PAUS MENOLAK PANDUAN INTERCOMMUNION DARI USKUP-USKUP JERMAN.
APAKAH HAL INI BERARTI BAHWA PAUS MENOLAK INTERCOMMUNION?
Berita muncul pagi
ini bahwa uskup-uskup Jerman, yang telah menikmati dukungan dan pengaruh besar
selama kepausan Paus Fransiskus, telah mengalami penolakan yang mengejutkan
dari Roma, di mana Kongregasi untuk Ajaran Iman (CDF) menolak - dengan
persetujuan paus - untuk menyetujui pedoman yang disampaikan oleh uskup-uskup Jerman,
yang memungkinkan beberapa orang Protestan untuk menerima Komuni Kudus di
gereja-gereja Katolik.
PAUS MERUBAH
KEPUTUSANNYA SOAL INTERKOMMUNI, DENGAN MENGATAKAN BAHWA USKUP-USKUP LOKAL YANG
MUSTI MEMUTUSKAN HAL ITU
Ketika berbicara tentang Paus
Fransiskus, anda tidak boleh mempercayai begitu saja apa yang dikatakannya. Ada
lebih banyak bukti tentang hal itu sepanjang waktu. Lihat disini
dan disini.
Dan tentu saja, kita tidak boleh
melupakan The Peron Rule.
(pemimpin Komunis dari Argentina)
Mengenai masalah interkomunion,
memang benar bahwa dia (paus) menandatangani
penolakan CDF terhadap selebaran dari uskup-uskup Jerman.
Umat Katolik yang ingin percaya yang
terbaik, akan segera merasa senang. "Hei lihat! Dia (paus) bersikap ortodoks
(tradisionil) tentang yang satu ini (tentang siapa yang boleh menerima Komuni)!
"
Tetapi sekarang, kita melihat apa yang
sedang terjadi: itu tidak lain adalah sulapan
tangan. Sebuah retorika palsu. Sebuah permainan kepausan berikutnya.
"Paus
mengatakan bahwa uskup lokal harus membuat ketentuan mengenai interkomuni"
demikian judul yang baru di media Crux.
Paus telah berputar kembali ke masalah intercommunion dan dia memutarnya ke
arah yang baru. Jika anda ingin melihat apa yang dia lakukan, anda harus
memperhatikan cara bola berputar. Apakah anda melihat yang mana titik awalnya -
yang tentu saja mewakili otoritas kepausan dan persetujuan dalam metafora kecil
kita di sini – semua itu ditentukan dari mana bola itu mulai berputar?
Perhatikanlah dengan seksama -
penekanan (huruf tebal) disini adalah dari saya:
Setelah seharian
menggembar-gemborkan cara-cara di mana umat Kristiani dapat berbagi dalam persekutuan
yang lebih besar, tetapi komitmen untuk bersatu itu tidak membuat Paus Francis mendukung bagian pengawas doktrinal di Vatikan
dalam keputusannya untuk menuntut kehati-hatian terkait proposal untuk
melakukan interkomuni dengan umat Protestan.
Pada penerbangan kembali ke Roma,
hari Kamis, dari ziarah ekumenis seharian ke Jenewa, Francis mengatakan bahwa dia
mendukung Prefect Vatikan untuk
Kongregasi untuk Ajaran Iman, Kardinal terpilih Luis Ladaria, dalam mensyaratkan untuk memikirkan ulang rancangan
proposal dari para uskup Jerman yang akan mengizinkan orang non-Katolik
menerima Komuni meski dalam kondisi tertentu.
Bulan lalu, Kongregasi untuk Ajaran
Iman (CDF) menolak proposal uskup-uskup
Jerman, yang disetujui oleh sekitar tiga perempat dari para uskup selama
pertemuan sebelumnya di musim semi. Dalam sebuah surat yang diterbitkan bulan
ini, Ladaria mengatakan proposal itu "belum cukup matang untuk
dipublikasikan."
Francis mengatakan bahwa Ladaria tidak
bertindak secara sepihak, tetapi dengan izin paus ...
Hingga sekarang, kita semua masih berada
di dalam pengertian yang sama. Semua orang memperhatikan bola yang berlabel, “Francis melarang interkomuni melalui CDF”.
Tetapi ketika dia berbicara tentang Ladaria yang memiliki izin darinya, paus nampak
mengalihkan perhatian kita. Orang-orang memperhatikan kata-katanya, dan ketika
dia melihat mata kita tidak terpaku pada tangannya, dia menekan tombol untuk merubah
keadaan. Bola masuk melalui cangkir yang lain dengan sangat cepat sehingga
hampir tidak ada yang melihat perubahan yang terjadi. Coba diperlambat dan
perhatikan bolanya:
… dan
bahwa di bawah Hukum Cannon [sic] terserah kepada uskup
setempat untuk memutuskan dalam kondisi apa komuni dapat diberikan kepada umat non-Katolik,
bukan pada konferensi uskup-uskup lokal.
