REVOLUSIONER - pokok-pokoK berita dari kaum HOMOSEKSUALIST pada
pertemuan KELUARGA-keluarga se dunia DUNIA
by Christine Niles, M.St. (Oxon.), J.D. •
ChurchMilitant.com • June 14, 2018
KARDINAL-KARDINAL MENDORONG
DITERIMANYA PANDANGAN BARU DAN RADIKAL MEREKA ATAS GEREJA
DUBLIN, IRLANDIA (ChurchMilitant.com) – Garis
besar Pertemuan-keluarga se Dunia (WMOF –
World Meeting of Families)
musim gugur ini menampilkan beberapa uskup paling revolusioner di dunia yang
mendorong diterimanya jalur-kiri (komunis) bagi Gereja.
Pertemuan
itu dijadwalkan pada bulan Agustus 2018 di Dublin, Irlandia, pertemuan - yang
akan mencakup kunjungan ( dan dibuka oleh) Paus Francis - akan menampilkan
para uskup berikut ini, antara lain:
- Kardinal Blase Cupich, Uskup Agung Chicago, Illinois
- Kardinal Joseph Tobin, Uskup Agung Newark, New Jersey
- Kardinal Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster, England
- Kardinal Christoph Schönborn, Uskup Agung Vienna, Austria
- Kardinal Donald Wuerl, Uskup Agung Washington, D.C.
- Kardinal Oswald Gracias, Uskup Agung Bombay (Mumbai), India
- Kardinal Oscar Rodriguez Maradiaga, Uskup
Agung Tegucigalpa,
Honduras
Masing-masing dari para kardinal ini memiliki track record yang ‘hebat’ – karena
mereka telah mempromosikan masa depan yang lebih "progresif" bagi
agama Katolik.
Kardinal
Blase Cupich dari Chicago. Blase Cupich telah menawarkan ide
baru yang radikal bagi Gereja, yaitu dia mengusulkan sebuah paradigma di
mana kaum homosex, hubungan perzinahan dan kumpul kebo agar diterima dan
diijinkan untuk menerima
Komuni Kudus, hanya berdasarkan "suara hati nurani" mereka (tanpa
keharusan untuk menyesal, bertobat dan menerima Sakramen Pengakuan dosa lebih
dahulu).
Kardinal Blase Cupich dari Chicago
Kardinal Joseph Tobin. Di antara berbagai tindakan pertama dari Joseph
Tobin setelah menerima topi merah (jabatan Kardinal) adalah berupa penyambutan
kaum LGBT dan mereka diajak untuk merayakan Misa Kudus di katedralnya, di
mana topik kesucian kehidupan diabaikan (tidak disebut) dalam kotbahnya. Tobin
juga mengkritik para kardinal Dubia yang mempertanyakan Amoris Laetitia dan kemungkinan memberikan Komuni Kudus kepada umat
yang bercerai dan menikah lagi, meski hal itu bertentangan dengan ajaran dan
disiplin Gereja yang sudah berlangsung selama ini. Kardinal ini telah mengalami
rasa malu tahun lalu setelah tweet pribadinya yang dikirim kepada seorang
wanita yang hanya mengatakan "Nighty
night, baby" yang secara tak sengaja diposting ke akun Twitter
publiknya. Tobin kemudian mengklaim bahwa itu adalah sebuah tweet yang
ditujukan untuk saudara perempuannya.
Kardinal Vincent Nichols,
kepala Konferensi (Wali Gereja) Uskup Inggris dan Wales, telah mengizinkan diadakannya
misa bagi kaum gay yang telah berlangsung selama enam tahun ini di London,
hingga kemudian kegiatan itu dipindahkan ke sebuah paroki Jesuit di Farm
Street, di mana ia berlanjut hingga hari ini. Dia banyak diserang baru-baru ini
karena telah berpihak kepada Rumah Sakit Alder
Hey, dalam persengketaan
dengan orang tua dari anak Alfie Evans, anak yang sakit dan dibiarkan
meninggal setelah rumah sakit menolak untuk memberi ijin anak itu dipindahkan
ke rumah sakit Vatikan untuk perawatan lebih lanjut.
