Volume 1 : Misteri Keadilan
Allah
Bab 24
Lamanya
waktu di Api Penyucian
the Duellist
Pastor
Schoofs dan penampakan di Antwerp.
Contoh berikut ini menunjukkan bukan saja lamanya hukuman
yang diberikan kepada suatu kesalahan tertentu, tetapi juga menunjukkan
sulitnya menenangkan Pengadilan Ilahi bagi mereka yang melakukan kesalahan
jenis ini.
Sejarah dari ordo Visitation menyebutkan diantara kaum
religius pertama dari institusi itu adalah Sr.Marie Denise, yang disebut juga
sebagai Mdlle. Marie Martignat. Dia terkenal amat berdevosi kepada jiwa-jiwa di
Api Penyucian, dan dia merasa terdorong untuk memohonkan kepada Allah dengan
cara yang khusus bagi mereka yang memiliki kedudukan tinggi di dunia, karena
dari pengalamannya, Sr.Marie Denise tahu bahaya yang dibawa oleh kedudukan itu
kepada mereka.
Ada seorang pangeran yang tidak disebutkan namanya, namun
kemungkinan dia adalah anggota keluarga kerajaan Perancis. Dia terbunuh dalam
sebuah perkelahian. Tuhan mengijinkan jiwa pangeran ini untuk menampakkan diri
kepada Sr.Denise untuk meminta pertolongan yang sangat dibutuhkannya. Pangeran
itu berkata kepada Sr.Denise bahwa dia tidak dihukum secara kekal, meskipun
kesalahan-kesalahannya membuatnya layak menerima hukuman seperti itu. Terima
kasih atas jasa-jasa dari penyesalan hati yang sempurna yang dia lakukan pada
saat kematiannya. Dia telah diselamatkan dari api neraka. Namun sebagai hukuman
atas kesalahannya, dia dihukum menjalani penderitaan yang keras didalam Api Penyucian
hingga saat Penghakiman Akhir nanti.
Suster yang amat murah hati itu, Sr.Denise, sangat tersentuh oleh keadaan yang dialami oleh jiwa itu, dan dengan murah hati sekali dia menyerahkan dirinya sebagai jiwa kurban bagi sang pangeran. Tidak mungkinlah disini untuk mengatakan apa yang harus dia derita selama bertahun-tahun sebagai akibat dari tindakan yang berani itu. Pangeran yang malang itu tidak memberinya saat istirahat, karena segera saja Sr.Denise menerima siksaan-siksaan milik sang pangeran. Sr.Denise menyelesaikan kurbannya dengan kematiannya. Namun sebelum dia menghembuskan napasnya yang terakhir, dia mengatakan kepada Suster Kepala, bahwa sebagai balasan dari tindakan penebusan dosa yang besar itu, dia memperoleh remisi hanya beberapa jam saja bagi penderitaan pangeran itu. Ketika Suster Kepala menunjukkan keheranannya akan hal ini, yang menurut dia tidaklah sebanding dengan apa yang telah diderita oleh Sr.Denise, Sr.Denise menjawab :”Ah ! ibuku yang terkasih, jam-jam didalam Api Penyucian tidaklah dihitung seperti di dunia ini. Bertahun-tahun mengalami penderitaan, kelelahan, kemiskinan, atau rasa sakit di dunia ini, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan satu jam menderita didalam Api Penyucian. Hal itu sudah cukup banyak, karena Kerahiman Ilahi telah mengijinkan kita untuk mempengaruhi PengadilanNya. Aku tidak begitu tergerak oleh keadaan yang merana yang kulihat pada jiwa ini, tetapi aku tergerak oleh balasan rahmat yang luar biasa besarnya yang telah menyelamatkan pangeran itu dari kematian kekal.
Perbuatan yang dilakukan oleh pangeran itu layak mendapatkan hadiah neraka. Jutaan orang lain menerima kemusnahan yang kekal di neraka oleh karena kesalahan yang sama, tetapi pangeran ini telah mendapatkan keselamatannya. Dia telah menemukan kesadarannya kembali pada saat yang tepat untuk bisa bekerja sama dengan curahan rahmat yang amat berharga itu yang diarahkan kepadanya hingga dia bisa melakukan tindakan penyesalan hati yang sempurna. Saat yang penuh berkat itu nampak bagiku merupakan kelimpahan kebaikan, kemurahan hati dan kasih yang tak terhingga dari Tuhan”.
