MAIKE
HICKSON
KARDINAL MÜLLER MENCELA GREAT RESET
https://www.lifesitenews.com/blogs/cardinal-mueller-decries-the-great-reset
Kardinal Müller
memperingatkan bahwa tujuan dari kekuatan yang baru bergabung ini – yang
merupakan kolaborasi antara entitas kapitalis besar dengan China - adalah
'kendali mutlak atas pemikiran, ucapan, dan tindakan manusia.'
Fri Feb 5,
2021 - 3:37 pm EST
·
PATRICK CRAINE / LIFESITENEWS
5 Februari 2021 (LifeSiteNews) - Kardinal Gerhard Müller, prefek emeritus
dari Kongregasi untuk Doktrin Iman, baru-baru ini memberikan komentar
kepada Edward Pentin dari National
Catholic Register tentang diskusi terkini, tentang Great Reset, seperti
yang dipromosikan oleh Davos World Economic Forum (WEF). Dalam konteks ini,
kardinal menyampaikan peringatan yang serius bahwa dia melihat penggabungan
organisasi-organisasi kapitalis Barat dengan China, membentuk
"kapital-sosialisme terpadu" yang baru.
Pada tanggal 29 Januari 2021, prelatus Jerman
itu mengatakan kepada Pentin bahwa dua pihak -- "kapitalisme yang
mengambil untung, raksasa teknologi besar dari negara-negara Barat" dan
"komunisme Republik Rakyat China" -- saat ini sedang "menyatu
dan bergabung menjadi sosialisme-kapitalis yang bersatu, dan "menghasilkan"
kolonialisme baru." Dengan komentar ini, Kardinal Gerhard Müller tampaknya
menyiratkan bahwa kita sedang menyaksikan saat ini adanya penggabungan kekuatan-kekuatan
finansial besar dengan negara-negara Komunis - terutama China - yang bertujuan
untuk menguasai dunia melalui kekuatan kapitalisme global, sementara massa ditekan
di bawah sistem masyarakat sosialis, dikendalikan dan ditindas oleh negara. Orang
diingatkan di sini tentang tanggapan baru-baru ini dari negara-negara Barat
terhadap krisis korona yang menyebabkan penindasan terhadap banyak sekali kebebasan
manusia, dengan alasan krisis kesehatan. LifeSite
telah menghubungi Kardinal Müller, memintanya untuk menjelaskan lebih lanjut
tentang masalah ini. Kami akan melaporkan komentarnya jika kami telah menerimanya.
Great Reset adalah program baru yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF) yang
menggunakan krisis virus corona saat ini sebagai alasan untuk menyetel kembali
cara kita hidup, sebagai manusia yang hidup bersama di bumi ini. WEF mengklaim
di situs webnya, bahwa "perubahan-perubahan yang telah kami lihat sebagai
tanggapan terhadap COVID-19, membuktikan bahwa pengaturan ulang atas fondasi ekonomi dan sosial kita adalah mungkin."
Mengingat krisis ekonomi dan lingkungan yang telah diprediksikan, WEF
mengusulkan bahwa "kita harus membangun fondasi yang sama sekali baru
untuk sistem ekonomi dan sosial kita." Bagaimana penyetelan-ulang
masyarakat kita dilihat di mata para pemain keuangan dan ekonomi global ini
(klik di sini untuk melihat daftar
peserta pada pertemuan WEF 2020 di Davos, Swiss) dapat dilihat dalam video mereka sendiri
(WEF) yang berjudul "Delapan Prediksi untuk Dunia pada 2030."
Video ini
memprediksi bahwa ke depan nanti "Anda tidak akan memiliki apa-apa, namun Anda
akan bahagia. Apa pun yang Anda inginkan, Anda akan menyewa dan itu akan
dikirimkan kepada Anda dengan drone." Di samping usulan penghapusan
kepemilikan pribadi – yang merupakan tujuan khas dari ideologi sosialis /
komunis -- WEF juga menginginkan matinya nilai-nilai Barat yang jelas-jelas
didasarkan pada agama Kristen: "Nilai-nilai Barat akan diuji sampai titik
puncaknya." Kita harus bertanya: jenis nilai apa yang akan menggantikan
"nilai-nilai barat" itu, dan dari mana asalnya.
