YAYASAN MILIK KEPAUSAN
INI MEMBAWA IDEOLOGI LGBT
KEPADA ANAK-ANAK DI SELURUH
DUNIA
Yayasan ‘Scholas
Occurrentes’, baru-baru ini menyelenggarakan sejumlah konferensi dari kalangan
pro-aborsi, dengan para pembicara dari kaum heterodoks.
Tue Feb 9,
2021 - 2:27 pm EST
·
TOMOHIRO OHSUMI / STRINGER / GETTY
9 Februari 2021 (LifeSiteNews) - Kisah seri buku anak-anak yang dipromosikan
oleh yayasan kepausan, yang berfungsi sebagai ‘hewan peliharaan paus Francis’, Scholas Occurrentes, mungkin tampak kuno
bagi sebagian orang di dunia kita yang bergerak secepat ini. Lima belas buklet
yang diterbitkan di berbagai negara berbahasa Spanyol pada tahun 2015 dengan
judul Con Francisco a mi lado (“With
Francis by my Side”) cukup menarik perhatian sejak awal: dengan sampulnya yang mempromosikan nilai-nilai mulia, seperti
persahabatan, kegembiraan, harapan, perdamaian, kesederhanaan, martabat, harga
diri dan "keragaman," namun memasukkan kedalamnya berbagai promosi tentang identitas gender serta
pernikahan sesama jenis – yang merupakan tujuan "LGBT." Tetapi berita
luar biasa hari ini adalah bahwa sejak itu, tidak ada upaya yang dilakukan
untuk secara formal memisahkan organisasi kepausan ini dari publikasi murahan
semacam ini. Sebaliknya, Scholas
Occurrentes menolak untuk menjawab pertanyaan tentang hal itu (promosi LGBT
& identitas gender, di dalam buku-buku yang ditujukan bagi anak-anak), demikian
menurut sebuah studi mendalam oleh Catholic
News Agency yang diterbitkan Kamis lalu dalam bahasa Spanyol (dan
Jumat dalam bahasa Inggris). Laporan CNA juga menyoroti fakta bahwa yayasan tersebut baru-baru ini juga menyelenggarakan
sejumlah konferensi dari para pembicara yang pro-aborsi dan para pembicara pendukung
paham modernisme.
Yayasan Scholas
Occurrentes pertama kali dipromosikan di Buenos Aires oleh Kardinal
Bergoglio sebagai inisiatif yang akan membantu anak-anak dan remaja dari latar
belakang yang berbeda, terutama yang kurang mampu (termasuk agama yang berbeda)
untuk memberi tempat di mana mereka dapat bertemu dan bertukar pikiran dalam
bentuk seni, olahraga , teknologi dan kreativitas, dalam sebuah budaya baru: ‘Budaya
Pertemuan.’ Pada 2015, organisasi itu diberi status sebagai yayasan (milik) kepausan,
meskipun ia tidak memiliki identitas Katolik yang jelas. Sebaliknya, yayasan
itu mempromosikan "keterbukaan" kepada semua golongan dan gagasan
bahwa "hidup itu sangat berarti."
Tidak mengherankan jika yayasan Scholas Occurrentes secara terbuka
berkomitmen untuk mempromosikan delapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB
untuk tahun 2030, termasuk "kesetaraan
gender." Program ini mendapat dukungan dari Ban Ki-moon, mantan
Sekretaris Jenderal PBB yang dukungannya kepada "hak LGBT" menjadi penanda
dari karyanya sebagai ketua PBB.
Jadi, jika kita menemukan propaganda LGBT dalam
buklet yang dipromosikannya, hal itu tidaklah bertentangan dengan tujuan yang
mereka nyatakan sendiri.
Dalam buklet berjudul I am a dog!, anak kucing putih berhasil mendapatkan dirinya
"diakui" sebagai anjing, juga keledai yang diidentifikasi sebagai
kuda. Meski terdengar menggelikan, hal ini jelas merupakan promosi ideologi
“identitas gender.” Dalam menjelaskan cerita ini kepada orang tua dan pendidik,
Yayasan (milik kepausan) Scholas
Occurrentes mengatakan bahwa "citra dan rasa diri kita berkembang
sepanjang hidup kita," demikian menurut laporan CNA. Dengan cara yang
nampaknya ‘lucu’ ini, Yayasan Scholas
Occurrentes secara tersembunyi mengatakan bahwa kucing (yang sejak awal
mula diciptakan oleh Tuhan sebagai kucing) boleh saja dia, dalam perkembangan
hidupnya kemudian, dia mengaku drinya sebagai anjing, yang sesuai dengan citra
dan rasa dirinya. Dan kita semua diminta untuk mengakui hak yang gila ini.
