Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab
23
Keringanan
bagi jiwa-jiwa suci
Puasa,
silih, matiraga, betapapun kecilnya
Segelas
air dingin
Margaret
Mary Terberkati
Setelah doa, adalah puasa, bukan saja sekedar puasa
terhadap makanan tertentu, tetapi juga semua karya-karya penitensial apapun
bentuknya. Haruslah ditekankan disini bahwa hal ini telah menjadi bahan
pertanyaan bukan saja atas kerasnya tindakan ini yang dijalani oleh para kudus,
tetapi segala kesulitan, segala penentangan dari kehidupan ini, maupun tindakan
matiraga sekecil apapun, kurban-kurban yang paling kecil sekalipun, yang kita
arahkan pada diri kita sendiri atau kita terima demi kasih kepada Allah, dan
yang kita persembahkan kepada Kerahiman Ilahi demi keringanan penderitaan
jiwa-jiwa suci itu.
Segelas air, yang tidak jadi kita minum pada saat kita
kehausan, adalah suatu hal yang tidak berarti, dan jika kita melihat tindakan
itu sendiri, kita hampir-hampir tidak bisa melihat manfaatnya didalam
meringankan penderitaan jiwa didalam Api Penyucian. Namun adalah Kebaikan Ilahi
yang berperanan disitu hingga tindakan itu, tidak jadi meminum air padahal kita
kehausan, akan bisa menjadi kurban yang bernilai tinggi. “Jika aku diijinkan”,
kata Uskup Louvet tentang masalah ini, “aku akan menceritakan sebuah contoh
yang merupakan pengalamanku sendiri. Salah satu sahabatku, adalah seorang
religius dari sebuah komunitas yang dia hormati, bukan dengan heroisme
keutamaan yang bersinar didalam diri para kudus, melainkan melalui
keutamaan-keutamaan yang biasa saja serta keteraturan hidup sehari-hari.
Terjadilah bahwa dia kehilangan seorang sahabat, dan dari sejak saat dia
mendengar kabar tentang sahabatnya itu, maka dia menjadikannya sebagai
kewajiban untuk mendoakan sahabatnya itu kepada Tuhan. Pada suatu malam, dia
merasa kehausan, dan dorongan pertamanya adalah dengan menyegarkan dirinya
dengan segelas air, dan hal ini memang diijinkan oleh tata tertib biara itu.
Namun dia ingat akan sahabatnya yang telah meninggal, dan demi sahabatnya itu
dia menolak menerima kepuasan kecil itu, sehingga bukannya dia meminum air di
gelas yang sudah berada di tangannya itu, tetapi dia menumpahkannya dan berdoa
kepada Tuhan untuk memberikan kemurahanNya kepada sahabatnya yang meninggal
itu. Suster yang baik hati ini mengingatkan kita akan Raja Daud, yang mendapati
dirinya bersama seluruh pasukannya berada disuatu tempat yang tak ada airnya,
dan merasa tertekan oleh rasa haus yang sangat, tetapi dia tidak mau minum air
segar yang dibawa kepadanya dari mata air di Bethlehem. Bukannya dia menuangkan
air itu ke bibirnya yang sudah kering itu, tetapi dia menumpahkan air itu
sebagai kurban bagi Tuhan. Dan Kitab Suci mengatakan bahwa tindakan raja yang
suci ini sebagai sebuah tindakan yang amat berkenan bagi Allah. Kini tindakan
matiraga yang kecil ini, yang dikenakan oleh religius yang suci ini pada
dirinya sendiri, dengan cara menolak meminum air itu, hal itu juga menyenangkan
Allah, hingga Dia mengijinkan jiwa yang meninggal itu menampakkan diri
kepadanya. Pada malam berikutnya dia nampak kepada Suster itu, berterima-kasih
kepadanya atas keringanan yang telah dia terima. Beberapa tetes air itu, yang
dengan semangat matiraga telah ditolaknya, hal itu telah berubah menjadi air
yang amat menyegarkan yang bisa mendinginkan panasnya Api Penyucian.
Kita ingin menekankan bahwa apa yang kita katakan disini
tidaklah terbatas pada tindakan matiraga yang berlebih-lebihan. Hal itu
hendaknya dipahami sebagai tindakan matiraga yang menjadi kewajiban kita. Yaitu
bahwa semua yang kita lakukan itu adalah untuk memenuhi kewajiban kita, dan
secara umum terhadap semua perbuatan baik ini, dimana kewajiban kita sebagai
orang Kristiani atau keadaan kita mewajibkan hal itu.
Maka setiap orang Kristiani terikat oleh sebuah keutamaan
dari kemurahan hati. Tuhan yang meminta kita untuk menjauhi perkataan yang
ceroboh, mengumpat, memfitnah, dan menggerutu. Maka setiap religius haruslah
menjalankan tindakan silensium, kemurahan hati, dan patuh seperti yang diminta
oleh Tata Tertib biara. Kini tindakan ini, demi menjaga kewajiban, jika
dilaksanakan didalam semangat Kristiani yang benar, untuk menyenangkan Allah,
didalam persekutuan dengan kerja keras dan penderitaan Yesus Kristus , akan
menjadi doa-doa permohonan yang kuat dan hal itu bisa meringankan jiwa-jiwa
suci didalam Api Penyucian.
Didalam penampakan yang terkenal dimana Margaret Mary
Terberkati melihat religius yang meninggal itu menderita sekali karena
kelemahannya, jiwa yang malang itu setelah diceritakan secara jelas tentang
siksaan-siksaan yang dia tanggung, menyimpulkan :”Luar biasa ! satu jam berada
didalam suasana silensium akan bisa menyembuhkan mulutku yang kekeringan ini.
Dan satu jam yang lain untuk melaksanakan kemurahan hati akan bisa menyembuhkan
lidahku. Satu jam lagi tanpa menggerutu dan mematuhi aturan-aturan Kepala biara
akan menyembuhkan hatiku yang tersiksa ini”.
Dengan hal ini kita tahu bahwa yang diminta oleh jiwa
bukan tugas pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan. Namun hanya dengan
melaksanakan tugas kewajiban sehari-hari dari religius itu sendiri.
No comments:
Post a Comment