VATICAN tentang PANDEMI: seakan ‘tuhan telah mati’
by Jules Gomes •
ChurchMilitant.com • July 23, 2020
Kata ‘Tuhan,’ ‘Kristus’ atau ‘Gereja’ tidak
disebutkan sama sekali dalam meditasi Vatikan sepanjang 4.000 kata.
VATICAN
CITY (ChurchMilitant.com) - Sebuah dokumen
Vatikan yang baru terbit, sepanjang 4.000 kata, tentang pandemi virus
Wuhan, telah banyak mengundang celaan karena dokumen itu sama sekali tidak
menyebut kata ‘Tuhan,’ ‘Yesus Kristus,’ ‘Gereja,’ ‘Injil,’ ‘Alkitab’ atau ‘sakramen-sakramen.’
Dokumen
Vatikan itu yang sama sekali tidak berisi ajaran Katolik secara eksplisit, adalah
laporan singkat mengenai koronavirus dari Akademi Kepausan untuk Kehidupan,
yang diterbitkan hari Rabu, berjudul: "Humana Communitas in the Age of Pandemic: Untimely Meditations on
Life's Rebirth."
Abp.. Vincenzo
Paglia, president, Pontifical Academy for Life
Menyalahkan
pandemi virus Wuhan atas "kerusakan bumi kita dan penghancuran nilai
intrinsiknya" dokumen Vatikan itu bertanya "perubahan pemikiran dan
tindakan apa yang kita siapkan dalam tanggung jawab kita bersama untuk keluarga
umat manusia?"
Dokumen
itu sama sekali tidak menyerukan "pertobatan kepada Kristus" tetapi
mengajak pembaca untuk melakukan "pertobatan moral" dan
"pertobatan" yang ditujukan kepada "tanggung jawab kita."
Hanya
dua kali dokumen delapan halaman kepausan itu menyebutkan kata
"spiritual," menjelaskan bahwa dalam "wajah kematian yang paling
tragis," para korban virus telah mengalami "kesepian karena pemisahan
fisik dan spiritual dari semua orang," bahkan mereka tidak dapat menerima
"penguburan yang layak."
Pandemi
"adalah gejala dari kelesuan bumi kita dan kegagalan kita untuk bersikap peduli;
lebih lagi, ia adalah suatu tanda kelesuan spiritual kita sendiri," kata
dokumen itu, mengutip ensiklik ramah lingkungan Paus Francis, Laudato Sí.
Berbicara
kepada Church Militant, penulis populer Dcn. Nick Donnelly berkata
bahwa "Renungan Kepausan untuk Meditasi Kehidupan tentang COVID-19 adalah
dokumen yang hanya layak bagi filsuf atheis Friedrich Nietzsche, karena menurut
Nietzsche, Tuhan sudah mati."
"Tidak
ada penyebutan kata atau nama Tuhan, penyebutan tentang Allah kita, tidak ada penyebutan
tentang Roh Kudus, penyebutan tentang Kerajaan," keluh wartawan dan
komentator itu. "Sebaliknya,
dokumen Vatikan itu bahkan melangkah lebih jauh dengan menyangkal asal usul
kita sebagai ciptaan Tuhan dan tujuan supernatural kita di Surga dengan
pernyataan ala Luciferian dan nihilistiknya: 'Kita muncul dari sebuah malam
yang asal-usulnya misterius ... Sudah terlambat bagi kita untuk belajar
menyetujui kegelapan dari mana kita berasal, dan ke arah mana akhirnya kita
akan kembali.' "
Renungan Kepausan untuk
Meditasi Kehidupan tentang COVID-19 adalah dokumen yang hanya layak bagi filsuf
atheis Friedrich Nietzsche, karena karena menurut Nietzsche, Tuhan sudah
mati." Tweet
"Dokumen
Vatikan ini berbunyi seperti aliran arus omong kosong yang mengoceh serta penolakan
terhadap Tuhan yang dapat membuat Anda takut dan menduga bahwa orang [yang
menulisnya] telah kerasukan," kata Dcn. Nick Donnelly mengkritik.
Dokumen
Vatikan ini berkutat pada perampasan "kegembiraan dari pelukan, kebaikan dari
berjabat tangan, kasih sayang dari ciuman," tetapi dokumen itu gagal untuk
memasukkan suara-suara umat Katolik yang setia yang telah berulang kali
mengungkapkan rasa kesedihan mereka karena dirampas hak mereka untuk
mendapatkan sakramen-sakramen, Misa Kudus. dan partisipasi secara teratur dalam
ibadat.
