Sunday, February 14, 2021

Yayasan Milik Kepausan Ini Membawa Ideologi LGBT

 

YAYASAN MILIK KEPAUSAN INI MEMBAWA IDEOLOGI LGBT

KEPADA ANAK-ANAK DI SELURUH DUNIA 

https://www.lifesitenews.com/news/this-pontifical-foundation-is-bringing-lgbt-ideology-to-children-around-the-world 

 

Yayasan ‘Scholas Occurrentes’, baru-baru ini menyelenggarakan sejumlah konferensi dari kalangan pro-aborsi, dengan para pembicara dari kaum heterodoks.

 

Tue Feb 9, 2021 - 2:27 pm EST

·        

 ·        

TOMOHIRO OHSUMI / STRINGER / GETTY

 

By Jeanne Smits, Paris correspondent

 

 

9 Februari 2021 (LifeSiteNews) - Kisah seri buku anak-anak yang dipromosikan oleh yayasan kepausan, yang berfungsi sebagai ‘hewan peliharaan paus Francis’, Scholas Occurrentes, mungkin tampak kuno bagi sebagian orang di dunia kita yang bergerak secepat ini. Lima belas buklet yang diterbitkan di berbagai negara berbahasa Spanyol pada tahun 2015 dengan judul Con Francisco a mi lado (“With Francis by my Side”) cukup menarik perhatian sejak awal: dengan sampulnya yang  mempromosikan nilai-nilai mulia, seperti persahabatan, kegembiraan, harapan, perdamaian, kesederhanaan, martabat, harga diri dan "keragaman," namun memasukkan kedalamnya  berbagai promosi tentang identitas gender serta pernikahan sesama jenis – yang merupakan tujuan "LGBT." Tetapi berita luar biasa hari ini adalah bahwa sejak itu, tidak ada upaya yang dilakukan untuk secara formal memisahkan organisasi kepausan ini dari publikasi murahan semacam ini. Sebaliknya, Scholas Occurrentes menolak untuk menjawab pertanyaan tentang hal itu (promosi LGBT & identitas gender, di dalam buku-buku yang ditujukan bagi anak-anak), demikian menurut sebuah studi mendalam oleh Catholic News Agency yang diterbitkan Kamis lalu dalam bahasa Spanyol (dan Jumat dalam bahasa Inggris). Laporan CNA juga menyoroti fakta bahwa yayasan tersebut baru-baru ini juga menyelenggarakan sejumlah konferensi dari para pembicara yang pro-aborsi dan para pembicara pendukung paham modernisme.

 

Yayasan Scholas Occurrentes pertama kali dipromosikan di Buenos Aires oleh Kardinal Bergoglio sebagai inisiatif yang akan membantu anak-anak dan remaja dari latar belakang yang berbeda, terutama yang kurang mampu (termasuk agama yang berbeda) untuk memberi tempat di mana mereka dapat bertemu dan bertukar pikiran dalam bentuk seni, olahraga , teknologi dan kreativitas, dalam sebuah budaya baru: ‘Budaya Pertemuan.’ Pada 2015, organisasi itu diberi status sebagai yayasan (milik) kepausan, meskipun ia tidak memiliki identitas Katolik yang jelas. Sebaliknya, yayasan itu mempromosikan "keterbukaan" kepada semua golongan dan gagasan bahwa "hidup itu sangat berarti."

 

Tidak mengherankan jika yayasan Scholas Occurrentes secara terbuka berkomitmen untuk mempromosikan delapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB untuk tahun 2030, termasuk "kesetaraan gender." Program ini mendapat dukungan dari Ban Ki-moon, mantan Sekretaris Jenderal PBB yang dukungannya kepada "hak LGBT" menjadi penanda dari karyanya sebagai ketua PBB.

 

Jadi, jika kita menemukan propaganda LGBT dalam buklet yang dipromosikannya, hal itu tidaklah bertentangan dengan tujuan yang mereka nyatakan sendiri.

 

Dalam buklet berjudul I am a dog!, anak kucing putih berhasil mendapatkan dirinya "diakui" sebagai anjing, juga keledai yang diidentifikasi sebagai kuda. Meski terdengar menggelikan, hal ini jelas merupakan promosi ideologi “identitas gender.” Dalam menjelaskan cerita ini kepada orang tua dan pendidik, Yayasan (milik kepausan) Scholas Occurrentes mengatakan bahwa "citra dan rasa diri kita berkembang sepanjang hidup kita," demikian menurut laporan CNA. Dengan cara yang nampaknya ‘lucu’ ini, Yayasan Scholas Occurrentes secara tersembunyi mengatakan bahwa kucing (yang sejak awal mula diciptakan oleh Tuhan sebagai kucing) boleh saja dia, dalam perkembangan hidupnya kemudian, dia mengaku drinya sebagai anjing, yang sesuai dengan citra dan rasa dirinya. Dan kita semua diminta untuk mengakui hak yang gila ini. 

