Synode-nya Francis menjuluki pasangan homosex yang mengadopsi anak-anak,
sebagai pahlawan 'PRO-LIFE' (pro-kehidupan)
by Jules Gomes • ChurchMilitant.com • May 9, 2022
Vatikan terus meluncurkan propaganda
'pakaian tanpa kelim’ yang pro-homoseksual
VATICAN CITY (ChurchMilitant.com) - Proses perjalanan sinode
paus Francis secara rutin mempromosikan propaganda LGBTQ+ di situs resminya, bahkan memuji homoseksual
yang mengadopsi bayi sebagai pahlawan "pro-kehidupan".
Pada hari
Sabtu, Sekretariat Jenderal Sinode Para Uskup Vatikan menerbitkan tiga
"kesaksian pasangan homoseksual," dan memuji mereka sebagai kisah
"seksualitas yang memberi kehidupan."
Mengapa seseorang tidak boleh memberi
kami bayi? GabTweet
Pastor James Martin menyuarakan penerimaannya atas homoseksual
dalam film dokumenter Martin Scorsese.
"Pakaian Tanpa Kelim" Martin
Buletinnya hari Sabtu
lalu mempromosikan pro-LGBTQ+ dari pastor James Martin dalam film dokumenter Building a Bridge yang diproduksi oleh
Martin Scorsese — sebuah film yang juga menampilkan Michael Voris, pendiri dan
produser eksekutif senior Church
Militant.
Tidak ada homofobia
di dunia yang bisa bersaing dengan tindakan dehumanisasi anak-anak yang
diterima secara sosial seperti ini. Gab
Tweet
Film dokumenter itu "menunjukkan
iman yang besar" dari umat LGBTQ+ "saat
mereka bertekun di Gereja, meskipun telah bertahun-tahun ditolak," demikian
kata pastor Martin, dengan alasan bahwa "mungkin tidak ada kelompok lain
di pinggiran Gereja kita selain orang-orang LGBT."
"Kehidupan
remaja LGBT dalam keluarga yang menolak mereka sangat berharga, sama seperti
kehidupan seorang anak dalam kandungan yang berharga," tulis Martin dalam
artikel berjudul "Mengapa
Saya Pro-Kehidupan." (Maksudnya
disini, pro-kehidupan adalah orang LGBT itu. Karena menurut pastor Martin,
orang LGBT adalah pro-kehidupan. Dan hal ini dibenarkan oleh sinode-nya
Francis)
Pastor Yesuit pro-sodomi
yang bernama James Martin ini mengatakan bahwa dia menggunakan pendekatan
"pakaian tanpa kelim" untuk menghargai semua kehidupan — sebuah
pendekatan, kata para kritikus, yang sekarang diadopsi oleh ‘Sinode tentang Sinode’
dari Francis untuk mendorong agenda LGBTQ+.
Buletin sinode juga
memuji "Yayasan Emansipasi Gay" Belanda, yang didirikan oleh pastor
Jan Veldt, yang bertujuan untuk mempromosikan "pemberdayaan gay di
Gereja" dengan "membicarakannya sebanyak mungkin, di media dan
terutama di Gereja itu sendiri."
“Berjalan bersama waktu: Hapuskan selibat, buka imamat untuk
wanita, dan beri ruang bagi pastor gay.” Manifesto pastor Veldt ini mengumumkan,
secara eksplisit, yang menyatakan bahwa dia melihat "pertemuan konsultasi
persiapan ini sebagai kesempatan yang baik untuk lebih menyesuaikan posisi
Gereja Katolik Roma tentang homoseksualitas."
Manifesto tersebut
menekankan langkah-langkah positif yang diambil oleh Francis, yang mengulangi hingga
dua kali dalam pembicaraannya dan dalam film dokumenter "Francesco" perlunya
mengakui relasi pasangan sesama jenis. Manifesto itu menambahkan,
"Pada pertengahan 2021, Francis mendorong Yesuit Amerika, James Martin,
untuk melanjutkan komitmen pastoralnya kepada orang-orang LGBT."
Sebuah kesaksian video yang termasuk dalam komunike Vatikan menampilkan konsultan psikiater Dr. Obeney-Williams (wanita), yang dengan tanpa malu-malu atau menyesal menyatakan bahwa dia adalah seorang umat di Gereja Farm Street yang dipimpin oleh Jesuit di London dan telah hidup bersama "pasangan wanitanya selama 34 tahun."
“Berjalan bersama
waktu: Hapuskan selibat, buka imamat untuk wanita, dan beri ruang bagi pastor gay.”
