Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 59
Cara-cara untuk
menghindari Api Penyucian
Hak istimewa didalam
skapulir suci
Pastor de la
Colombiere Venerabilis
Rumah Sakit di Toulon
the Sabbatine
St.Teresa
Wanita di Otranto
Sesuai dengan apa yang telah kami katakan, Sang Perawan Terberkati telah
menyematkan dua buah hak istimewa kepada skapulir suci. Selain itu Bapa Suci
juga menambahkan banyak indulgensi kepadanya. Disini kita tidak membicarakan
dua macam indulgensi itu. Namun kita ingat bahwa adalah bermanfaat untuk
memperkenalkan dua buah hak istimewa ini. Yang satu disebut ‘meluputkan dan
yang kedua ‘membebaskan’.
Yang pertama adalah diluputkannya atau dibebaskannya seseorang dari
siksaan-siksaan neraka : In hoc moriens
aeternum non patietur in cendium --- dia yang meninggal dengan mengenakan
skapulir ini, tidak akan menderita api neraka”. Nyatalah bahwa dia yang
meninggal dalam keadaan dosa berat, meskipun dia mengenakan skapulir, tak akan
dibebaskan dari kutukan. Tetapi bukan inilah yang dijanjikan oleh Maria. Ibu
yang amat baik ini berjanji dengan penuh kemurahan hati untuk memberikan segala
hal sehingga orang yang meninggal dengan mengenakan skapulir suci itu akan
menerima rahmat yang sangat bermanfaat sehingga dia layak dan sempat untuk
mengaku dosa dan menyesali segala kesalahannya. Atau jika dia meninggal secara
mendadak, dia akan masih memiliki waktu untuk melakukan penyesalan hati yang
sempurna. Kita bisa menuliskan sebuah buku yang berisi peristiwa-peristiwa
ajaib yang membuktikan pemenuhan dari janji-janji ini. Marilah kita
menceritakan beberapa diantaranya.
Pastor de la Colombiere Venerabilis, menceritakan kepada kita ada seorang
wanita muda, yang dulunya dia cukup baik dan rajin mengenakan skapulir suci.
Namun dia tersesat dari jalan yang benar dari keutamaan iman. Akibat dari
berbagai bacaan yang buruk serta lingkungan hidup yang berbahaya bagi jiwanya,
wanita ini terjatuh kedalam kesalahan yang besar hingga hampir kehilangan
kehormatannya. Bukannya dia lalu berpaling kepada Tuhan, dan meminta
perlindungan kepada Perawan Terberkati, yang merupakan tempat pengungsian kaum
pendosa, tetapi dia membiarkan dirinya didalam kekecewaan dan keputus-asaan.
Setan segera menawarkan obat bagi segala kejahatannya itu, yaitu berupa
tindakan bunuh diri, yang akan bisa mengakhiri kesedihannya yang bersifat
sementara disini, tetapi yang semakin menceburkan dirinya kepada siksaan kekal
nanti. Wanita ini berlari menuju ke sungai, dan masih mengenakan skapulir, dia
menceburkan dirinya kedalam air. Tetapi, betapa sebuah keajaiban terjadi ! dia
tidak tenggelam, tetapi hanyut dibawa air sungai itu dan dia tidak mati seperti
yang diharapkannya. Seorang nelayan melihat dia dan segera menolongnya. Tetapi
wanita itu menolaknya dan merenggutkan skapulirnya, dan melemparkan benda suci
itu jauh-jauh dan segera saja dia tenggelam. Nelayan ini tak bisa menyelamatkan
wanita itu namun dia bisa menemukan skapulir itu, dan mendapati bahwa ‘pakaian
suci’ ini ketika masih dikenakan oleh wanita itu, telah berhasil mencegah
pendosa itu untuk bunuh diri.
Di sebuah Rumah Sakit di Toulon, ada seorang pejabat, seorang yang tidak
percaya kepada Tuhan, yang tidak mau bertemu dengan imam. Suatu saat, kematian
mendatangi dia, dimana dia mengalami sakit parah. Seorang pembantunya
memanfaatkan kesempatan ini dengan menaruh sebuah skapulir pada lehernya, tanpa
sepengetahuannya. Setelah dia terbangun, dia berteriak-teriak :”Mengapa kamu
menaruh api pada diriku, api yang membakar aku ? Ambillah, ambillah !”. Lalu
orang-orang menyerukan kepada Perawan Terberkati dan berusaha menaruh kembali
skapulir itu pada lehernya. Orang yang sakit itu merasakan hal ini dan dia
menariknya keras-keras serta melemparkannya jauh-jauh. Dan dengan
umpatan-umpatan yang kotor pada bibirnya dia meninggal dunia.