Dengan latar belakang seperti ini, komentar
Kardinal Müller menjadi sangat penting, karena dia telah menelanjangi program ideologis baru ini untuk
dunia kita.
Sementara Kardinal Müller menyambut orang-orang
dari bidang ekonomi dan politik untuk berkumpul dan membahas masalah-masalah
penting, kardinal Jerman ini juga bertanya-tanya tentang “citra kemanusiaan” macam
apa yang ingin diwujudkan oleh WEF. Pada saat yang sama, kardinal Müller memperingatkan
bahwa tujuan dari kekuatan yang baru bergabung ini – yang berupa kolaborasi
antara entitas kapitalis besar dengan China - adalah "kendali mutlak atas pemikiran, ucapan, dan tindakan manusia."
Komentar Kardinal Müller menunjukkan pentingnya
dunia digital saat ini dan bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan manusia. Di
sisi lain, dia melihat bahwa "manusia
yang dihomogenisasi (disamaratakan)" sedang diciptakan, dan bahwa orang
seperti itu "dapat dikendalikan dengan lebih mudah."
“Dunia homo digitalis a la Orwellian telah dimulai,” katanya.
“Melalui pengarusutamaan, maka kesesuaian total dari kesadaran massa harus
dicapai melalui media.” Di sini Kardinal Müller merujuk pada penulis Prancis
abad ke-19 Gustave Le Bon yang meramalkan situasi seperti ini dalam bukunya The Psychology of
Crowds.
Kardinal Müller juga menolak gagasan bahwa
kritik terhadap Great Reset dan rencana ideologisnya hanyalah "teori
konspirasi" dan menambahkan bahwa sebuah sistem totaliter "selalu
merendahkan kritik apa pun dan dituduh sebagai konspirasi dan subversi."
Dia merujuk dalam berbagai komentarnya yang berisi banyak peringatan tentang
pemerintahan totaliter di abad ke-20 dan menjelaskan bahwa mereka "hampir
tidak dapat didiskreditkan sebagai teori konspirasi, karena perkembangan
politik yang nyata telah membuktikannya benar."
Kardinal Müller memperingatkan kita untuk tidak
menerima begitu saja janji-janji Great Reset dan program-program serupa dari berbagai
yayasan yang sangat kaya, bukan sebagai upaya yang tidak bersalah, tetapi prelatus
Jerman itu menyatakan bahwa “Kepercayaan buta terhadap sikap kemurahan hati para
pemimpin Yayasan Besar dan Masyarakat Terbuka, hanya mungkin terjadi jika orang
mau menolak realitas sepenuhnya."
Kardinal Jerman ini, dan mantan uskup
Regensburg, Jerman, menunjukkan bahwa di masa lalu telah ada berbagai upaya
untuk menciptakan-kembali manusia dan menciptakan dunia yang baru. Upaya ini selalu berubah menjadi gerakan totaliter.
Kapan pun manusia ingin "menciptakan kembali dan menata-ulang dirinya
sendiri," katanya kepada Pentin, maka sebuah monster telah diciptakan
sebagai gantinya, dengan mengutip sebagai contoh "eksperimen atas manusia
yang mengerikan" dari Uni Soviet komunis yang bertepatan dengan revolusi
industri.
“Hal itu seharusnya meyakinkan kita,”
tambahnya, “bahwa utopia atau angan-angan sebuah surga di bumi, dalam bentuk
apa pun, selalu akan menghasilkan kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan
(penolakan terhadap kebebasan orang atau pihak yang tidak setuju, penghancuran
terhadap tenaga kerja, pengurangan populasi dengan melalui aborsi dan
eutanasia). Sifat manusia, yang terluka oleh dosa, membutuhkan pengampunan
ilahi. Hanya kasih karunia Tuhan yang dapat menebus kita dan memberi kita 'kebebasan
dan kemuliaan sebagai anak-anak Tuhan.' ”
Di sini kami mengingatkan para pembaca kami
tentang fakta bahwa Presiden AS Joseph Biden telah bersekutu erat dengan
program Great Reset dan bahkan menyebut agenda barunya "Membangun Kembali
Lebih Baik," ini adalah sebuah slogan yang juga digunakan oleh Forum
Ekonomi Dunia. Forum Ekonomi Dunia telah menyelaraskan dirinya pada saat yang
sama dengan China dan mengundang Presiden Xi Jingping untuk memberikan ceramah
pada hari pembukaan pertemuan tahunan (virtual) pada tahun 2021. WEF sendiri menyebut
partisipasinya di forum tersebut sebagai “peluang bersejarah untuk melakukan
kolaborasi.”
