Para Elit Dunia Menggunakan Film Dokumenter Tipuan Tentang Pemanasan Global Untuk Memajukan Agenda 'Penyetelan Ulang Besar’ (Great Reset)
Sebuah klip di serial
Netflix dari seorang naturalis terkenal dunia, David Attenborough, 'Our
Planet', ditampilkan di KTT Davos Forum Ekonomi Dunia 2019 untuk meyakinkan
para hadirin bahwa perubahan iklim benar-benar berdampak mematikan pada dunia
dan segala isinya.
Fri Feb 5,
2021 - 8:55 pm EST
FLORIDASTOCK / SHUTTERSTOCK.COM
DAVOS, Swiss, 5 Februari 2021 (LifeSiteNews) - KTT Davos tahun 2019 menampilkan Sir David Attenborough, seorang
naturalis terkenal di dunia, mengungkapkan sebuah film dokumenter yang
"mendemonstrasikan" "efek merusak" dari perubahan iklim dalam
klip film yang bernada emosional. Namun bukti-bukti
kini telah terungkap yang menunjukkan Attenborough menyajikan informasi yang
curang dan menyesatkan dalam rekamannya untuk menipu orang-orang yang berkumpul
di Davos tentang laju dan efek perubahan iklim.
Forum Ekonomi Dunia (WEF) menjadi tuan rumah KTT Davos setiap
tahun, di mana kaum elit dan miliarder dunia berkumpul untuk membahas masa
depan dunia, sering kali juga menyusun rencana untuk secara radikal mengubah
struktur ekonomi dan sosial dunia yang ada saat ini.
Kata-kata yang sering diucapkan para pemimpin WEF adalah
istilah yang sekarang dikenal, "Great Reset," yang merujuk pada upaya
bersama dan perusahaan untuk membentuk kembali ekonomi dunia dengan cetakan berbau sosialis, dengan menggunakan
"pandemi" COVID-19 sebagai katalis. Bersamaan dengan kehancuran
kapitalisme, konstituen utama dari Great Reset adalah gerakan hijau, sebuah
tanggapan terhadap "darurat iklim" yang menurut para elit Davos telah
disumbangkan oleh manusia melalui pemanasan global. Hal ini, menurut
pertimbangan mereka, mengharuskan pemerintah-pemerintah di dunia untuk
memberlakukan kebijakan sosial yang memungut pajak besar atas barang-barang
penghasil karbon dioksida dan mendorong veganisme, misalnya.
Klip dari serial Attenborough yang disiarkan Netflix, Our Planet, ditampilkan di KTT Davos
2019 untuk meyakinkan para hadirin bahwa perubahan iklim benar-benar berdampak
mematikan pada dunia dan segala isinya. Klip itu menunjukkan sekelompok walrus
di atas tebing yang curam dan tajam, yang tampaknya mau melemparkan diri mereka
sendiri ke bawah, tanpa alasan, hingga kematian mereka bisa dikatakan sebagai "disebabkan
karena perubahan iklim."
Klaim, yang diajukan oleh Attenborough selama acara tersebut,
adalah bahwa walrus itu sedang sekarat karena kekurangan es di laut, tempat
perburuan alami binatang buas itu, yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Kenyataannya, beruang kutub itulah yang mengejar walrus, yang bertengger di
tepi jurang seperti itu, dan memiliki penglihatan yang buruk, dan membuat
mereka jatuh lurus ke bawah.
Ahli zoologi Dr. Susan Crockford, sebelumnya dari Universitas
Victoria (UV) di British Columbia, mengkritik film tersebut sebagai "omong
kosong yang dibuat-buat" dan "tragedi porno" setelah dia
menemukan bahwa beruang kutub di dekatnya adalah alasan sebenarnya bagi walrus itu
hingga ia berlari menghindar dan jatuh kepada kematian mereka.
Susan Crockford mencatat bahwa populasi walrus di sekitar
Siberia timur, kira-kira area tempat pembuatan film Netflix itu, telah
meningkat jumlahnya dalam dekade terakhir. Meningkatnya "haul-out", kata
Crockford, bukanlah tanda bahwa "pemanasan global menyebabkan
masalah"; itu adalah "tanda bahwa walrus sedang berkembang."
Faktanya, spesies walrus di Pasifik telah berkembang
pesat sehingga The U.S. Fish and
Wildlife service telah menemukan bahwa walrus Pasifik tidak memerlukan
perlindungan karena terancam atau hampir punah di bawah Undang-undang Endangered Species,” catat Crockford.
Pemandangan pantai yang penuh dengan walrus
tidak seperti yang digambarkan Attenborough, dan Crockford mengklaim bahwa dia
dan kru film mengetahui hal ini. Sutradara film yang diproduksi Netflix, Sophie
Lanfear, mengakui
banyak hal ketika dia memberi tahu Telegraph
bahwa ada beruang kutub yang terlihat saat mereka merekam walrus, tetapi
membantah bahwa beruang itu mendekati cukup dekat dengan kelompok walrus itu untuk
mendapatkan reaksi apa pun.