 

Dalam buklet yang berjudul Chiquillería (“Kids’ Stuff”), salah satu cerita yang diterbitkan oleh Yayasan Scholas Occurrentes,“ orang tua yang homoseksual dipromosikan dalam kaitannya dengan nilai “keberagaman.” Artinya kita harus mendukung keberagaman, termasuk keberagaman dalam hal jenis orang tua; yang semula adalah bapak-ibu, kini boleh beragam dalam bentuk bapak-bapak atau ibu-ibu.

 

“Ada anak yang memiliki ayah dan ibu. Ada anak yang memiliki ayah-ayah. Dan ada anak yang memiliki ibu-ibu,” demikian bunyi cerita itu. Laporan CNA mencatat bahwa "dalam ilustrasi ini, yayasan ini menunjukkan dua anak berpegangan tangan pada dua sosok yang mengenakan rok." Artinya dua anak ini memiliki orang tua ibu-ibu. Di sini juga, laporan CNA mengutip komentar Yayasan (kepausan) Scholas Occurrentes, yang menunjukkan bahwa isi buklet diketahui oleh organisasi: “Dalam 'panduan untuk orang tua dan pendidik,' Yayasan Scholas Occurrentes menunjukkan bahwa cerita tersebut bertujuan untuk mengajarkan bahwa 'keberagaman melampaui batas kelompok sosial atau budaya tempat kita berada 'dan termasuk' ciri-ciri yang tidak dapat kita ubah: termasuk usia, karakteristik fisik, jenis kelamin, dan orientasi seksual’. "

 

Perhatikan bahwa Yayasan Scholas Occurrentes tidak mengatakan bahwa kita tidak mampu mengubah jenis kelamin kita atau “jenis kelamin” biologis kita, tetapi kita bisa mengubah “jenis kelamin dan orientasi seksual” kita, yang berarti bahwa, menurut mereka, seseorang dengan kecenderungan homoseksual atau kecenderungan lain, tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaannya itu dan ini diakui sebagai identitas mereka yang sah.

 

Pada saat itu, pada tahun 2015, media berita online Spanyol Infovaticana memberikan rincian tentang propaganda skandal tersebut, tetapi mengklaim bahwa, setelah berbicara dengan Scholas Occurrentes, maka jelas bahwa yayasan itu tidak mengetahui isi pesan mengejutkan yang terdapat dalam beberapa buklet terbitan mereka. Artikel 4 Mei 2015 oleh Infovaticana mengutip komentar perwakilan Scholas Occurrentes, yang tidak disebutkan namanya, sebagai "sama sekali tidak senang" dengan penggunaan nama dan sosok paus Francis. Mereka bahkan "meminta maaf" atas distribusi buku itu, dan menambahkan bahwa mereka "tidak memiliki kesempatan untuk melihat buku itu sebelum diterbitkan, atau untuk memeriksa isinya."

 

Ceritanya memang termasuk foto paus Francis sambil tersenyum mempersembahkan salinan salah satu buku.  Pihak Yayaan Scholas Occurrentes memberi tahu Infovaticana bahwa paus Francis "sangat tertarik untuk melihat berlangsungnya kontes menggambar anak-anak di seluruh dunia." Harian Argentina, Clarín, mewujudkan hal ini dengan menambahkan salinan gratis dari buklet ke edisinya yang terbit hari Minggu selama 15 minggu, bersama dengan berita soal kegiatan lomba menggambar yang menyediakan hadiah berupa perjalanan ke Roma sebagai hadiah pertamanya.

 

Sepuluh dari lima belas buklet adalah cetakan ulang dari publikasi lama, tetapi masing-masing berisi dua halaman dari materi yang disediakan oleh Scholas Occurrentes, dengan kutipan dan gambar paus Francis. Ini termasuk dalam koleksi untuk anak-anak “Cerita favorit saya dari BLUE TRAIN” yang diproduksi oleh Edebé, penerbit Salesian yang berbasis di Spanyol.

 

Jadi, meskipun Scholas Occurrentes tidak siap untuk memikul tanggung jawab atas isi buklet tersebut ketika diwawancarai oleh Infovaticana, perlu dicatat bahwa buku-buku ini dibuat dan diterbitkan oleh penerbit Katolik yang seharusnya melayani dan mengajari anak-anak dan remaja secara benar.