Dalam buklet yang berjudul Chiquillería (“Kids’ Stuff”), salah satu cerita yang diterbitkan
oleh Yayasan Scholas Occurrentes,“
orang tua yang homoseksual dipromosikan dalam kaitannya dengan nilai “keberagaman.”
Artinya kita harus mendukung keberagaman, termasuk keberagaman dalam hal jenis
orang tua; yang semula adalah bapak-ibu, kini boleh beragam dalam bentuk
bapak-bapak atau ibu-ibu.
“Ada anak yang memiliki ayah dan ibu. Ada anak
yang memiliki ayah-ayah. Dan ada anak yang memiliki ibu-ibu,” demikian bunyi
cerita itu. Laporan CNA mencatat bahwa "dalam ilustrasi ini, yayasan ini
menunjukkan dua anak berpegangan tangan pada dua sosok yang mengenakan
rok." Artinya dua anak ini memiliki orang tua ibu-ibu. Di sini juga,
laporan CNA mengutip komentar Yayasan (kepausan) Scholas Occurrentes, yang menunjukkan bahwa isi buklet diketahui
oleh organisasi: “Dalam 'panduan untuk orang tua dan pendidik,' Yayasan Scholas Occurrentes menunjukkan bahwa
cerita tersebut bertujuan untuk mengajarkan bahwa 'keberagaman melampaui batas
kelompok sosial atau budaya tempat kita berada 'dan termasuk' ciri-ciri yang
tidak dapat kita ubah: termasuk usia, karakteristik fisik, jenis kelamin, dan
orientasi seksual’. "
Perhatikan bahwa Yayasan Scholas Occurrentes tidak mengatakan bahwa kita tidak mampu
mengubah jenis kelamin kita atau “jenis kelamin” biologis kita, tetapi kita
bisa mengubah “jenis kelamin dan orientasi seksual” kita, yang berarti bahwa,
menurut mereka, seseorang dengan kecenderungan homoseksual atau kecenderungan
lain, tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaannya itu dan ini diakui sebagai
identitas mereka yang sah.
Pada saat itu, pada tahun 2015, media berita
online Spanyol Infovaticana
memberikan rincian tentang propaganda skandal tersebut, tetapi mengklaim bahwa,
setelah berbicara dengan Scholas
Occurrentes, maka jelas bahwa yayasan itu tidak mengetahui isi pesan
mengejutkan yang terdapat dalam beberapa buklet terbitan mereka. Artikel 4 Mei
2015 oleh Infovaticana mengutip komentar
perwakilan Scholas Occurrentes, yang
tidak disebutkan namanya, sebagai "sama sekali tidak senang" dengan
penggunaan nama dan sosok paus Francis. Mereka bahkan "meminta maaf"
atas distribusi buku itu, dan menambahkan bahwa mereka "tidak memiliki
kesempatan untuk melihat buku itu sebelum diterbitkan, atau untuk memeriksa
isinya."
Ceritanya memang termasuk foto paus Francis sambil
tersenyum mempersembahkan salinan salah satu buku. Pihak Yayaan Scholas Occurrentes memberi tahu Infovaticana bahwa paus Francis "sangat tertarik untuk melihat
berlangsungnya kontes menggambar anak-anak di seluruh dunia." Harian Argentina, Clarín, mewujudkan hal ini dengan
menambahkan salinan gratis dari buklet ke edisinya yang terbit hari Minggu
selama 15 minggu, bersama dengan berita soal kegiatan lomba menggambar yang menyediakan
hadiah berupa perjalanan ke Roma sebagai hadiah pertamanya.
Sepuluh dari lima belas buklet adalah cetakan
ulang dari publikasi lama, tetapi masing-masing berisi dua halaman dari materi
yang disediakan oleh Scholas Occurrentes,
dengan kutipan dan gambar paus Francis. Ini termasuk dalam koleksi untuk
anak-anak “Cerita favorit saya dari BLUE TRAIN” yang diproduksi
oleh Edebé, penerbit Salesian yang berbasis di Spanyol.
Jadi, meskipun Scholas Occurrentes tidak siap untuk memikul tanggung jawab atas isi
buklet tersebut ketika diwawancarai oleh Infovaticana,
perlu dicatat bahwa buku-buku ini dibuat dan diterbitkan oleh penerbit Katolik
yang seharusnya melayani dan mengajari anak-anak dan remaja secara benar.
Pada 24 Mei, dua hari sebelum buklet
diluncurkan di Ekuador, surat kabar nasional El Universo memberikan perincian tentang bagaimana subdirektornya, César
Pérez Barriga, berada di Vatikan tiga bulan sebelumnya, pada Februari
2015, untuk menandatangani perjanjian dengan Scholas Occurrentes. “Di sana materi bibliografi disajikan dan
direksi media yang hadir bahkan menyapa paus secara individu dan pribadi.
