Wednesday, July 29, 2020

Uskup Agung VIGANÒ: RENCANA UNTUK MENDIRIKAN SEBUAH TATA DUNIA BARU...


Archbishop Carlo Maria Viganò speaks at the Rome Life Forum in May 2018

 


Uskup Agung VIGANÒ:
RENCANA UNTUK MENDIRIKAN SEBUAH TATA DUNIA BARU HARUS
DIBUKA KEDOKNYA, DIPAHAMI DAN DIUNGKAPKAN



"Gagasan untuk mendirikan Tata Dunia Baru, di mana negara-negara dan warga masyarakat biasa melihat identitas mereka dicuri oleh para elit yang berkuasa mungkin tampak tidak masuk akal pada beberapa tahun yang lalu."

Thu May 14, 2020 - 2:39 pm EST 


By Archbishop Carlo Maria Viganò


14 Mei 2020 (Veritasliberabitvos)  - Pada 8 Mei 2020, tiga orang Kardinal dan sembilan Uskup, bersama dengan banyak dokter, jurnalis, pengacara, pemikir, dan profesional dari seluruh dunia meluncurkan seruan untuk meningkatkan kesadaran publik di antara orang-orang, pemerintah, ilmuwan dan media, tentang bahaya serius terhadap kebebasan individu yang disebabkan oleh dan selama penyebaran Covid-19.

Bahaya-bahaya ini telah dirasakan lebih parah di beberapa negara daripada negara yang lain, tetapi perhatian umat Katolik dan orang-orang yang berkehendak baik seharusnya disebarkan kemana-mana sehingga kita semua dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi: jika kita hanya melihat sisi kesehatan saja dari epidemi ini - dan tidak bisa memahami implikasi sosial, ekonomi, politik, dan religiusnya – maka kita semua akan berada di jalan menuju sebuah masa depan di mana pemerintah-pemerintah dan hierarki Gereja akan ditarik oleh kekuatan dan kekuasaan yang menganggap bahwa tidak ada otoritas yang lebih tinggi daripada diri mereka sendiri, dan yang tujuan mereka adalah sangat tidak jelas.

Gagasan dan rencana untuk mendirikan sebuah Tata Dunia Baru di mana negara-negara dan warga biasa akan melihat identitas mereka diambil begitu saja oleh kaum elit yang kuat, mungkin tampak tidak masuk akal pada beberapa tahun yang lalu. Namun sekarang semua rencana ini sedang dilaksanakan, dan memang, hal itu pada awalnya didorong sebagai hal yang baik bagi masyarakat dan individu. Rencana-rencana ini, sebagaimana dipromosikan oleh kelompok-kelompok elit internasional, harus dibuka kedoknya, dipahami, dan diungkapkan. Dalam masa-masa biasa, hal itu akan menjadi tugas dari media, untuk membuat kita masing-masing sadar akan apa yang terjadi sehingga kita dapat berbicara menentangnya, sebagai orang beriman, secara individu dan anggota suatu komunitas.

Ini adalah tujuan dari Seruan ini: untuk memecah keheningan media massa yang kita lihat saat ini, terutama dalam hal kurangnya diskusi tentang kebebasan dan hak individu. Kebebasan ini sekarang sedang dibungkam, disensor dan dikendalikan. Kami juga ingin meminta anggota komunitas ilmiah untuk membahas masalah ini tanpa tekanan yang diterapkan oleh kepentingan ekonomi atau ideologis, dan untuk mengingatkan pemerintah-pemerintah tentang tanggung jawab mereka demi kebaikan semua.

Seruan ini telah menyulut sejumlah diskusi dan debat. Di Jerman, banyak Uskup hanya berbicara tentang "teori konspirasi," dan mereka telah gagal sepenuhnya untuk menyangkal salah satu dari klaim kami. Dengan demikian mereka telah ikutan naik ‘kereta ideologi’ yang sedang berjalan saat ini. Selama wawancara baru-baru ini dengan majalah mingguan Katolik Jerman Die Tagespost, Cardinal Müller (salah satu penandatangan Seruan ini) dengan berani mengatakan bahwa "tren modern adalah menuduh siapa pun yang berpikir sesuatu dengan cara yang berbeda, sebagai seorang penganut teori konspirasi."

Cardinal Müller juga mengatakan:

Mereka yang tidak bisa membedakan antara kesesuaian dan bahaya globalisasi, akan menyangkal kenyataan ini. Ketika Alberto Fujimori menjadi presiden Peru, saya berbicara dengan banyak wanita dan pria yang telah disterilisasi tanpa disadari, dan yang telah ditipu dengan sejumlah besar uang dan janji-janji tentang perawatan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Apakah ini semacam teori konspirasi? Hal yang sama harus dikatakan tentang tuduhan teori konspirasi mengenai diskusi vaksinasi atas tujuh miliar orang, meskipun vaksin itu belum diuji dengan benar dan hak-hak dasar warga negara dapat diabaikan bagi siapa pun yang menolak divaksinasi. Tidak ada orang yang dapat dipaksa untuk percaya bahwa beberapa orang dermawan miliarder memiliki rencana terbaik untuk meningkatkan segala sesuatu di seluruh dunia hanya karena mereka telah mampu mengumpulkan uang dalam jumlah sangat besar.

Kami telah mendengar hal yang sama dari Uskup Agung Athanasius Schneider: “Sungguh menakjubkan bahwa Gereja, politik, dan pendirian media massa, sebagian besar berusaha untuk mendiskreditkan - sejalan dengan tren arus utama - kegelisahan yang diungkapkan dalam Seruan ini, dengan argumen mereka yang asal comot saja dari teori konspirasi, sehingga setiap perdebatan lebih lanjut segera ditolak dan diabaikan. Saya ingat reaksi dan bahasa yang sama di bawah kediktatoran Soviet, ketika para pembangkang dan pengkritik terhadap ideologi utama dan rezim politik, dituduh terlibat dengan 'teori konspirasi' di barat kapitalis (lihat di sini)."

Harus juga dikatakan bahwa Seruan ini, meski banyak kritik yang dibuat oleh mereka yang ingin menutupi keganjilan yang tak terhitung jumlahnya dalam hal-hal yang dapat kita saksikan dengan mata kita sendiri, telah didukung oleh banyak umat awam yang penting serta banyak perwakilan terkemuka dari dunia sains dan media. Robert Francis Kennedy Jr telah berbicara mendukung Seruan ini. Dalam waktu kurang dari satu minggu Seruan telah mengumpulkan hampir 40.000 tanda tangan, dan sekarang sedang dibaca di dunia Timur.

Jelas bahwa ada keretakan yang dalam di antara Hierarki, dan Seruan ini telah membuat kita semua melihat hal ini. Bukti ini dapat dilihat pada alasan kaum globalis yang jelas untuk mengadakan Hari Doa untuk Kemanusiaan yang diprakarsai oleh Komite Persaudaraan di Uni Emirat Arab yang meminta agar pandemi dan segala efeknya segera berakhir, yang segera disejutui oleh Takhta Suci.

Tren ini, yang baru-baru ini diratifikasi dalam Deklarasi Abu Dhabi, jelas mengambil inspirasi dari ideologi kaum relativis di balik pemikiran paham masonik. Karena itu sama sekali tidak ada ‘aroma’ Katolik di dalamnya, dan sangat mengkhawatirkan bahwa Gereja telah membiarkan dirinya digunakan sebagai "kepanjangan-tangan" oleh Tata Dunia Baru (yang benar-benar dan sepenuhnya anti-Katolik).

*****




No comments:

Post a Comment