Suster yang amat murah hati itu, Sr.Denise, sangat tersentuh oleh keadaan yang dialami oleh jiwa itu, dan dengan murah hati sekali dia menyerahkan dirinya sebagai jiwa kurban bagi sang pangeran. Tidak mungkinlah disini untuk mengatakan apa yang harus dia derita selama bertahun-tahun sebagai akibat dari tindakan yang berani itu. Pangeran yang malang itu tidak memberinya saat istirahat, karena segera saja Sr.Denise menerima siksaan-siksaan milik sang pangeran. Sr.Denise menyelesaikan kurbannya dengan kematiannya. Namun sebelum dia menghembuskan napasnya yang terakhir, dia mengatakan kepada Suster Kepala, bahwa sebagai balasan dari tindakan penebusan dosa yang besar itu, dia memperoleh remisi hanya beberapa jam saja bagi penderitaan pangeran itu. Ketika Suster Kepala menunjukkan keheranannya akan hal ini, yang menurut dia tidaklah sebanding dengan apa yang telah diderita oleh Sr.Denise, Sr.Denise menjawab :”Ah ! ibuku yang terkasih, jam-jam didalam Api Penyucian tidaklah dihitung seperti di dunia ini. Bertahun-tahun mengalami penderitaan, kelelahan, kemiskinan, atau rasa sakit di dunia ini, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan satu jam menderita didalam Api Penyucian. Hal itu sudah cukup banyak, karena Kerahiman Ilahi telah mengijinkan kita untuk mempengaruhi PengadilanNya. Aku tidak begitu tergerak oleh keadaan yang merana yang kulihat pada jiwa ini, tetapi aku tergerak oleh balasan rahmat yang luar biasa besarnya yang telah menyelamatkan pangeran itu dari kematian kekal.
Perbuatan yang dilakukan oleh pangeran itu layak mendapatkan hadiah neraka. Jutaan orang lain menerima kemusnahan yang kekal di neraka oleh karena kesalahan yang sama, tetapi pangeran ini telah mendapatkan keselamatannya. Dia telah menemukan kesadarannya kembali pada saat yang tepat untuk bisa bekerja sama dengan curahan rahmat yang amat berharga itu yang diarahkan kepadanya hingga dia bisa melakukan tindakan penyesalan hati yang sempurna. Saat yang penuh berkat itu nampak bagiku merupakan kelimpahan kebaikan, kemurahan hati dan kasih yang tak terhingga dari Tuhan”.
Begitulah perkataan Sr.Denise. Dia sangat mengagumi kerasnya
Pengadilan Allah dan KerahimanNya yang tak terbatas itu. Keduanya muncul
bersinar didalam contoh ini dengan cara yang amat mengesankan.
Melanjutkan pembicaraaan tentang lamanya waktu didalam Api Penyucian,
disini kita akan bercerita tentang kejadian lainnya.
Pastor Philip Schoofs dari ‘the Company of Jesus’ yang
meninggal di Louvain pada 1878, menyampaikan fakta berikut ini, yang terjadi di
Antwerp selama tahun-tahun pertama perutusannya di kota itu. Dia telah
menyelesaikan sebuah misi dan kembali ke College of Notre Dame yang terletak di
Rue l’Empereur, ketika dia diberitahu ada seseorang yang memintanya untuk pergi
ke ruang tamu. Dia segera turun dari lantai atas dan disitu dia mendapati dua
pria muda yang sedang mencapai puncak usia belianya, dengan seorang anak kecil
sakit-sakitan dan pucat sekitar 10 tahun usianya. Mereka berkata :”Pastor, ini
adalah anak yang malang yang kami adopsi dan yang membutuhkan perlindungan kami
karena sifatnya baik dan saleh. Kami telah mendidiknya dan memberinya makan dan
selama lebih dari setahun dia telah menjadi bagian dari keluarga kami. Dia
bahagia dan sehat. Hanya dalam waktu beberapa minggu belakangan ini, dia mulai
menjadi kurus dan merana sekali, seperti yang anda lihat saat ini”. “Apakah
penyebab dari perubahan ini ?“, tanya Pastor itu. Mereka menjawab :”Itu adalah
sesuatu yang menakutkan. Anak ini terbangun setiap malam oleh karena
penampakan-penampakan. Dia mengatakan, ada seorang pria yang datang kepadanya
yang bisa dilihatnya dengan jelas seperti siang hari. Inilah penyebab dari rasa
takutnya dan kegelisahannya itu. Karena itu, Pastor, kami datang untuk meminta
pertolongan anda. Pastor Philip Schoofs menjawab :”Sahabat-sahabatku, bersama
Allah terdapatlah obat penyembuh bagi segala hal. Hendaknya anda berdoa,
mulailah dengan mengaku dosa secara baik dan menerima Komuni Kudus, dan
mintalah kepada Allah agar meluputkan anda dari segala setan, dan janganlah
takut apapun juga. Dan bagi kamu, anakku, berdoalah dengan sungguh-sungguh, dan
tidurlah dengan nyenyak agar tak ada setan yang membangunkan kamu”. Lalu imam
itu melepas mereka dan menganjurkan agar mereka kembali jika ada sesuatu yang
terjadi. Dua minggu berlalu. Mereka menemui kembali Pastor Philip. “Pastor”,
kata mereka, “kami telah melaksanakan nasihat anda, namun penampakan-penampakan
itu masih terus terjadi. Anak itu masih melihat pria yang sama muncul lagi”.