 

Pada 24 Mei, dua hari sebelum buklet diluncurkan di Ekuador, surat kabar nasional El Universo memberikan perincian tentang bagaimana subdirektornya, César Pérez Barriga, berada di Vatikan tiga bulan sebelumnya, pada Februari 2015, untuk menandatangani perjanjian dengan Scholas Occurrentes. “Di sana materi bibliografi disajikan dan direksi media yang hadir bahkan menyapa paus secara individu dan pribadi. Direktur Scholas Occurrentes, José María del Corral dan Enrique Palmeyro, juga hadir,” demikian menurut El Universo, serta perwakilan dari media lain yang akan mendistribusikan buklet tersebut.

 

Di Meksiko, distribusi buklet itu disponsori bersama oleh pemerintah. ACI Prensa, agensi CNA yang berbahasa Spanyol, mengirimkan "permintaan transparansi" resmi kepada pemerintah Meksiko pada Oktober 2020 menanyakan bagaimana publikasi itu dibiayai dan berapa banyak salinan yang dicetak; namun hal itu tidak mendapat tanggapan.

 

Pada 12 Januari tahun ini, ACI Prensa juga menghubungi Virginia Prano, direktur komunikasi Scholas Occurrentes, melalui email, menanyakan informasi tentang “berapa banyak uang yang diinvestasikan dan berapa yang diterima dalam sumbangan” terkait dengan publikasi dan distribusi. Ia juga menanyakan apakah buku-buku itu "benar-benar mendapat persetujuan dari paus Francis dan Vatikan." Sekali lagi, tidak ada tanggapan pada saat itu atau tiga minggu kemudian, ketika sebuah salinan pertanyaan dikirim ulang. Ketika Priano akhirnya menjawab panggilan telepon langsung dari ACI Prensa, dia langsung menutup telepon ketika wartawan itu mengatakan siapa dirinya dan, menurut kantor berita CNA, Priano memblokir nomornya.

 

Penyelidikan oleh ACI telah membuatnya mempertanyakan keuangan Yayasan Scholas Occurrentes dengan jutaan dolar yang dihabiskan untuk biaya administrasi, gaji, telepon seluler, perjalanan, dan kantor, sementara tidak sepeser pun digunakan untuk pembangunan sekolah bagi kaum muda "yang memiliki sumber daya terbatas." Situs web Yayasan Scholas Occurrentes memberikan beberapa wawasan tentang apa yang sebenarnya dilakukannya: seperti mengatur pertemuan enam hari untuk memungkinkan 200 hingga 400 pemuda dari berbagai sekolah berkumpul dan membicarakan berbagai masalah yang mempengaruhi mereka, dan kemudian menyajikan solusi yang mereka pikirkan kepada pihak berwenang. Dengan kata lain: dinamika kelompok bersifat bottom-up. Seni dan kreativitas seperti yang dipromosikan oleh Scholas Occurrentes sangat kontemporer atau kekanak-kanakan - atau keduanya.

 

Program-program lain, termasuk "kesejahteraan emosional" - Scholas menerima dukungan dari "Think Equal," sebuah organisasi yang ingin "mencapai perubahan sistem global dalam pendidikan yang memperkenalkan Pembelajaran Sosial dan Emosional sebagai mata pelajaran baru wajib dalam kurikulum nasional di seluruh dunia" untuk mengakhiri "kekerasan berbasis gender."

 

Pendukung dan kolaborator lainnya adalah hundrED.org, yang didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation, William and Flora Hewlett Foundation (yang mendanai inisiatif LGBT, "darurat" dan kontrasepsi lainnya, National Abortion Federation dan sebagainya), George Soros 'Open Society Foundations, dan banyak lainnya.

 

Scholas Occurrentes sendiri juga mendukung program “mindfulness.” Misalnya, pada tahun 2015 ia menugaskan seorang spesialis dalam kursus kesadaran, Daniel López Rosetti, dari rumah sakit pusat San Isidro, Buenos Aires, untuk membantu sekolah-sekolah setempat menawarkan "teknik relaksasi dan meditasi psikofisik" kepada murid-murid mereka sebagai alat untuk melawan kekerasan.

 

Tehnik peningkatan Kesadaran (Mindfulness) adalah teknik yang didasarkan pada "meditasi oriental” yang tidak berpusat pada Tuhan, tetapi bertujuan untuk menciptakan sikap tidak menghakimi melalui teknik pernapasan dan teknik-tehnik lain yang mengarah pada "penerimaan" dunia dan diri sendiri. Itu telah secara luas dikutuk karena bertentangan dengan spiritualitas Katolik dan menciptakan bentuk meditasi Timur dan Buddhisme kebarat-baratan.

 

Dr. López Rosetti diundang oleh Scholas Occurrentes untuk mempresentasikan skema percontohannya kepada sekitar 400.000 sekolah di berbagai negara, menurut redeculturadepaz. Apakah ini benar-benar terjadi hingga sekarang, masih harus diverifikasi, tetapi programnya digunakan di banyak sekolah Argentina di mana anak-anak sekolah dasar terlihat duduk di lantai dengan kaki bersilang dan menyatukan jari "bermeditasi" dalam pose Oriental. Beberapa sekolah dasar Katolik di Prancis juga menggunakan teknik tersebut.