Masing-masing dari para kardinal ini telah
mempromosikan masa depan yang lebih "progresif" untuk Katolisisme. Kardinal Vienna, Christoph Schönborn,
memuji hubungan
gay aktif, membela "relasi yang stabil" dari kaum homoseksual:
"Mereka memiliki sukadukanya sendiri, mereka saling membantu. Harus diakui
bahwa orang ini (kaum gay) telah mengambil langkah penting demi kebaikannya
sendiri dan kebaikan orang-orang lain ... " Kardinal ini juga mengangkat kembali
seorang homoseksual pada kepengurusan semula pada dewan paroki, setelah imam
setempat menyingkirkannya dengan alasan kasusnya bisa menimbulkan skandal.
Kardinal Donald Wuerl dari Washington DC,
telah mempromosikan pemberian
Komuni Kudus kepada umat yang bercerai dan menikah lagi, dan bahkan dia menghukum
seorang imam bawahannya karena menolak memberikan Ekaristi kepada seseorang
seorang lesbian, beragama Budha, dalam sebuah Misa Kudus, dan Donald Wuerl memastikan
bahwa imam itu disingkirkan dari keuskupan agungnya dan tidak diijinkan untuk memberikan
pelayanan publik lebih lanjut di sana.
Kardinal Oswald Gracias dari Bombay, India, mengatakan
bahwa Gereja "membutuhkan" kaum homoseksual. Dia mengatakan hal ini kepada
sekelompok pembangkang New Ways Ministry dalam sebuah wawancara
tahun 2015 bahwa Gereja "harus merangkul semuanya, inklusif," dan
kita harus menyingkirkan semua bahasa
yang mengacu kepada ketertarikan sesama jenis sebagai "gangguan" dan
secara intrinsik "jahat." Oswald
Gracias mengungkapkan harapannya bahwa Gereja akan mulai menggunakan "bahasa yang lebih lembut, bukan
bahasa yang menghakimi."
Kardinal Oscar Rodriguez Maradiaga, yang
dijuluki "Wakil Paus" karena kedekatannya dan tingkat pengaruhnya
atas Paus Francis, yang terlibat dalam skandal
keuangan di Vatikan, yang telah diselidiki karena diduga telah salah dalam menangani
dana jutaan dolar uang paroki ke dalam bentuk investasi asing yang patut dipertanyakan,
dan dia telah menerima uang dalam jumlah besar dari pemerintah Honduras melalui
agen yang dikendalikan oleh Gereja.
Pada pusat dari skandal keuangan ini adalah Uskup
Auxiliary, Juan
Pineda, yang diduga telah menggunakan sebagian dari uang itu untuk
membiayai gaya hidup homoseksualnya.
Menurut janda seorang diplomat Vatikan, Maradiaga menghukum
para imam yang menuduh Pineda melakukan pelanggaran. Dua orang
seminaris menuduh Pineda melakukan
pelecehan seksual, dan mengklaim
bahwa mereka bukan satu-satunya yang dilengserkan oleh uskup itu.
Menurut janda itu, Martha Alegría Reichmann, Maradiaga "selalu menutup-nutupi dan melindungi’ Uskup Juan Pineda." Tetapi Kardinal
Maradiaga membantah tuduhan itu.
Anthony
Murphy, direktur Lumen Fidei Institute
di Irlandia, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keprihatinannya besar
tentang agenda LGBT yang dipamerkan di dalam acara WMOF, khususnya pidato utama yang disampaikan
oleh imam Yesuit, pastor James Martin:
Seharusnya
membuat hati setiap orang Katolik yang setia menjadi sadar bahwa sebuah ceramah
utama yang akan diberikan oleh pastor yang kontroversial, Pastor James Martin,
S.J. Dengan memilih pembicara ini, Uskup Agung Dublin sekali lagi menegaskan dukungannya
bagi agenda homoseksual dan dia membantu menyulut kebingungan dan perbedaan
pendapat di dalam Gereja. Track record dari pastor Martin sendiri juga tidak
bagus. Alih-alih memimpin orang yang tertarik kepada sesama jenis agar mendekat
kepada Kristus, tetapi dia justru mendorong mereka untuk menghidupkan
ketertarikan mereka yang tidak wajar itu dengan memberi tahu mereka bahwa Gereja menyetujui gaya hidup mereka.