"Selain
dilarang menerima sakramen-sakramen melalui penutupan gereja-gereja serta tidak
adanya bantuan para pastor selama pandemi, maka tanggapan dokumen Vatikan kali
ini bisa diartikan sebagai tindakan menjauhkan umat beriman dari Firman
Tuhan," demikian kata Donnelly.
Menganggap memiliki tempat istimewa di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), "Humana Communitas" menyerang "pikiran sempit kepentingan pribadi nasional yang telah membuat banyak negara membenarkan kebijakan kemerdekaan dan isolasi dari negara-negara lain untuk diri mereka sendiri," seolah-olah pandemi ini dapat dihadapi tanpa strategi global yang terkoordinasi "- sebuah referensi yang mungkin ditafsirkan sebagai polemik terhadap Presiden AS Donald Trump dan penarikan diri Amerika dari WHO.
Dokumen
itu diakhiri dengan mengutip nasihat apostolik Paus Fransiskus Querida Amazonia, yang mengungkapkan
harapan bahwa "mimpi yang baru-baru ini dibayangkan untuk kawasan Amazon
dapat menjadi mimpi universal, mimpi bagi seluruh planet untuk "mengintegrasikan
dan mempromosikan semua penghuninya, memungkinkan mereka untuk menikmati
'kehidupan yang baik.' "
Akademi Kepausan Di Bawah Kecaman
Di
bawah kepausan saat ini, Akademi Kepausan untuk Kehidupan telah mendapat banyak
kecaman karena menunjuk seorang eugenicist yang terlibat dalam penelitian sel
induk, seorang filsuf pro-aborsi, seorang eugenicist pro-aborsi lainnya dan
seorang imam pro-aborsi, yang juga mendukung eutanasia dengan cara membuat
pasien kelaparan hingga mati, demikian Church Militant melaporkan.
Uskup
Agung Vincenzo Paglia, presiden akademi itu, telah mengejutkan umat Katolik
yang setia tahun lalu dengan mengklaim bahwa adalah bidaah jika mengatakan
bahwa Yudas berada di dalam Neraka. Berarti dia tidak percaya bahwa Yudas
berada di dalam neraka.
Pada bulan
Maret, Paglia memberi Paus Francis sebuah dokumen tentang virus Wuhan berjudul "Global Pandemic and Universal
Brotherhood."
Dokumen
sebelumnya telah mengajak umat Kristiani untuk "bersaksi" atas "Yesus
yang Bangkit" dan mendengarkan Kitab Suci. Dan dokumen ini menyerukan
"doa pengantaraan" dalam menghadapi pandemi, dengan mengamati bahwa
"ajakan untuk melakukan doa pengantaraan dari umat beriman adalah tempat
di mana kita dapat berdamai dengan misteri kematian yang tragis."
Ini
juga mengutip surat St. Paulus kepada orang-orang Romawi yang menyatakan bahwa
"seluruh ciptaan" sedang menjalani "rasa sakit melahirkan."
Pope Francis
addresses the Pontifical Academy for Life
"Paus
menyampaikan kepada saya dua keprihatinannya - bagaimana membantu sekarang,
terutama mereka yang paling lemah; dan untuk masa depan, bagaimana keluar dari
(krisis) ini yang diperkuat dalam solidaritas, termasuk pada tingkat
global," kata Paglia, dimana hal ini mendorong para pengamat Vatikan
menyimpulkan bahwa dokumen kedua kemungkinan besar disusun sebagai tanggapan
atas instruksi khusus dari Paus Francis.
"Dokumen Vatikan
ini berbunyi seperti aliran arus omong kosong yang mengoceh serta penolakan
terhadap Tuhan yang dapat membuat Anda takut dan menduga bahwa orang [yang
menulisnya] telah kerasukan." Tweet
Menggambarkan
dokumen terbaru ini sebagai "perspektif mengejutkan Vatikan tentang
pandemi," koresponden Vatikan, Phil Lawler (penulis buku The
Lost Shepherd), mengatakan
bahwa hal itu "sangat memalukan bagi umat beriman Katolik." Lawler
mengecam deklarasi itu sebagai latihan dalam "perenungan hambar" yang
merupakan "sikap sentimental (dan terlalu bertele-tele)."
"Akademi
Kepausan untuk Kehidupan, Anda tahu, menganggap pandemi ini sebagai hukuman
atas dosa manusia terhadap lingkungan,"
katanya. "Jelas itu bukan pernyataan ilmiah. Tapi itu bisa dianggap
sebagai klaim agama jika agama yang dimaksud adalah paham environmentalisme
(agama lingkungan hidup)."
"Ini
jelas merupakan panggilan kepada pertobatan ideologis, bukan pertobatan agama,"
katanya.
*****
ReplyDeletemenang berapapun di bayar
ayo segera bergabung bersama kami di bandar365*com
WA : +85587781483