Attenborough sendiri kemudian mengakui, dalam
sebuah dokumenter BBC yang menampilkan beberapa rekaman yang sama berjudul ‘Seven Worlds: One Planet,’ bahwa
kematian walrus karena jatuh dari tepi tebing yang sama disebabkan oleh
perburuan beruang kutub. Meninjau rekaman tersebut, Crockford, yang merupakan
pakar beruang kutub yang cukup terkenal, mengatakan itu adalah "bukti yang
memberatkan bahwa laporan planet kita bertanggung-jawab atas kematian walrus,
adalah narasi yang salah, yang dibuat untuk mendapatkan respons emosional dari
publik."
Ini bukan satu-satunya kontroversi terkait beruang kutub yang
melibatkan David Attenborough. Juga pada tahun 2019, pembuat film tersebut
dituduh "menyesatkan publik tentang keadaan populasi beruang kutub di
Kanada." Faktanya, dalam film ‘Seven Worlds: One Planet’ yang disebutkan
di atas, pengirim clip Perubahan Iklim
menulis
pada saat itu, “David Attenborough membuat klaim palsu, menggunakan bahasa
manipulatif secara emosional, dan secara terang-terangan salah mengartikan
beberapa proses biologis alami dan kondisi habitat sebagai efek dari perubahan
iklim akibat ulah manusia." Di antara klaim yang dibantah
lainnya, Attenborough menuduh bahwa beruang kutub di Kanada menderita kelaparan
di musim panas dan bahwa beruang kutub baru-baru ini mulai berburu paus beluga
di musim panas sebagai akibat dari efek perubahan iklim yang disebabkan oleh
manusia di habitat mereka.
Setelah 15 tahun sebagai profesor di U.V., Crockford dipecat
oleh universitas, tanpa penjelasan, meskipun profilnya yang tinggi dalam
penelitian ilmiah tentang beruang kutub, yang ia temukan berkembang pesat,
bertentangan dengan narasi gerakan perubahan iklim. Prihatin tentang
"budaya membatalkan" dan mencekik kebebasan akademik, Crockford menyebut
langkah oleh universitasnya itu sebagai "hukuman gantung akademik tanpa
pengadilan, yang dilakukan di balik pintu tertutup."
KTT Davos virtual WEF tahun 2021, hanya beberapa minggu yang
lalu, memastikan untuk memanfaatkan tipu muslihat Attenborough yang berhasil
dengan menyebut
perubahan iklim sebagai bagian integral dari inisiatif Great Reset WEF yang
lebih luas, mengklaim bahwa itu "menimbulkan ancaman mendesak yang
menuntut tindakan tegas."
Selain memerlukan "pengaturan ulang" (Great Reset)
di bidang ekonomi, "penting bahwa dunia bisnis, pembuat kebijakan, dan
masyarakat sipil memajukan tindakan iklim jangka pendek dan panjang yang
komprehensif sejalan dengan tujuan Kesepakatan Paris tentang perubahan
iklim." Tujuan-tujuan ini tidak terbatas pada “emisi karbon nol,” tetapi juga
meluas kepada “kesetaraan gender,
pemberdayaan perempuan,” dan “hak kesehatan reproduksi” – dan yang terakhir ini
adalah referensi terselubung untuk
kontrasepsi dan aborsi.
“Perubahan sejati akan membutuhkan perubahan sistem, bukan
hanya reformasi,” demikian Agenda Davos mengatakan. “Membangun dunia yang lebih
baik ada dalam jangkauan kami, tetapi itu membutuhkan kerja sama global pada
tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Klaus Schwab, pendiri dan ketua eksekutif WEF, yang menulis
buku tentang Great Reset, mengklaim bahwa "pandemi ini mewakili jendela
kesempatan yang langka namun sempit untuk merefleksikan, menata ulang, dan
mengatur ulang dunia kita."
WEF telah menyusun "Prakarsa
Iklim" untuk tujuan ini, yang "mendukung pembuatan skala
prioritas dan percepatan aksi dalam mengatasi iklim global melalui kolaborasi
sektor publik dan swasta." Konferensi Agenda Davos bulan lalu, yang
menyertakan Presiden China Xi Jinping sebagai salah satu pembicara utamanya,
sangat bersandar pada gerakan "hijau."
Upaya licik Attenborough telah membantu membentuk bagian menyeluruh
dari Agenda Davos ini. Meskipun disangkal, naturalis itu, sebagai bagian dari upaya
berkelanjutan, telah berhasil meyakinkan elit global bahwa waktunya amat singkat,
efeknya menghancurkan, dan, kemudian, klaim Schwab bahwa “pandemi menawarkan
jendela kesempatan yang langka tetapi sempit untuk ... mengatur ulang dunia
kita” adalah benar.
*****
Tanda-Tanda
Datangnya Penganiayaan Yang Menakutkan
Bung
Besar Terus Memata-Matai Anda Dengan Ribuan Cara
Yayasan
Milik Kepausan Ini Membawa Ideologi LGBT
Freemason
Spanyol Memuji Paus Francis
Bagaimana
Komunis Berencana Untuk Menggulingkan Amerika Serikat