USKUP
(EMERITUS) GRACIDA: TERNYATA FRANCIS JAUH LEBIH HETERODOX DAN MEMBINGUNGKAN
DARIPADA MEREKA YANG ORTODOX (TRADISIONIL) DAN BERSIFAT MENDIDIK.
USKUP
(EMERITUS) GRACIDA KECEWA DENGAN KEPEMIMPINAN PAUS FRANCIS
Baru-baru
ini kami bertanya kepada Uskup Rene Henry Gracida (emeritus), uskup dari Corpus
Christi, Texas, dengan pertanyaan: Apakah
anda berpikir bahwa Paus Francis ini jauh lebih bersikap heterodox dan membingungkan,
daripada mereka yang ortodox dan mendidik?
Uskup
Gracida menjawab : Ya !
Dia
menambahkan:
Kebanyakan
umat Katolik tidak tahu bahwa ada beberapa kejadian dalam sejarah Gereja dimana
seorang paus mengajarkan bidaah, atau dia gagal dalam tugasnya untuk menolak
bidaah. Jika kejadian itu pernah terjadi sebelumnya, maka hal itu bisa saja terjadi
lagi.
Misalnya
saja: Paus Nicholas
I berkata bahwa pembaptisan
adalah valid tidak peduli apakah hal itu dilakukan demi nama Tiga Pribadi dari Tritunggal
Yang Maha Kudus atau demi nama Kristus saja. Dalam hal ini Paus Nicholas telah
berbuat kesalahan, karena pembaptisan dalam nama Kristus saja tidaklah valid.
Demikian
juga Paus Honorius, yang membenarkan perbuatan kompromi dengan bidaah, dia berkata
pada tahun 634 : "Kita harus berhati-hati untuk tidak menghidupkan kembali
pertengkaran lama.” Disini paus Honorius telah mengijinkan kesalahan untuk menyebar
luas secara bebas, dengan akibat bahwa kebenaran dan sikap ortodox dibasmi.
St. Sophronius dari Jerusalem, hampir sendirian di depan
paus Honorius, dan menyalahkan dia karena telah melakukan bidaah. Akhirnya paus
Honorius mengakui dan menyesali kesalahannya, namun dia keburu meninggal sebelum
dia bisa memperbaiki berbagai akibat dari perbuatannya itu terhadap Gereja karena
prinsipnya yang mau berkompromi dalam hal iman. Begitulah Konsili
Konstantinopel III mengeluarkan kutukan terhadap dia dan hal ini kemudian dikuatkan
oleh Paus St.
Leo II.
Paus John
XXII berkata di Avignon, pada pesta Semua Orang Kudus,
tahun 1331, bahwa suatu jiwa tak bisa memasuki Surga hingga terjadinya kebangkitan
tubuh pada hari akhir nanti. Namun setelah itu paus ini ditegur oleh para
teolog dari Universitas Paris. Mereka menegur paus karena karena mereka tahu bahwa
teori atau pernyataan dari paus itu adalah sesat. Beberapa saat sebelum John XXII meninggal, tahun 1334, dia
menarik kembali kesalahannya itu.
Seorang paus memiliki kuasa
tak bisa salah (infallibility) seperti yang dijanjikan
oleh Kristus jika dia memenuhi persyaratan sebagai berikut:
·
Berbicara atau mengajar
masalah iman atau moral;
·
Mengajarkan kepada seluruh
dunia (bukan kepada sekelompok orang saja).
·
Dia berbicara setelah
berkonsultasi secara cukup dengan uskup-uskup dan para teolog;
·
Dia mewartakan ajarannya
itu secara terbuka di hadapan para kardinal, uskup-uskup, imam-imam, serta umat
awam.
Jika
tidak memenuhi persyaratan ini maka paus itu hanya sekedar melakukan konperensi
pers saja, dan dia tidak bisa mengaku memiliki kuasa ‘tak bisa salah’(infallibility) seperti yang dijanjikan
oleh Kristus.
Originally
published at Renew America.
Read the full article at One Peter Five
No comments:
Post a Comment