USKUP SCHNEIDER
BERKATA:
UMAT
KATOLIK HARUS SIAP UNTUK MENJADI MARTIR BAGI IMAN MEREKA
Pertempuran ini,
anakku, akan semakin meningkat dalam waktu singkat, karena saat itu bukan hanya
terjadi perang besar dengan menggunakan senjata-senjata manusia, tetapi akan
segera diketahui di seluruh dunia bahwa saat itu telah terjadi sebuah perang
spirituil.
Semua orang yang terlibat dalam pertempuran mendatang haruslah mau menerima kemartiran. Anakku, hal itu bukan hanya berarti kematian di dalam tubuhmu, ia juga bisa berupa penganiayaan. Berteguhlah di dalam iman. Pertahankanlah iman di dalam hati mereka yang kau kasihi. Bagikanlah kemurahan hatimu kepada sesamamu di seluruh dunia. Berdoalah selalu.
Pesan-pesan
diatas berasal dari Surga yang diberikan kepada Veronica Lueken di Bayside, New York. Read more
oleh Pete Baklinski
“Umat
Katolik yang berusaha untuk selalu setia kepada ‘harta yang terbesar’ dari iman
Katolik mereka, haruslah bersiap-siap untuk mengalami kemartiran jika mereka
harus bersaksi di hadapan kaum berhala atau orang-orang yang tak beriman,
ataupun di hadapan sesama umat Katolik yang kemudian menjadi bidaah,” demikian
kata Uskup Kazakhstan, Athanasius Schneider dalam sebuah wawancara. Schneider, uskup pembantu di Astana, Kazakhstan, menjadi pembicara kunci dalam wawancara hari
Kamis, pada Konperensi Internasional mengenai Pengendalian Penduduk. Simposium
online itu berbicara mengenai ancaman terhadap pengendalian penduduk serta
mencermati betapa musuh-musuh radikal dari kehidupan sedang melemahkan dan
menyesatkan Gereja Katolik. Acara itu diadakan oleh The Lepanto Institute.
Uskup Schneider dalam pidatonya yang berjudul “Catholic faith and martyrdom” (Iman
Katolik dan kemartiran) berkata kepada para pendengarnya bahwa Tuhan telah
berjanji: Hendaklah engkau setia sampai
mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. (Why 2:10)
“Sabda
Tuhan ini merupakan sebuah tugas suci bagi setiap umat Kristiani. Menjadi setia
berarti mempertahankan iman, yang telah ditiupkan ke dalam jiwa kita oleh Allah
Tritunggal, dalam segala kepenuhannya, kemurniannya dan keindahannya, tanpa
merubah apapun, tanpa menambahkan apapun, kepada kebenaran-kebenarannya yang
tak dapat berubah,” demikian kata Uskup Schneider. Dia
berkata bahwa jika umat Katolik tidak mempertahankan imannya, maka dia menjadi
orang bidaah.
“Bidaah
berarti tidak setia kepada iman… bukan seperti umat Katolik yang sejati, orang
bidaah menerima beberapa jenis dogma, yang sesuai dengan keinginannya dan
penilaiannya sendiri,” katanya lagi.
Dia
berkata bahwa dosa karena tidak mempertahankan iman, “adalah dosa moral yang
terbesar, selain dosa yang melawan keutamaan pengharapan dan kasih Ilahi.”
Uskup Schneider berkata bahwa umat Katolik yang setia tidak
boleh merasa khawatir jika melihat kenyataan bahwa ‘kesetiaan kepada iman
Katolik tetap menjadi sebuah fenomena minoritas.’
“Dari
yang minoritas ini, beberapa ada yang dipanggil kepada kemartiran sebagai saksi
atas kebenaran iman. Dia mengutip ucapan St.
Thomas Aquinas: Para martir dipanggil untuk menjadi saksi,
karena dengan melalui penderitaan di dalam tubuh, hingga sampai mati, mereka
bersaksi atas kebenaran; bukan sembarang kebenaran, tetapi kebenaran yang
selaras dengan kesalehan, yang diperkenalkan kepada kita oleh Kristus,
sementara itu kematian Kristus adalah merupakan kesaksianNya. Saat ini
kebenaran ini adalah merupakan kebenaran iman. Karena semua alasan dari
kemartiran adalah kebenaran iman.”