“Dari sejak malam ini”, kata Pastor Philip, “amat-amatilah pintu kamar anak
itu, dan berilah kertas dan pena untuk menulis jawabannya. Jika anak kecil itu
memberitahukan kedatangan pria itu, bertanyalah kepadanya demi Nama Tuhan
Yesus, siapakah dia, kapan saat kematiannya, dimana dia tinggal dan mengapa dia
kembali lagi”.
Hari berikutnya, mereka kembali menemui Pastor Philip
Schoofs, sambil membawa kertas dimana disitu tertulis jawaban yang mereka
terima. Mereka berkata :”Kami melihat pria itu menampakkan diri kepada anak
itu”. Mereka menjelaskan bahwa pria itu cukup tua, dimana mereka hanya bisa
melihat bagian dada keatas, dan dia mengenakan seragam zaman dahulu. Dia
menyebutkan namanya, dan rumah tempat dia tinggal dulu di Antwerp. Dia
meninggal pada tahun 1636, menjadi seorang bankir di rumah itu, dimana dulu
tempat itu terdiri atas dua buah rumah, dan saat ini terletak bersebelahan.
Kami menyimak bahwa dokumen-dokumen tertentu yang membuktikan kebenaran dari
hal ini telah diketemukan didalam arsip kota Antwerp. Dia menambahkan bahwa
dirinya kini berada didalam Api Penyucian dan baru ada sedikit saja doa-doa
telah dipanjatkan baginya. Dia lalu meminta agar orang-orang yang tinggal di
rumah itu mempersembahkan Komuni Kudus baginya dan akhirnya dia meminta agar
sebuah ziarah dilakukan demi dia, ke Notre Dame des Fievres dan yang lain ke
Notre Dame de la Chapelle di Brussels. “Kamu akan menjadi tenang jika telah
melakukan semuanya ini”, kata Pastor Philip, “dan jika jiwa itu kembali lagi,
sebelum kamu berbicara kepadanya, mintalah dia terlebih dahulu untuk
mengucapkan doa Bapa Kami, Salam Maria, dan Credo”.
Mereka melaksanakan berbagai tindakan yang baik dan suci dan
banyak pertobatan dihasilkan. Ketika semuanya selesai, orang yang meninggal itu
kembali. “Pastor, dia berdoa”, kata mereka kepada Pastor Schoofs, “namun dengan
cara dan nada iman dan kesucian yang tak dapat kami jelaskan. Kami tak pernah
mendengar doa yang seperti itu. Betapa hormatnya dia kepada doa Bapa Kami.
Betapa kasihnya dia kepada doa Salam Maria. Betapa semangatnya dia berdoa Aku
Percaya ! Kini kami sadar bagaimana caranya berdoa. Lalu pria itu berterima
kasih kepada kami atas doa-doa kami. Dia merasa sangat diringankan dan akan
segera dibebaskan sepenuhnya. Tetapi ada seorang pegawai toko kami yang telah
melakukan Komuni sakrilegi. Kami telah melaporkan”, kata mereka melanjutkan,
“hal itu kepada orang itu. Dia menjadi pucat dan mengakui kesalahannya dan dia
berlari kepada bapa pengakuannya dan segera dia memperbaiki kesalahannya”.
“Sejak saat itu”, demikian cerita Pastor Philip, “rumah itu
tak pernah diganggu lagi. Keluarga yang menghuninya juga merasa bahagia lagi
dan saat ini mereka menjadi kaya. Kedua bersaudara itu lalu bertingkah laku
amat baik, dan adik perempuan mereka menjadi biarawati dimana dia sekarang
menjadi Kepala di biara itu”.
“Begitulah, segala sesuatunya telah menuntun kita untuk
percaya bahwa kesejahteraan keluarga itu adalah juga akibat dari dukungan yang
diberikan kepada jiwa orang yang meninggal. Setelah dua abad menjalani hukuman,
maka masih tersisalah sedikit penebusan dosa serta beberapa perbuatan baik
seperti yang diminta. Ketika hal ini telah dilaksanakan, pria itu dibebaskan
dari Api Penyucian, dan dia menunjukkan rasa terima kasihnya dengan mendapatkan
berkat dari Tuhan bagi orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya”.
No comments:
Post a Comment