Soros Mengakui COVID Membantu 'Melegitimasi' 'Instrumen Kontrol'
Yang Mendorong Munculnya 'Rezim
Represif'
George Soros mengatakan bahwa 'Covid-19 juga membantu melegitimasi instrumen kontrol karena sangat berguna dalam menangani virus.'
Wed May 25, 2022 - 5:43 pm EDT
DAVOS,
Swiss (LifeSiteNews) — George
Soros, penyandang dana globalis dan miliarder sayap kiri radikal, kemarin
menyatakan bahwa COVID-19 telah membantu "melegitimasi" metode pengendalian
yang dimungkinkan oleh kecerdasan buatan (AI).
Komentar
Soros ini muncul selama sambutan
yang disampaikan pada KTT tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2022 di Davos, saat
dia menyinggung bahaya yang dia katakan ditimbulkan oleh AI terhadap masyarakat
bebas.
Soros
menyatakan bahwa “Rezim represif (penindas) sekarang sedang berkuasa dan
masyarakat terbuka sedang dikepung,” dan menunjuk ke negara-negara yang dia
yakini menimbulkan “ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka” hari ini: Cina dan
Rusia.
“Saya
telah merenungkan lama dan mendalam mengapa itu harus terjadi. Saya menemukan
sebagian jawabannya dalam pesatnya perkembangan teknologi digital, khususnya
kecerdasan buatan,” lanjut Soros yang beberapa editorialnya telah diterbitkan
oleh WEF.
“Secara
teori, AI (kecerdasan buatan) seharusnya netral secara politik: bisa digunakan
untuk kebaikan atau keburukan. Namun dalam praktiknya efeknya asimetris. AI
sangat bagus dalam menghasilkan instrumen kontrol (sarana penindasan) yang
membantu rezim represif dan membahayakan masyarakat terbuka,” lanjutnya, dan
dia menambahkan, “Covid-19 juga membantu melegitimasi instrumen kontrol karena
sangat berguna dalam menangani virus.”
Memang,
tidak hanya negara-negara yang biasanya dianggap “represif”, tetapi mayoritas
negara di dunia menjadi “tertutup” dalam berbagai tingkatan selama wabah
COVID-19, dengan negara-negara seperti Prancis dan Kanada, misalnya, sama-sama
dipimpin oleh para pemimpin muda globalis hasil didikan WEF. Para pemimpin itu
menerapkan paspor COVID untuk mengontrol akses ke tempat-tempat umum, dan
membatasi perjalanan internasional bagi warganya.
Faktanya,
di bawah Perdana Menteri Justin Trudeau, Kanada terus memberlakukan beberapa
kontrol perjalanan internasional paling ketat di dunia, bahkan ketika
profesional kesehatan AS, misalnya, secara luas mengakui
bahwa COVID-19 menjadi “semakin seperti flu biasa...”
Editor Catholic Family News, Matt Gaspers menyebut
pengakuan Soros bahwa COVID-19 membantu memfasilitasi kontrol yang lebih besar ini
cukup "menarik," tetapi menambahkan, "dia (Soros) salah tentang
'instrumen kontrol' yang efektif untuk 'menangani virus, dengan mengatakan,' bahwa
‘Lockdown tidak berfungsi."
Soros
sendiri juga telah melanjutkan pembatasan kebebasan demi alasan COVID-19 dan tujuan
sosial lainnya melalui jaringan Open Society Foundations-nya. September lalu,
American Civil Liberties Union, yang menerima lebih dari $37 juta dari Soros
antara tahun 2000 dan 2014 saja, dan mengatakan suntikan
wajib COVID akan “meningkatkan kebebasan sipil.”
Yuval Noah Harari, penasihat pendiri dan ketua
WEF Klaus Schwab, menyebut
wabah COVID-19 "semacam peristiwa penting untuk melakukan pengawasan,"
bukan hanya karena pengawasan "menyebar ke mana-mana dengan penyakit
ini" tetapi karena sedang diterapkan "di bawah kulit", yaitu,
secara harfiah memantau keadaan fisik internal dan status kesehatan kita
masing-masing.
“Instrumen
kontrol” yang, menurut Soros, diaktifkan oleh AI dan “dilegitimasi” oleh
COVID-19 telah memfasilitasi apa yang disebut Harari sebagai “kediktatoran
digital.”
“Para diktator
selalu bermimpi untuk sepenuhnya menghilangkan privasi orang banyak, memantau
semua orang sepanjang waktu dan mengetahui semua yang Anda lakukan, dan bukan
hanya semua yang Anda lakukan, tetapi bahkan semua yang Anda pikirkan dan semua
yang Anda rasakan … Mereka tidak pernah bisa melakukannya karena secara teknis
tidak mungkin; dan sekarang hal itu menjadi mungkin,” Harari menjelaskan
kepada moderator New York Times Liz
Alderman selama pertemuan Forum Demokrasi Athena, dalam sebuah video yang
sekarang lagi viral.
WEF tidak hanya mendukung pengawasan luas dengan alasan COVID – tetapi WEF juga mendukung, misalnya, aplikasi pencarian-dan-pelacakan untuk "mengisolasi orang yang terinfeksi dari yang tidak terinfeksi" - tetapi bertanya bagaimana pemerintah dapat "mengaktifkan sistem perawatan kesehatan" untuk menggunakan pelacakan kontrak digital “di luar COVID-19.”
Pertanyaan untuk Soros, WEF, dan rekan kelompok mereka: Di manakah mereka menarik garis batas antara kontrol yang bersifat "represif" dan kontrol yang bersifat "menguntungkan" masyarakat luas?
------------------------------
Silakan membaca artikel lainya di sini:
Hindari
Pencemaran Terhadap Ekaristi
Kudus
Pesan
Bunda Maria Akita Semakin Digenapi ...
Pejabat
Vatikan Di Davos: Gereja Katolik Sedang Melaksanakan Agenda Forum Ekonomi Dunia
Gereja
Jerman Membuat Langkah Selanjutnya...
Perjanjian
WHO Terkait dengan Paspor Digital Global dan Sistem ID