“Beberapa
martir dipanggil untuk bersaksi terhadap kebenaran-kebenaran iman di hadapan
umat Kristiani lainnya yang telah meninggalkan iman sejati,” demikian
lanjutnya.
“Kesetiaan
kepada iman Katolik dan kemartiran Kristiani bukan hanya menuntut pengakuan
atas kebenaran Ilahi, tanpa mengenal takut, di hadapan kaum berhala dan
orang-orang tak beriman, terutama di hadapan umat Kristiani yang sesat,”
demikian kata Uskup Schneider lebih
lanjut.
Uskup Schneider memberi contoh dari Sir John Burke of Brittas dari Irlandia, yang pada
awal abad 17 bersaksi atas kebenaran-kebenaran iman Katolik hingga saat
kematiannya di tangan umat Kristiani lainnya.
Uskup Schneider berkata:
Pada
sebuah hari Minggu pagi, di istana John Burke, berkumpullah orang-orang Katolik
yang membantu sebuah perayaan Misa yang akan dilaksanakan oleh seorang imam
secara sembunyi-sembunyi. Namun ada seorang pengkhianat yang melapor kepada
penguasa sipil saat itu. Tiba-tiba sepasukan tentara mengepung tempat itu,
dimana Misa Kudus diadakan.
Si
pemimpin tentara itu memaksa untuk masuk.
Tapi
jawaban dari Sir Burke adalah : dia boleh masuk secara bebas jika dia mau
mengaku dosa lebih dahulu dan menyuruh para pasukannya untuk melakukan hal yang
sama. Jika tidak, mereka harus tetap berada diluar, karena orang yang tak
beriman tak boleh mengikuti apa yang bersifat kudus; hal-hal yang kudus tidak
boleh diberikan kepada anjing, mutiara tak boleh diberikan kepada babi.
Akhirnya
Burke bisa lolos dan lari, meski kemudian dia bisa tertangkap. Ketika dia
diadili di hadapan orang banyak, pemimpin pengadilan itu mengatakan bahwa dia
akan memperlakukan Burke dengan baik asalkan dia mau mematuhi keinginan raja
yang berkaitan dengan iman dan agama. Jika tidak, Burke akan dihukum mati.
Namun John Burke tetap teguh di dalam imannya.
Kemudian
dia mendengarkan putusan pengadilan itu dengan wajah yang bahagia, dan dia berkata
bahwa dirinya bahagia karena mereka yang menyakiti tubuhnya tak mampu menyakiti
dan menguasai jiwanya.
Dia
menambahkan beberapa kata di mana dia menyatakan penolakannya terhadap doktrin
dan opini-opini yang sesat, dan keinginannya yang tulus untuk mematuhi ajaran
Gereja Katolik dimana dia menyatakan bahwa dia ingin mati di dalam persekutuan dengan
Gereja Katolik. Ketika tiba di tempat
eksekusi, dia minta untuk diturunkan, agar dia bisa mendekati dan berlutut di
hadapan sarana hukuman mati itu, dan hal ini diijinkan baginya.
“Iman
ini berarti iman Katolik yang murni dan utuh,” kata Schneider.
Dia juga
mendorong umat Katolik untuk memohon rahmat kesetiaan kepada iman Katolik,
bahkan hingga mati.
"Saya
ingin mendorong anda untuk menyimpan harta terbesar yang anda miliki, iman
Katolik. Jagalah agar iman ini tidak berubah, tetap murni, dan mohonlah rahmat yang
terbesar kepada Tuhan agar anda tetap setia kepada iman Katolik sampai mati,
dan agar selalu dapat dan mampu dengan segala kerendahan hati, untuk mempertahankan
iman, untuk mengakui iman anda, dan untuk membela iman anda dan kebenaran,
dengan tegas dan dengan kasih," katanya.
Inilah sebabnya
saya berharap kepada anda semua agar anda menjadi pelaku kebenaran dan mewartakan
kebenaran itu kepada dunia, dan anda akan menjadi donatur kebaikan terbesar di dunia,”
katanya menambahkan.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment