Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 60
Cara-cara untuk
menghindari Api Penyucian
Kemurahan hati dan
kerahiman
Nabi Daniel dan Raja
Babylon
St.Peter Damianus dan
John Patrizzi
Kita telah melihat cara pertama untuk menghindari Api Penyucian, yaitu dengan
berdevosi kepada Maria. Yang kedua adalah dengan sikap kemurahan hati dan
melalui karya-karya kerahiman dalam segala bentuknya. Tuhan berbicara tentang
Magdalena : “Dosanya yang banyak itu
telah diampuni, sebab ia banyak berbuat kasih (Luk. 7:47). “Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat. 5:7). “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan
janganlah kamu menghukum, maka kamupun
tidak akan dihukum. Ampunilah dan kamu akan diampuni” (Luk. 6:37). “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan
orang, Bapamu yang di Surga akan mengampuni kamu juga” (Mat. 6:14). Berikanlah kepada setiap orang yang meminta
kepadamu : berikanlah, dan hal itu akan diberikan kepadamu; Sebab ukuran yang
kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Luk. 6:30, 38). “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan
Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu
diterima didalam kemah abadi”. (Luk. 16:9). Dan Roh Kudus bersabda melalui
nabi : “Terberkatilah mereka yang
mengerti memahami orang yang miskin dan membutuhkan, sebab Tuhan akan
membebaskan dia pada saat kesesakan” (Mzm. 40). Semua kutipan kalimat suci
ini menunjukkan dengan jelas bahwa kemurahan hati, kerahiman dan kebajikan
kita, apakah hal itu ditujukan kepada orang-orang miskin, para pendosa, atau
terhadap musuh-musuh kita dan mereka yang melukai kita, atau bagi orang-orang
yang meninggal yang sangat membutuhkan pertolongan kita, maka kita akan
mendapatkan kerahiman dihadapan pengadilan Hakim Yang Amat Berkuasa.
Orang-orang kaya di dunia ini memiliki alasan yang banyak untuk merasa
takut. “Tetapi celakalah kamu, hai kamu
yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
Celakalah kamu yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah
kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
Celakalah kamu jika semua orang memuji kamu, karena secara demikian juga nenek
moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu” (Luk. 6:24-26). Tentu
saja Sabda Allah ini membuat para pengabdi kekayaan duniawi ini gemetar. Namun
jika mereka mau, kekayaan mereka bisa menjadi sarana keselamatan mereka
sendiri. Mereka bisa menebus dosa-dosa mereka dan melunasi hutang-hutang mereka
melalui pemberian sedekah yang banyak “Jadi
ya raja, biarlah nasihatku berkenan pada hati tuanku, lepaskanlah diri tuanku
dari pada dosa dengan melakukan keadilan, dan dari pada kesalahan dengan
menunjukkan belas kasihan terhadap orang yang tertindas; dengan demikian
kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan”(Dan.4:27) “Memang sedekah melepaskan dari maut dan tidak membiarkan orang masuk
kedalam kegelapan. Sedekah merupakan persembahan yang baik ke hadapan Yang
Mahatinggi bagi semua orang yang memberikannya” (Tob.4:10-11), kata Tobias
kepada anaknya. Juru Selamat kita menegaskan hal ini dan berjalan lebih jauh
lagi ketika Dia berkata kepada kaum Parisi :”Tetapi yang tersisa, berikanlah sedekah, dan perhatikanlah, semuanya
dibersihkan darimu”. Betapa besarnya kebodohan orang-orang kaya yang
memiliki banyak sarana di tangan mereka demi kesejahteraan rohani mereka, namun
mereka tidak mau memanfaatkan hal itu. Betapa bodohnya jika kita tidak mau
menggunakan kesempatan yang baik ini, dimana kita akan harus bertanggung jawab
kepada Tuhan ! Betapa bodohnya jika kita mau pergi dan terbakar di neraka atau
Api Penyucian, dan menyerahkan nasib kita kepada saudara-saudara kita yang
kikir dan tidak mengenal terima kasih, yang tidak mau memberikan kepada
saudaranya yang telah meninggal, doa-doa, air mata, atau sekedar memikirkannya
saja. Namun sebaliknya, betapa bahagianya umat Kristiani yang menyadari bahwa
diri mereka hanyalah sebagai penjaga, dihadapan Allah, dari segala harta yang
telah mereka terima dariNya, dan selalu memikirkan bagaimana membagikan harta
itu sesuai dengan rencana Yesus Kristus, kepada Siapa mereka akan bertanggung
jawab, dan yang menggunakan harta itu untuk kesejahteraan para sahabat, musuh,
dan para pelindung didalam kehidupan kekal nanti.
