Cardinal Gerhard Muller, prefect
emeritus of the Congregation for the Doctrine of the Faith
(Doc: Diane
Montagna/LifeSiteNews)
By Dorothy Cummings McLean
SEORANG KARDINAL JERMAN, GERHARD MULLER:
UMAT KATOLIK
YANG SETIA (PADA AJARAN KRISTUS) SEDANG DIDORONG KELUAR GEREJA
SAN FRANCISCO, 28 Juni 2018 (LifeSiteNews) - Mantan Prefek (Kepala) Kongregasi
untuk Ajaran Iman di Vatikan menuduh sesama uskup Jerman telah menyerah kepada
Evangelisasi Baru. Putus asa dengan peranan ajaran Kristiani di dunia
kontemporer, mereka semakin melemahkan doktrin agar Gereja dapat bertahan
hidup. Dan mereka yang tidak setuju, akan dihukum.
"Umat beriman yang memeluk doktrin Katolik
secara serius dituduh sebagai konservatif (kolot) dan terdesak keluar dari
Gereja, dan terkena tuduhan fitnah dari media liberal dan anti-Katolik," demikian
kata Kardinal Gerhardt Müller kepada Catholic World Report.
Ditunjuk oleh Paus Benediktus XVI pada tahun
2012, Kard. Müller adalah Prefek (Kepala) Kongregasi untuk Ajaran Iman, sebelum
dia diberhentikan
Juli lalu oleh Paus Francis. Dalam wawancara
baru-baru ini, dia mengatakan kepada CWR bahwa ada uskup-uskup Jerman yang
ingin menuntun Gereja kepada "modernitas," dengan mengacu pada ajakan
St. Yohanes Paulus II untuk mempertobatkan dunia.
"Ada satu kelompok uskup-uskup Jerman,
dengan pemimpin mereka yang menuntun, menganggap diri mereka sebagai pencipta
tren dalam Gereja Katolik untuk menuju kepada modernitas," katanya.
“Para uskup ini menganggap bahwa proses
sekularisasi dan de-kristenisasi Eropa sebagai perkembangan yang tidak dapat
diubah,” lanjut Kardinal Müller. “Karena alasan inilah maka Evangelisasi Baru - program Yohanes Paulus II
dan Benediktus XVI - dalam pandangan mereka, merupakan pertempuran melawan arah
sejarah yang obyektif, menyerupai pertempuran Don Quixote melawan kincir
angin.”
Solusi mereka? Menyerah kepada dunia!
"Mereka mencari sebuah tempat di mana Gereja
dapat bertahan hidup dengan damai," kata Müller. “Karena itu semua doktrin iman dalam Gereja yang bertentangan dengan ‘arus
utama dunia’, sebagai hasil konsensus masyarakat, harus direformasi.”
Dia menjelaskan
bahwa inilah mengapa beberapa uskup Jerman menuntut pemberian Komuni Kudus
kepada umat
non-Katolik dan umat
Katolik yang berada dalam keadaan dosa berat. Juga dalam agenda itu, Kardinal Müller
mengungkapkan, ada sejumlah usulan radikal lainnya yang bertetangan dengan iman
Katolik:
"Pemberian berkat perkawinan bagi pasangan
homoseksual, interkomuni dengan Protestan, melonggarkan relasi perkawinan yang
tak terpisahkan dalam perkawinan sakramental, pengenalan viri probati dan bersama dengan hal itu: penghapusan kehidupan selibat
bagi imam, persetujuan bagi hubungan seksual sebelum dan di luar
pernikahan," demikian Kard. Müller menambahkan.
Menyebut agenda para uskup ini sebagai
"proses Protestanisasi yang menyolok," Kard. Müller mengatakan bahwa
doktrin iman bagi uskup-uskup Jerman itu adalah hal sekunder di hadapan kasih mereka
yang utama: kepada kekuasaan politik.
"Bagi banyak uskup, kebenaran wahyu dan
pengakuan iman Katolik hanyalah satu lagi variabel dalam politik kekuasaan
intra-eklesial (yang ada di dalam lingkup para klerus)," katanya kepada
CWR.
“Beberapa dari mereka mengutip perjanjian pribadi
yang dilakukan dengan Paus Fransiskus dan mereka berpendapat bahwa pernyataan-pernyataan
paus dalam berbagai wawancara dengan wartawan dan tokoh masyarakat yang jauh menyimpang
dari ajaran Katolik, telah menawarkan pembenaran, bahkan semacam ijin untuk 'melemahkan’
kebenaran iman yang didefinisikan dengan sempurna dan yang tak bisa salah.”
Kard. Müller mengamati bahwa keinginan untuk ‘dicintai
oleh media dan dunia’ sangatlah bertentangan dengan semangat para rasul pertama
dulu.
"Saat ini, banyak orang berpendapat bahwa diterima
oleh media adalah lebih penting daripada kebenaran, dimana karena hal itu kita juga
terpaksa harus menderita," demikian Kard. Müller mengingatkan
pewawancaranya. “Petrus dan Paulus menderita kemartiran bagi Kristus di Roma,
pusat kekuasaan di zaman mereka. Mereka tidak dihormati dan dirayakan oleh
penguasa dunia ini sebagai pahlawan, melainkan diejek seperti Kristus di kayu
salib. Kita tidak boleh melupakan dimensi kemartiran dari pelayanan Petrus
serta tugas episkopal.”
Bertobat kepada dunia, bukan kepada
Tuhan
Ditanya tentang kondisi iman Katolik di Jerman,
Kard. Müller mengatakan bahwa banyak umat yang merasa "ditinggalkan dan
dikhianati" oleh para pastor mereka yang mendukung popularitas duniawi.
"Menjadi populer dalam opini publik saat
ini adalah kriteria bagi seorang uskup atau imam agar dianggap baik dan
berhasil," kata Müller dengan nada sedih. “Kita sedang mengalami dan
menjalani pertobatan kepada dunia, bukan kepada Tuhan, dimana hal ini bertentangan
dengan pernyataan Rasul Paulus: “Jadi
bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah
kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Gal 1:10
Kardinal Müller mengindikasikan bahwa Kongregasi Ajaran
Iman di Vatikan telah direndahkan dan dilecehkan saat ini, karena doktrin Gereja
telah “dipaksa tunduk kepada persyaratan dan permintaan dari permainan
kekuasaan dunia”.
Menggambarkan betapa berbahayanya obsesi akan kekuasaan
dan gengsi ini, Kard. Müller menunjukkan bagaimana hal itu bisa membutakan
orang terhadap kebenaran-kebenaran teologis tentang imamat dan pernikahan.
"Jika perutusan imamat dipahami melalui posisi kekuasaan, maka doktrin ini yang
berbicara tentang mempertahankan Sakramen Imamat hanya bagi kaum pria Katolik saja,
adalah bentuk diskriminasi terhadap perempuan," kata Kardinal Müller.
“Tetapi perspektif kekuasaan dan
prestise sosial itu salah. Hanya jika kita melihat semua doktrin iman dan
sakramen-sakramen dengan mata teologis,
bukan dengan mata kekuasaan duniawi, maka
doktrin iman mengenai prasyarat alamiah bagi sakramen-sakramen Tahbisan Suci
dan pernikahan menjadi jelas bagi kita,” kata dia melanjutkan. “Hanya seorang pria yang dapat melambangkan
Kristus sebagai Mempelai Pria bagi Gereja. Hanya satu pria dan satu wanita yang
bisa menjadi simbol dari relasi Kristus dengan Gereja-Nya.”
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/