Pada Oktober 2020, Kardinal Müller telah
memperingatkan bahwa terpilihnya Biden sebagai Presiden Amerika Serikat dapat
berdampak buruk pada AS dan juga demokrasi dunia, terutama mengingat kekuatan
China yang semakin meningkat.
Berbicara dengan Breitbart
News, kardinal Jerman itu menyatakan, "Hasil pemilu AS akan
menentukan apakah AS tetap menjadi kekuatan utama di dunia – dalam hal kebebasan
dan demokrasi -- atau apakah kediktatoran komunis yang akan mengambil peran itu
untuk komunitas global." Berbicara tentang kediktatoran China dan
kekuatannya yang semakin meningkat di dunia, Kardinal Müller menjelaskan bahwa
“di China, moto Nazi Jerman diulang: Anda
bukanlah apa-apa - negara adalah segalanya. Padahal yang benar adalah sebaliknya:
manusia adalah segalanya dan negara
hanya ada untuk melayani kepentingan bersama."
“Dan karena AS adalah kekuatan pertama di dunia
bebas, AS juga harus menghentikan cengkeraman imperialis dari negara adidaya
komunis yang berusaha mendominasi dunia dan memungkinkan orang-orang Cina dan
orang-orang tertindas lainnya untuk memasuki komunitas dan solidaritas
masyarakat bebas.”
Sejalan dengan prediksi WEF bahwa
"nilai-nilai barat" akan segera mencapai titik puncaknya, Kardinal
Müller mengungkapkan
pada Januari 2021 keprihatinannya bahwa rezim Biden yang baru, sekarang
memimpin kampanye untuk "menghilangkan kristenisasi budaya Barat."
Berbicara dengan situs berita Katolik Austria Kath.net, Kardinal Müller menjelaskan bahwa pemerintahan Biden,
“dengan kekuatan politik, media, dan ekonominya yang terkonsentrasi, berada di
garis depan dari kampanye brutal paling halus dalam 100 tahun terakhir untuk
mende-kristenisasi budaya Barat." Komentarnya ini terkait dengan fakta
bahwa Presiden Biden telah mengambil
langkah-langkah untuk mempromosikan
aborsi, serta agenda
LGBT.
World Economic Forum sendiri juga sangat bersemangat
mempromosikan agenda
LGBT sekaligus agenda
aborsi.
Kardinal Müller dengan tegas menentang agenda
anti-Kristen ini dan mengatakan kepada Kath.net
bahwa siapa pun yang mengaku “sebagai seorang Kristen dan memposisikan dirinya untuk
melawan arus utama propaganda LGBT, aborsi, penggunaan narkoba yang dilegalkan,
mengaburkan seksualitas pria atau wanita, dia akan dihina dan dituduh sebagai
'sayap kanan' atau bahkan sebagai 'Nazi', meskipun justru kaum Sosialis
Nasional yang menerima ideologi Darwinis dalam hal biologis dan sosial, mereka adalah
merupakan kontradiksi paling terbuka terhadap nilai Kristiani tentang manusia."
Umat Kristiani yang aktiv di dalam politik haruslah menentang agenda ini, katanya, meski jika mereka tidak dapat mempengaruhi hukum yang sedang dibuat. “Tetapi mereka tidak boleh berpartisipasi, aktif atau pun pasif, dalam kejahatan,” tambahnya. “Paling tidak, mereka harus memprotesnya dan -- sejauh yang mereka bisa – harus menolaknya, bahkan jika mereka didiskriminasi karena melakukan hal itu.”
*****
Eksekutif
Puncak Mengungkapkan Rincian Perangkat Pembaca Otak
Menlu
Antony Blinken Memerintahkan Bendera LGBT Dikibarkan Di Kantor-Kantor Kedubes
AS
Giselle
Cardia 19, 20, 21, 26, 30 Januari 2021