Direktur Scholas Occurrentes, José
María del Corral dan Enrique Palmeyro, juga hadir,” demikian menurut El
Universo, serta perwakilan dari media lain yang akan mendistribusikan buklet
tersebut.
Di Meksiko, distribusi buklet itu disponsori
bersama oleh pemerintah. ACI Prensa, agensi CNA yang berbahasa Spanyol,
mengirimkan "permintaan transparansi" resmi kepada pemerintah Meksiko
pada Oktober 2020 menanyakan bagaimana publikasi itu dibiayai dan berapa banyak
salinan yang dicetak; namun hal itu tidak mendapat tanggapan.
Pada 12 Januari tahun ini, ACI Prensa juga
menghubungi Virginia Prano, direktur komunikasi Scholas Occurrentes, melalui email, menanyakan informasi tentang
“berapa banyak uang yang diinvestasikan dan berapa yang diterima dalam
sumbangan” terkait dengan publikasi dan distribusi. Ia juga menanyakan apakah
buku-buku itu "benar-benar mendapat persetujuan dari paus Francis dan
Vatikan." Sekali lagi, tidak ada tanggapan pada saat itu atau tiga minggu
kemudian, ketika sebuah salinan pertanyaan dikirim ulang. Ketika Priano
akhirnya menjawab panggilan telepon langsung dari ACI Prensa, dia langsung
menutup telepon ketika wartawan itu mengatakan siapa dirinya dan, menurut
kantor berita CNA, Priano memblokir nomornya.
Penyelidikan oleh ACI telah membuatnya
mempertanyakan keuangan Yayasan Scholas
Occurrentes dengan jutaan dolar yang dihabiskan untuk biaya administrasi,
gaji, telepon seluler, perjalanan, dan kantor, sementara tidak sepeser pun
digunakan untuk pembangunan sekolah bagi kaum muda "yang memiliki sumber
daya terbatas." Situs web Yayasan Scholas
Occurrentes memberikan beberapa wawasan tentang apa yang sebenarnya
dilakukannya: seperti mengatur pertemuan enam hari untuk memungkinkan 200
hingga 400 pemuda dari berbagai sekolah berkumpul dan membicarakan berbagai masalah
yang mempengaruhi mereka, dan kemudian menyajikan solusi yang mereka pikirkan
kepada pihak berwenang. Dengan kata lain: dinamika kelompok bersifat bottom-up.
Seni dan kreativitas seperti yang dipromosikan oleh Scholas Occurrentes sangat
kontemporer atau kekanak-kanakan - atau keduanya.
Program-program lain, termasuk
"kesejahteraan emosional" - Scholas
menerima dukungan dari "Think Equal,"
sebuah organisasi yang ingin "mencapai perubahan sistem global dalam
pendidikan yang memperkenalkan Pembelajaran Sosial dan Emosional sebagai mata
pelajaran baru wajib dalam kurikulum nasional di seluruh dunia" untuk
mengakhiri "kekerasan berbasis gender."
Pendukung dan kolaborator lainnya adalah hundrED.org,
yang didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation, William and Flora Hewlett Foundation
(yang mendanai inisiatif LGBT, "darurat" dan kontrasepsi lainnya,
National Abortion Federation dan sebagainya), George Soros 'Open Society
Foundations, dan banyak lainnya.
Scholas
Occurrentes sendiri juga
mendukung program “mindfulness.” Misalnya, pada tahun 2015 ia menugaskan
seorang spesialis dalam kursus kesadaran,
Daniel López Rosetti, dari rumah sakit pusat San Isidro, Buenos Aires, untuk
membantu sekolah-sekolah setempat menawarkan "teknik relaksasi dan meditasi psikofisik" kepada murid-murid
mereka sebagai alat untuk melawan kekerasan.
Tehnik peningkatan
Kesadaran (Mindfulness) adalah teknik yang didasarkan pada "meditasi oriental” yang tidak
berpusat pada Tuhan, tetapi bertujuan untuk menciptakan sikap tidak menghakimi
melalui teknik pernapasan dan teknik-tehnik lain yang mengarah pada
"penerimaan" dunia dan diri sendiri. Itu telah secara luas dikutuk
karena bertentangan dengan spiritualitas Katolik dan menciptakan bentuk meditasi
Timur dan Buddhisme kebarat-baratan.
Dr. López
Rosetti diundang oleh Scholas Occurrentes
untuk mempresentasikan skema percontohannya kepada sekitar 400.000 sekolah di
berbagai negara, menurut redeculturadepaz.
