mat 28: 19-20).
Strategi paus saat ini disamarkan melalui berbagai tipu daya
dan kebohongan, dan disembunyikan oleh banyak sikap diamnya, ketika ditemukan
niatnya yang menyimpang hingga menyulut kebingungan besar di antara umat beriman,
sementara dia banyak dipuji-puji oleh para musuh Gereja.
Sinode Amazon adalah merupakan bagian dari desain yang jauh
lebih besar dan tersembunyi. Itu tidak lain adalah sebuah elemen yang sangat mengganggu,
dari sebuah proyek besar, yang dikembangkan di bawah naungan Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan didukung oleh kekuatan finansial dan Masonik dunia. Bagaimana
kita dapat menjelaskan bahwa berhala Pachamama dihadirkan di tengah sinode,
melalui sebuah inisiatif PBB, dalam teks-teks yang dirancang untuk memberi indoktrinasi
ideologis kepada umat beriman?
‘Semuanya berdiri bersama dan saling menyatu bersama.’Ini
tidak lain adalah sebuah ilmu palsu yang didirikan di atas dugaan pemanasan global
yang akan menimbulkan bencana, yang terutama disebabkan oleh tingkah manusia;
sebuah ekologi integral yang menempatkan di pusat penciptaan bukan manusia yang
diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, dan dipanggil untuk berbagi kehidupan
ilahi dalam keabadian yang diberkati dengan Penciptanya, tetapi Bumi Pertiwi ‘yang
ilahi,’ yaitu Pachamama, dari mana manusia ditarik dan ke mana ia harus
kembali. Dari sudut pandang ini, oleh karena itu, bahkan penyembahan berhala juga
dihendaki oleh Allah, dan Paus Francis merayakannya di hadapan dunia, mencemarkan
tempat yang paling suci di Roma Kristiani - basilika yang dibangun di atas makam
Rasul Petrus.
Selama Sinode Amazon barusan, sebuah tindakan sakrilegi yang sangat
besar telah dilakukan melalui perayaan yang diadakan di Taman Vatikan dan
penampilan Pachamama di San Peter dan Santa Maria di Traspontina. Penyembahan
kepada Allah yang hidup dan yang sejati, yang diwahyukan dan dimanifestasikan
dalam Yesus Kristus, yang dipuja dan diakui oleh Gereja Katolik selama dua rubu
tahun ini, telah dicemarkan oleh unsur-unsur yang sangat menyembah berhala dan
sinkretistik.
Penyembahan berhala itu merupakan serangan paling serius yang
dilakukan terhadap Kemuliaan Ilahi. Para martir telah mencucurkan darah mereka
dan membayar perlawanan mereka terhadap penyembahan berhala melalui nyawa mereka.
Para martir yang sama yang telah membasahi dan menguduskan bumi Roma berhala kuno,
baru saja menyaksikan tindakan mulia mereka dinodai oleh perayaan penghormatan kepada
Pachamama.
Kitab Suci Perjanjian Lama mengajarkan kepada kita bahwa
penyembahan berhala adalah perbuatan yang tidak tahu malu dan pelacuran, itu
adalah pencemaran atas perjanjian pernikahan yang telah dilakukan Allah dengan
umat-Nya.
Santo Paulus, memperingatkan umat kristiani awali di
Korintus: “Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa
persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan
dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam
perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu
Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?” (1 Kor 10: 19-22).
Gereja Katolik, bukannya waspada dan menolak ancaman yang datang
dan menggelapkan cakrawala seluruh umat manusia, tetapi Gereja Katolik justru menyerahkan
dirinya untuk melayani sebagai pengeras suara bagi ideologi utopis dan
anti-Kristus, dengan cara tunduk secara mengerikan kepada kekuatan-kekuatan besar
yang mendominasi kancah dunia dan Gereja Katolik secara aktif mempromosikan
proses perubahan besar yang ditujukan untuk membentuk sebuah Pemerintah Dunia.
Di hadapan skenario seperti itu, di mana kelangsungan hidup
Gereja Katolik sangat terancam, di hadapan begitu banyak perbuatan tercela dan
pernyataan oleh Paus, ada seratus cendekiawan telah menyusun Deklarasi yang
meminta "dengan hormat agar Paus Francis secara terbuka dan tanpa
ambiguitas untuk bertobat dan untuk memperbaiki kerusakan ini." Saya
merasa sudah menjadi tugas saya untuk menyatukan suara saya dengan mereka.
Dengan cara yang sama, semua uskup dan kardinal Gereja Katolik harus merasa
berkewajiban untuk "melakukan koreksi persaudaraan kepada Paus Francis
atas semua skandal ini."
"Ya Allah, melalui rahmat Engkau telah memanggil kami
untuk menjadi anak-anak terang; jangan biarkan kami diselimuti oleh kegelapan
kesalahan ini, tetapi buatlah kami selalu berada dalam kebenaran-Mu, guna menerangi
gelapnya malam dunia ini." (Dari
liturgi Ambrosian hari ini).
Datanglah, Tuhan Yesus! Tunjukkanlah
kuasa kerajaan-Mu atas Gereja dan dunia! Janganlah mengabaikan permohonan dari Mempelai-Mu
ini, Gereja-Mu, dan janganlah mengabaikan harapan kami. Dan jika Engkau tidak berkenan
mengabulkan permhonan kami, biarlah kami menunggunya terus dengan ketekunan,
kesetiaan dan kasih.
No comments:
Post a Comment