GabTweet
"Saya
benar-benar tahu Roh Kudus ada dalam proses sinode ini," kata lesbian itu,
yang biasa menyanyi di "paduan suara LGBT" gerejanya, dia mengungkapkan
kegembiraannya karena ditunjuk sebagai koordinator sinode paroki oleh pastor pro-sodomi,
Dominikus Robinson.
Psikiater itu juga
menyebut mantan pastor, Martin Pendergast, sebagai pemimpin kelompok LGBT.
Pendergast telah menjalin relasi homoseksual dengan Julian Filochowski, mantan
kepala Catholic International Development Charity (CAFOD), sejak 2006, Church Militant sebelumnya telah melaporkan
kasus ini.
“Paus
Francis telah mengubah Gereja Katolik. Saya menjadi Katolik karena dia,”
Obeney-Williams bersaksi, dan mencatat bahwa dia bergabung dengan Gereja hanya
setelah paus Francis “menjangkau”
orang-orang LGBT.
Pengorbanan Anak
Pada tahun 2016,
peneliti Robert Oscar Lopez dan Brittany Klein menerbitkan sebuah studi
otoritatif yang diambil dari kesaksian anak-anak yang diadopsi oleh pasangan
homoseksual. Berjudul Jephthah's
Children: The Innocent Casualties of Same-Sex Parenting, buku tersebut
memperingatkan adopsi gay sebagai "pelecehan anak yang sistematis."
"Jephthah's Sacrifice"
Jephthah adalah
seorang hakim dalam Perjanjian Lama yang mengorbankan putri satu-satunya
sebagai konsekuensi dari membuat sumpah terburu-buru kepada Tuhan.
Lopez (pria), seorang
mantan homoseksual yang sekarang menikah dengan seorang wanita, menceritakan bagaimana
dia diasuh oleh dua orang lesbian, dan dia menjelaskan bagaimana anak-anak yang
diadopsi oleh gay dibesarkan dalam budaya "sangat spesifik dan penuh
dengan masalah."
Dalam hubungan sesama
jenis, "orang dewasa memiliki tingkat depresi, kecemasan, gangguan makan
yang lebih tinggi, penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, kekerasan dalam
rumah tangga, serangan seksual dan ide bunuh diri," katanya menjelaskan.
Klein, yang juga
dibesarkan oleh pasangan lesbian, menyesali kasus pengasuhan anak oleh para
homosex: "Ini bukan tentang apa yang terjadi di antara dua orang dewasa.
Ini adalah seluruh negara yang terlibat dalam membuat ‘peternak wanita’ untuk
memenuhi keinginan sekelompok laki-laki, dan kemudian mengingkari anak-anak
yang diciptakan, dan memperlakukan mereka sebagai barang-barang yang dapat
dijual, termasuk menjual hak mendasar dari seorang ibu dan ayah.”
"Seorang anak
layak mendapatkan seorang ibu (perempuan) dan seorang ayah (laki-laki). Ini
adalah hak asasi manusia yang mendasar. Menjadi orang tua bukanlah hak. ...
Tidak ada homofobia di dunia yang bahkan bersaing dengan dehumanisasi anak-anak
yang diterima secara sosial ini," dia menyimpulkan.
Dalam nasihat
apostoliknya Christifideles Laici
(1988), Paus Yohanes Paulus II mengecam kesalahan "pakaian tanpa kelim",
dan mencatat bahwa "hak atas kesehatan, rumah, pekerjaan, keluarga, budaya
— adalah salah dan ilusi jika hak untuk hidup, hak yang paling dasar dan paling
mendasar dan kondisi untuk semua hak pribadi lainnya, tidak dipertahankan
dengan tekad yang maksimal."
Kardinal
Gerhard Müller, yang saat itu menjabat sebagai prefek untuk Kongregasi Ajaran
Iman, memperingatkan pada tahun 2013 bahwa metafora "pakaian tanpa kelim"
digunakan "dengan cara yang tidak jujur secara intelektual, untuk
mengizinkan atau setidaknya membenarkan orang menutup mata terhadap kasus
aborsi, kontrasepsi atau pendanaan publik untuk penelitian sel induk
embrionik."
----------------------------
Silakan membaca artkel lainnya di sini:
Gisella
Cardia, 23, 26, 30 April 2022, 3 & 6 Mei 2022
Forum
Ekonomi Dunia (WEF) Menggunakan 'Bahasa Orwellian’ Untuk Berperang Melawan
Musuhnya
Kaum
Globalis Telah Merencanakan Untuk Membuat Dunia Kelaparan...
Kaum
Globalis berencana menggunakan konflik Ukraina guna memaksakan Pemerintahan
Tunggal Dunia
Situs
Web Resmi Vatikan Tentang Sinode Menyambut Baik Homosex ...