Feb. 1, 2017
ADA RIBUAN IMAM DARI SELURUH DUNIA
MEMINTA KLARIFIKASI MENGENAI AMORIS LAETITIA
Permintaan telah disampaikan,
ketika Cardinal Gerhard
Müller memberikan wawancara yang baru untuk mempertahankan
ajaran tradisionil Gereja mengenai isu-isu yang penting, dan uskup-uskup Jerman
menerbitkan panduan yang mengatakan bahwa orang yang bercerai dan menikah lagi secara
sipil bisa menerima Sakramen-sakramen
‘dalam kasus tertentu’.
Konfraternitas ini mewakili ribuan imam-imam dari
seluruh dunia dimana ia meminta sebuah klarifikasi yang jelas dan sangat perlu mengenai
Amoris Laetitia karena semakin
menyebarnya penafsiran yang berbeda-beda mengenai anjuran apostolik itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 1 Februari
2017, Konfraternitas Klerus Katolik Internasional (the International
Confraternities of Catholic Clergy) menulis bahwa ‘sebuah penafsiran dari yang berwenang
mengenai Amoris Laetitia, yang sejalan dengan ajaran dan praktek Gereja yang menetap,
adalah sangat penting guna menghadapi
semakin menyebarnya perbedaan pemahaman serta munculnya perpecahan yang semakin
luas di dalam praktek Gereja.”
Konfraternitas ini juga menyampaikan rasa terima
kasih mereka kepada empat orang kardinal yang telah menyampaikan dubia mereka kepada PF, yang berupa lima
buah pertanyaan guna memperoleh klarifikasi yang tegas dari PF, dimana mereka berpendapat
bahwa ‘sangat diperlukan untuk meluruskan penyalah-gunaan anjuran Amoris Laetitia yang bertujuan untuk melemahkan
Tradisi Suci Gereja.’
Sejak dokumen Amoris Laetitia itu diterbitkan pada
April tahun lalu, yang merupakan ringkasan dari dua sinode sebelumnya, mengenai
keluarga, ia telah menyulut berbagai penafsiran, dan beberapa diantaranya ada yang
dikritik sebagai sesat dan merupakan bentuk perpecahan dari Ajaran Gereja. Yang
paling menonjol dari keprihatinan itu adalah berupa pertanyaan apakah orang yang
bercerai dan kemudian menikah lagi secara sipil, dimana mereka tidak mau
berpantang dalam hubungan sexual, apakah mereka bisa menerima Komuni Kudus
meski mereka telah menjalani proses pendampingan dan penyadaran?
Kritikan yang disampaikan, mengatakan bahwa anjuran
seperti itu adalah bertentangan dengan Ajaran Gereja, sementara itu mereka yang
mendukung Amoris Laetitia beralasan bahwa anjuran itu adalah sebuah
perkembangan doktrin yang sah. Dan PF sendiri nampak mendukung yang terakhir
ini, namun dia tidak secara tegas setuju atau tidak setuju dengan orang yang bercerai
dan menikah lagi secara sipil untuk menerima Komuni Kudus. (Dan di Argentina PF
justru menganjurkan uskup-uskup disana untuk memberikan Komuni Kudus kepada orang-orang
yang bermasalah seperti ini.)
Konfraternitas itu mengatakan bahwa mereka memutuskan
untuk mengeluarkan pernyataan itu ‘demi rasa kasih kepada Gereja dan keprihatinan
akan keselamatan jiwa-jiwa’, dan mereka juga mengatakan bahwa dubia yang disampaikan oleh empat orang kardinal
dilakukan ‘dengan rasa hormat yang besar kepada Bapa Suci’ dan ‘hendaknya tidak
digunakan untuk menyulut perpecahan di dalam Gereja.’
“Bahaya besar terhadap persatuan dan keutuhan Gereja
karena meningkatnya paham relativisme moral ini haruslah dihadapi dengan kesungguhan
dan segera diluruskan,” demikian kata mereka, dengan menambahkan “kompleksitas
situasi yang dihadapi oleh manusia saat ini berarti bahwa Gereja haruslah menyampaikan
lagi ajaran-ajarannya dengan berani dan jelas.” Imam-imam itu juga mengatakan adalah
penting sekali bahwa disiplin dan praktek Gereja haruslah sejalan dengan ajarannya.
Imam-imam itu menekankan pentingnya memberi
penjelasan bahwa Komuni Kudus ‘tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memilih
untuk menjalankan relasi sexual dengan orang yang bukan merupakan pasangannya yang
sah’.
No comments:
Post a Comment