St.Peter Damianus, didalam salah satu karyanya, menceritakan kisah berikut
ini. Seorang bangsawan dari Roma yang bernama John Patrizzi telah meninggal.
Meskipun dia seorang Kristiani, tetapi kehidupannya adalah seperti pada umumnya
orang-orang kaya, yang jauh berbeda dari Guru Ilahinya, yang miskin, menderita,
dimahkotai duri. Untung saja dia bersikap sangat murah hati kepada orang-orang
miskin, dengan memberikan pakaiannya kepada mereka. Beberapa hari setelah
kematiannya, ada seorang imam yang suci sedang berdoa, mengalami ekstase, dan
dia dibawa didalam roh menuju Basilika St.Cecilia, salah satu Gereja yang
paling dihormati di Roma. Disana dia melihat ada sejumlah perawan suci, St.
Cecilia, St.Agnes, St.Agatha, dan lain-lainnya, yang mengelilingi sebuah tahta
yang amat megah, dimana disitu duduklah Sang Ratu Surga, yang dikelilingi oleh
para malaikat dan jiwa-jiwa terberkati.
Pada saat itu muncullah seorang wanita miskin yang berpakaian compang
camping tetapi dia memakai mantel yang mahal pada bahunya. Dia berlutut dengan
rendah hati di kaki Ratu Surga dan sambil menyatukan kedua tangannya, matanya
berlinangan dengan air mata, dia berkata dengan tersenyum :”Bunda Kerahiman,
demi kebaikanmu yang sangat besar itu, aku memohon kepadamu untuk berbelas
kasih kepada John Patrizzi yang malang itu, yang baru saja meninggal, dan yang
kini sedang menderita sekali didalam Api Penyucian”. Tiga kali wanita itu
mengulangi permohonan yang sama, dan setiap kali dengan semangat yang lebih
besar, namun dia tidak dijawab. “Engkau tahu dengan baik, oh Ratu yang amat
murah hati, bahwa aku adalah pengemis yang berdiri di pintu masuk Basilika,
meminta sedekah ditengah musim dingin yang beku tanpa ada yang menutupi tubuhku
kecuali kain kumalku itu. Aku gemetar kedinginan. Lalu John, orang yang
kudoakan ini, melepaskan dari bahunya, mantel kulitnya yang mahal itu dan
memberikannya kepadaku, sambil membiarkan dirinya sendiri kedinginan. Apakah
tindakan kemurahan hati yang begitu besar itu yang dilakukannya demi namamu, oh
Maria, tidak layak menerima jasa-jasa dari indulgensi ?”.
Atas permohonan yang menyentuh hati ini maka Sang Ratu Surga menunjukkan
rasa kasihnya kepada wanita itu. “Orang yang kau doakan itu”, jawab Maria,
“dihukum hingga lama didalam penderitaan yang amat mengerikan karena banyaknya
dosa-dosanya. Namun karena dia memiliki dua buah keutamaan yang khusus,
kemurahan hati terhadap orang yang miskin dan devosi kepada altar-altarku, maka
aku akan turun dan menolongnya”. Dengan perkataan ini maka para penghuni Surga
disitu yang mengelilingi Sang Ratu bersukacita dan berterima-kasih kepada Bunda
Kerahiman itu. Patrizzi dibawa masuk, dalam keadaan pucat, buruk rupanya, dan
penuh ikatan rantai pada tubuhnya hingga melukai dagingnya. Sang Perawan Suci
memandangnya untuk sesaat dengan rasa belas kasih yang lembut sekali. Kemudian
dia memerintahkan agar rantai-rantai itu dilepaskan dan memberikan pakaian
kemuliaan kepadanya, sehingga dia bisa bersatu dengan para kudus dan
orang-orang terberkati yang mengelilingi tahtanya. Perintah ini segera saja
dilaksanakan dan semuanya kemudian menghilang dari pandangan.
Imam yang suci itu yang menerima penglihatan ini sejak saat itu tak pernah
berhenti mewartakan kemurahan hati dari Sang Puteri kepada jiwa-jiwa yang
menderita didalam Api Penyucian, terutama kepada mereka yang berdevosi melayani
dia, dan yang sangat bermurah hati kepada orang-orang miskin.
No comments:
Post a Comment