Apakah ini benar-benar terjadi hingga sekarang, masih harus diverifikasi,
tetapi programnya digunakan di banyak sekolah Argentina di mana anak-anak
sekolah dasar terlihat duduk di lantai dengan kaki bersilang dan menyatukan
jari "bermeditasi" dalam pose Oriental. Beberapa sekolah dasar
Katolik di Prancis juga menggunakan teknik tersebut.
Di sisi lain, Scholas Occurrentes kini telah menyiapkan "Universidad
del Sentido" virtual atau "Universitas
Makna" untuk "mewujudkan keindahan dalam batin setiap
orang:"
Universitas
Makna ini tidak akan menjadi tempat
transmisi dari apa yang telah dikatakan, tetapi menjadi tempat di mana
kata-kata tetap diucapkan dalam diam dan mengajak kita untuk mendengarkan suara
batin. Ini memang tidak akan menjadi tempat 'pembelajaran yang berguna secara praktis',
tetapi 'merupakan pengajaran yang indah'.
Juga tidak akan menjadi tempat kompetisi, melainkan pertemuan. Universitas Makna tidak memimpikan
pendidikan masa depan, tetapi pendidikan asal-muasal
dari segala sesuatu."
Bahasa yang muluk-muluk ini adalah untuk melayani pengalaman multi-agama tanpa
Kristus, atau seperti yang dikatakan Yayasan Scholas sendiri: “Program
pendidikan di mana orang muda, orang dewasa dan orang tua dari semua etnis,
kepercayaan dan kelas sosial bertemu melalui pertemuan virtual, menumbuhkan dan
melatih untuk mendengarkan, berkreasi, dan merayakan, dengan fokus pada
kehidupan."
Kata-kata mungkin ‘tidak diucapkan’ atau ‘tetap
diam’ di sana, tetapi sulit untuk menyebarkan ide tanpa kata. Konferensi
virtual The University of Meaning atau
Universitas Makna, mencakup
orang-orang yang benar-benar berbicara, dan di antara mereka adalah "para promotor
terkenal dari aborsi yang dilegalkan," kata CNA.
Hadir dalam beberapa sesi Universitas Makna ini pada bulan September di Universitas Katolik
Valencia di Spanyol, termasuk filsuf Argentina Darío Sztajnszrajber dan penulis
Luisa Valenzuela.
September lalu, David Ramos dari CNA
menerbitkan cerita tentang para intelektual yang mempresentasikan konferensi melalui
YouTube dan Zoom pada tahun 2020. Sztajnszrajber berbicara tentang "dekonstruksi pikiran” pada 28 Agustus – ini adalah filosofi di balik ideologi gender. Dia sendiri keluar pada 2018
sebagai pendukung aborsi legal atas nama otonomi individu: "Seorang wanita yang tidak mau menentukan bagi
tubuhnya sendiri adalah warga negara kelas dua," katanya, seperti
dikutip oleh CNA. Dia secara terbuka berbicara menentang realitas seks
biologis: “Memiliki penis tidak membuat Anda menjadi laki-laki; menjadi
laki-laki adalah konstruksi identitas dalam diri dan batin seseorang." Sebagai
orang yang mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agnostik, Sztajnszrajber,
mengungkapkan keinginannya yang menghujat: "bercinta dengan apa pun, adalah bentuk dari kasih Tuhan."
Pada bulan Desember 2019 Luisa Valenzuela, yang
ceramahnya di Universitas dipublikasikan pada September 2020, menjelaskan bahwa
ia bergabung dengan pawai “saputangan
hijau” pro-aborsi di Buenos Aires, tetapi itu tidak mencegahnya diundang
untuk memberikan kursus di bawah pengawasan dari Yayasan Scholas.
Pembicara lain, Massimo Recalcati, pernah
mengatakan bahwa dia tertarik dengan ajaran Kristus, "tetapi saya tidak
percaya pada keallahan-Nya dan saya tidak peduli dengan keberadaan-Nya."
Pembicara lainnya lagi, Carlos Skliar dan Roberto Esposito, dikutip sebagai inspirator dari gerakan pro-aborsi di Argentina.
Sekali lagi, ACI Prensa telah menghubungi Virginia Priano, direktur komunikasi Scholas Occurrentes, menanyakan mengapa pembicara semacam itu diundang untuk memberikan ceramah. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertanyaan seperti itu harus diajukan ke "direktur" atau "dewan akademik" Scholas. Hal ini telah dilakukan, tetapi tidak dijawab.
*****
Devosi
Kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda Akan Menyelamatkan Dunia
Beradaptasi
Dengan Dunia Baru Kita Yang Keras
Tanda-Tanda
Datangnya Penganiayaan Yang Menakutkan
Bung
Besar Terus Memata-Matai Anda Dengan Ribuan Cara