 

Di sisi lain, Scholas Occurrentes kini telah menyiapkan "Universidad del Sentido" virtual atau "Universitas Makna" untuk "mewujudkan keindahan dalam batin setiap orang:"

 

Universitas Makna ini tidak akan menjadi tempat transmisi dari apa yang telah dikatakan, tetapi menjadi tempat di mana kata-kata tetap diucapkan dalam diam dan mengajak kita untuk mendengarkan suara batin. Ini memang tidak akan menjadi tempat 'pembelajaran yang berguna secara praktis', tetapi 'merupakan pengajaran yang indah'. Juga tidak akan menjadi tempat kompetisi, melainkan pertemuan. Universitas Makna tidak memimpikan pendidikan masa depan, tetapi pendidikan asal-muasal dari segala sesuatu."

 

Bahasa yang muluk-muluk ini adalah untuk melayani pengalaman multi-agama tanpa Kristus, atau seperti yang dikatakan Yayasan Scholas sendiri: “Program pendidikan di mana orang muda, orang dewasa dan orang tua dari semua etnis, kepercayaan dan kelas sosial bertemu melalui pertemuan virtual, menumbuhkan dan melatih untuk mendengarkan, berkreasi, dan merayakan, dengan fokus pada kehidupan."

 

Kata-kata mungkin ‘tidak diucapkan’ atau ‘tetap diam’ di sana, tetapi sulit untuk menyebarkan ide tanpa kata. Konferensi virtual The University of Meaning atau Universitas Makna, mencakup orang-orang yang benar-benar berbicara, dan di antara mereka adalah "para promotor terkenal dari aborsi yang dilegalkan," kata CNA.

 

Hadir dalam beberapa sesi Universitas Makna ini pada bulan September di Universitas Katolik Valencia di Spanyol, termasuk filsuf Argentina Darío Sztajnszrajber dan penulis Luisa Valenzuela.

 

September lalu, David Ramos dari CNA menerbitkan cerita tentang para intelektual yang mempresentasikan konferensi melalui YouTube dan Zoom pada tahun 2020. Sztajnszrajber berbicara tentang "dekonstruksi pikiran” pada 28 Agustus – ini adalah filosofi di balik ideologi gender. Dia sendiri keluar pada 2018 sebagai pendukung aborsi legal atas nama otonomi individu: "Seorang wanita yang tidak mau menentukan bagi tubuhnya sendiri adalah warga negara kelas dua," katanya, seperti dikutip oleh CNA. Dia secara terbuka berbicara menentang realitas seks biologis: “Memiliki penis tidak membuat Anda menjadi laki-laki; menjadi laki-laki adalah konstruksi identitas dalam diri dan batin seseorang." Sebagai orang yang mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agnostik, Sztajnszrajber, mengungkapkan keinginannya yang menghujat: "bercinta dengan apa pun, adalah bentuk dari kasih Tuhan."

 

Pada bulan Desember 2019 Luisa Valenzuela, yang ceramahnya di Universitas dipublikasikan pada September 2020, menjelaskan bahwa ia bergabung dengan pawai “saputangan hijau” pro-aborsi di Buenos Aires, tetapi itu tidak mencegahnya diundang untuk memberikan kursus di bawah pengawasan dari Yayasan Scholas.

 

Pembicara lain, Massimo Recalcati, pernah mengatakan bahwa dia tertarik dengan ajaran Kristus, "tetapi saya tidak percaya pada keallahan-Nya dan saya tidak peduli dengan keberadaan-Nya."

 

Pembicara lainnya lagi, Carlos Skliar dan Roberto Esposito, dikutip sebagai inspirator dari gerakan pro-aborsi di Argentina. 

Sekali lagi, ACI Prensa telah menghubungi Virginia Priano, direktur komunikasi Scholas Occurrentes, menanyakan mengapa pembicara semacam itu diundang untuk memberikan ceramah. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertanyaan seperti itu harus diajukan ke "direktur" atau "dewan akademik" Scholas. Hal ini telah dilakukan, tetapi tidak dijawab. 

 

***** 

Devosi Kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda Akan Menyelamatkan Dunia

Beradaptasi Dengan Dunia Baru Kita Yang Keras

LDM, 9 Februari 2021

Tanda-Tanda Datangnya Penganiayaan Yang Menakutkan

Pemerintahan Antikris

Bung Besar Terus Memata-Matai Anda Dengan Ribuan Cara

Pedro Regis 5081 - 5085