“Hukum Canon mengatakan bahwa uskup dari gereja
tertentu, dan ini adalah kata yang penting, 'tertentu’, artinya dari sebuah keuskupan,
bertanggung jawab untuk ini ... hal itu (tanggung jawab itu) ada di tangannya.”
Lagipula,
kata Francis, masalah yang akan timbul jika mengadakan konferensi Waligereja
dengan mengajukan pertanyaan semacam itu adalah bahwa "sesuatu yang dihasilkan dalam sebuah konferensi
waligereja akan dengan cepat tersebar secara universal".
Apakah anda melihat paus beralih haluan
dengan mempermainkan tombol switch disini?
Masalah yang ada dalam permainan
ilusi versi Bergoglian ini adalah tidak adanya pengungkapan akhir dari sulapan
ini. Si penyihir mengalihkan perhatian penonton dari apa yang terjadi di atas
meja, dan kemudian mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah datang
tanpa pernah mengangkat cangkir untuk menunjukkan di mana bola mendarat. Dia
sebenarnya tidak ingin penonton tahu bahwa dia melakukan sihirnya, karena
seluruh pekerjaannya hanya untuk mengalihkan perhatian penonton cukup lama,
sehingga mereka lupa dia telah melakukan tipuan dalam sulapan itu.
Orang-orang
yang menonton pertunjukan panggung itu akan pulang dengan asumsi bahwa bola itu
berada tetap di tempatnya. Tetapi sebenarnya tidaklah seperti itu jika memakai piala
yang bernama "Francis melarang interkommuni melalui CDF". Sekarang pialanya
bernama "Francis mengatakan masing-masing uskup dapat memutuskan aturan
tentang interkommuni".
Beberapa orang telah melihat Francis
melakukan trik versi ini cukup sering, sehingga mereka telah belajar cara
mencari sakelarnya. Tetapi kebanyakan orang, sayangnya, belum tahu. Dan karena
mereka yakin bahwa bola masih berada di bawah piala atau cangkir itu, maka bola
itu juga harus berada di bawah piala itu. Mereka akan bersedia berdebat dengan
siapa pun yang mengatakan sebaliknya kepada mereka.
Sementara itu, media Katolik tidak
mungkin melaporkan tentang si pesulap yang tidak bermoral ini, yang tidak
benar-benar melakukan trik pesta yang tidak berbahaya, karena mereka pasti
mengira dia hanya melakukan permainan yang tidak berbahaya.
Begitulah, permainan itu
akan terus berlanjut.
Berangkat dari metafora saya yang
tidak sempurna, sebelum ia runtuh, saya ingin kembali sejenak kepada apa yang
saya tulis kembali pada
bulan April. Saya mengatakan bahwa saya percaya Francis tidak senang dengan
‘kantong yang menyala’ ... karena ada handout atau pedoman interkomuni yang
ditinggalkan di depan pintunya. Maka uskup-uskup Jerman melangkah masuk. Mereka
terlalu manis. Ini bukanlah cara Francis bekerja, dan itu “adalah bagian yang
bagus dari alasan mengapa dokumen mereka ditolak. Karena di mana Francis
tampaknya paling nyaman bekerja melalui sindiran, maka uskup-uskup Jerman itu mencoba
menciptakan sesuatu yang lebih eksplisit: Secara tertulis."
Dia menegaskan hal ini ketika dia
mengatakan, dalam komentar yang dikutip di atas, bahwa "sesuatu yang berhasil dalam sebuah konferensi waligereja dengan
cepat akan tersebar secara universal."
Kami tidak bisa percaya hal itu.
Ingat, apa yang dia katakan kepada wanita Lutheran (yang kawin dengan pria Katolik)
yang bertanya apakah dia dapat menerima Komuni pada bulan November 2015:
“Saya tidak akan pernah berani mengijinkan hal ini, karena ini
bukanlah kompetensi saya. Satu baptisan, satu Tuhan, satu iman. Bicaralah
kepada Tuhan, dan kemudian majulah (untuk menerima Komuni). Saya tidak berani
mengatakan apa-apa lagi.”
Tidak ada yang
berkuasa dari atas. Tidak ada surat keputusan resmi. Jauh lebih mudah untuk
menendangnya jatuh dan menciptakan kekacauan. Memecah hingga berkeping-keping dan merusak
iman universal. Satu uskup saja pada sebuah saat, sudah bisa hancur berantakan.
No comments:
Post a Comment