Hak istismewa kedua yaitu Sabbatine atau pembebasan, yaitu dilepaskannya
seseorang dari Api Penyucian oleh Perawan Terberkati pada hari Sabtu pertama
setelah kematiannya. Untuk bisa mendapatkan hak istimewa ini, beberapa keadaan
tertentu haruslah dipenuhi. Pertama, mempertahankan kemurnian. Kedua,
mendaraskan doa the Little Office
dari Perawan Terberkati. Mereka yang mendaraskan doa the Canonical Office sudah bisa memenuhi syarat ini. Mereka yang
tidak bisa membaca, maka dia tidak usah mendaraskan doa the Office itu, tetapi
dia haruslah berpuasa seperti yang dianjurkan oleh Gereja dan tidak makan
daging pada hari Rabu, Jumat dan Sabtu. Yang ketiga, dalam hal yang perlu, maka
kewajiban mendaraskan the Office, puasa, dan pantang, bisa digantikan oleh
perbuatan baik lainnya, oleh mereka yang berkuasa untuk memberikan dispensasi
ini. Inilah hak istimewa Sabbatine atau Pembebasan itu, beserta berbagai
keadaan untuk melaksanakannya. Jika kita ingat apa yang dikatakan tentang
kerasnya Api Penyucian dan lamanya waktu disana, maka kita akan menyadari bahwa
hak istimewa ini sangatlah berharga sekali, dan syarat-syaratnya juga sangat
mudah.
Kita tahu bahwa banyak orang yang meragukan otentisitas dari the Sabbatine
Bull, tetapi disamping sebagai tradisi dan tindakan yang baik dari umat
beriman, Paus Benediktus XIV yang pengetahuan dan pendapatnya cukup terkenal,
telah mengumumkan karunia-karunia yang ada disitu.
Di Otranto, sebuah kota di kerajaan Naples, ada seorang wanita bangsawan
yang mengalami rasa sukacita setelah mendengarkan kotbah dari seorang karmelit,
P., yang menjadi penganjur dari devosi kepada Maria. Dia meyakinkan para
pendengarnya bahwa semua umat Kristiani yang dengan setia mengenakan skapulir,
dan memenuhi semua persyaratan yang dianjurkan, akan melihat Bunda Ilahi mereka
pada saat kematian mereka, dan bahwa Si Penghibur yang agung dari orang-orang
yang berduka ini, akan datang pada hari Sabtu setelah kematian mereka untuk
membebaskan mereka dari Api Penyucian dan menuntun mereka menuju tempat tinggal
dari orang-orang terberkati. Tersentuh oleh manfaat yang sangat besar ini,
wanita itu segera mengenakan ‘pakaian’ dari Perawan Terberkati, dan berteguh
hati untuk menjalankan aturan-aturan dari konfraternitas. Kesalehan dari wanita
ini cepat sekali mengalami kemajuan. Dia berdoa kepada Maria siang dan malam,
dan menaruh seluruh kepercayaannya kepada Maria serta berlindung kepada Maria
dalam segala hal. Diantara karunia-karunia yang dia minta adalah agar dia
meninggal pada hari Sabtu, agar dia bisa segera dibebaskan dari Api Penyucian.
Doa-doanya didengarkan. Beberapa tahun kemudian, setelah menderita sakit,
meskipun bertentangan dengan pendapat dokter yang merawatnya, dia mengatakan
bahwa penyakitnya itu akan membawanya ke kuburnya. Dia berkata :”Aku memberkati
Allah dengan harapan agar aku segera bisa dipersatukan denganNya di Surga”.
Penyakitnya segera saja memburuk sehingga para dokter menyatakan bahwa dia
pasti segera meninggal, dan bahwa dia tak akan bisa bertahan melewati hari itu,
yaitu hari Rabu. “Sekali lagi anda salah”, kata wanita itu, “aku akan hidup
tiga hari lagi, dan tidak akan mati sampai hari Sabtu nanti”. Peristiwa yang
terjadi telah membenarkan perkataannya. Mengenai hari-hari penderitaannya itu
merupakan harta yang tak terhingga besarnya bagi wanita itu, karena dia
memanfaatkan penderitaan itu untuk memurnikan jiwanya dan meningkatkan
jasa-jasa dari penderitaan itu baginya. Ketika hari Sabtu tiba, dia menyerahkan
jiwanya kepada tangan dari Penciptanya.
Puterinya, yang juga amat saleh kehidupannya, merasa bersedih atas
kehilangan itu. Ketika dia berdoa di kamar doanya bagi jiwa ibunya, sambil
mencucurkan banyak air mata, ada seorang hamba Allah yang sering dikaruniai
dengan kemampuan berkomunikasi adikodrati, datang kepadanya dan berkata
:”Jangan menangis anakku, dan gantikanlah kesedihanmu itu dengan sukacita. Aku
datang untuk meyakinkan kamu, demi Allah, bahwa hari ini, Sabtu, atas jasa dari
hak istimewa yang diberikan kepada para anggota konfraternitas skapulir, ibumu
telah masuk ke Surga, dan sudah terbilang diantara orang-orang pilihan.
Terhiburlah dan berkatilah Sang Perawan Tersuci, Bunda Kerahiman”.
No comments:
Post a Comment