Martin mengatakan kepada para pria dan wanita yang bingung atau terganggu
secara seksual, bahwa tidak ada yang
salah dengan apa yang mereka lakukan (homosex).
Murphy
mencatat kritikan Martin terhadap Katekismus, yang mengajarkan bahwa hubungan sesama
jenis adalah tindakan "kebobrokan yang berat" dan "secara
intrinsik adalah jahat," dan bahwa "dalam keadaan apa pun mereka (kaum
homosex) tidak dapat dibenarkan." Kalimat dari Katekismus ini telah disalahkan
oleh pastor James Martin.
"Singkatnya,
pastor James Martin adalah seorang yang ingkar terhadap iman, dan dia menuntun
orang-orang lain yang rentan ke dalam dosa; tidak ada kemurahan hati dan tidak
ada kasih dalam pendekatan pastor James Martin ini," demikian kata Murphy
melanjutkan. "Sangat disayangkan dan merupakan sebuah pengabaian atas kepedulian
pastoral bagi pertemuan WMOF nanti yang akan menawarkan platform bagi orang
yang secara terbuka menentang ajaran Gereja sambil mengabaikan karya Kerasulan yang
berani."
WMOF telah mewujudkan kecenderungan pro-LGBT sejak awal perencanaannya, dengan video promosi yang secara mencolok menampilkan
suara-suara ramah-gay (yang mendukung gay).
Promosi
itu kemudian diedit oleh panitia setelah ditegur oleh uskup David Connelly,
yang mempermasalahkan keluarga-keluarga sesama jenis (homosex) sebagai
konfigurasi keluarga yang sah.
Uskup Agung
Diarmuid Martin dari Dublin, Irlandia, yang keuskupan agungnya menjadi tuan
rumah dari pertemuan WMOF itu, secara tradisional menunjukkan betapa dirinya bersikap
lemah terhadap, dan bahkan dalam beberapa kasus dia menerima, homoseksualitas.
Pada hari ketika pernikahan sesama jenis
dilegalkan melalui referendum nasional pada tahun 2015, Diarmuid Martin mengatakan,
"Saya menghargai bagaimana perasaan pria dan wanita gay dan lesbian pada
hari ini, bahwa mereka merasa hal ini adalah sesuatu yang memperkaya cara
mereka hidup. Saya pikir itu adalah sebuah revolusi sosial."
Diarmuid
Martin, yang duduk di dewan pengurus Seminari St. Patrick di Maynooth (seminari
nasional Irlandia), tidak berbuat banyak di balik skandal gay yang telah menghiasi
sekolahnya (seminari) selama bertahun-tahun. Ketika para seminaris tertangkap basah
menggunakan aplikasi kencan gay, Grindr, untuk berhubungan seksual dengan para pria
lain, Diarmuid Martin memindahkan
salah satu dari seminaris homoseksual yang terlibat ke Roma, di mana dia
saat ini masih bisa melanjutkan studinya.
Dengan
setidaknya 30.000 orang (keluarga) sudah terdaftar untuk acara Dublin, termasuk
juga keluarga-keluarga LGBT, ini akan menjadi Pertemuan Keluarga Dunia terbesar
sejak pelaksanaan pertama tahun 1994 di Roma.
++++++++++++++++++++++
Sedikit tentang Irlandia:
* Tempat kediaman MDM
* Mayoritas Katolik.
* 18 % penduduk yang aktiv ke gereja.
* Penjara-penjara kosong, karena tidak ada
maling, pencuri atau koruptor.
* Hampir 75% bayi lahir karena kumpul kebo.
* Karena itu tidak mengherankan jika warga Irlandia telah
menyetujui dan mengesahkan undang-undang aborsi di negara mereka.
* Karena itu sungguh benarlah jika Bunda Maria memberikan DP
32, doa bagi Irlandia. Pesan MDM, Jumat, 17 Februari 2012, jam 15.30. Surga
telah mengantisipasi kejatuhan Irlandia.
No comments:
Post a Comment