Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 20
Keringanan bagi
jiwa-jiwa melalui Kurban Kudus dari Misa
Kudus
St.Teresa dan
Bernardino de Mendoza
Penggandaan Misa Kudus
Kebesaran dari
tindakan merendahkan diri
Marilah kita menyimpulkan apa yang telah kita katakan terhadap Kurban Kudus
melalui apa yang diceritakan oleh St.Teresa mengenai Bernardino de Mendoza. Dia
menyampaikan fakta ini didalam ‘the Book
of Foundations’ :
“Pada pesta Hari Bagi Seluruh Jiwa-jiwa, Don Bernardino de Mendoza telah
menyerahkan sebuah rumah dengan taman yang indah yang terletak di Madrid kepada
St.Teresa, agar dia mendirikan sebuah biara untuk menghormati Bunda Allah”. Dua
bulan sesudahnya, tiba-tiba Bernardino jatuh sakit dan tak bisa berbicara,
sehingga dia tak bisa mengaku dosa meskipun dia menunjukkan tanda-tanda dari
penyesalan hatinya. St.Teresa bercerita :”Dia meninggal sesudahnya, dan berada
jauh dari tempat dimana aku berada. Namun Tuhan berkata kepadaku, dan
menceritakan bahwa jiwanya diselamatkan, meskipun dia telah menjalankan
tindakan yang besar resikonya. Bahwa kerahiman telah diberikan kepadanya karena
dia telah memberikan sedekah yang berupa biara bagi IbuNya Yang Terberkati.
Namun jiwanya belum bisa dibebaskan dari penderitaan hingga Misa Kudus pertama
dilaksanakan di rumah yang baru. Aku sangat merasakan sakitnya jiwa ini,
sehingga meskipun aku sangat ingin mendirikan fondasi di Toledo, pada saat itu
aku merasa sangat perlu bertindak bagi Valladolid pada hari pesta dari
St.Lawrence.
“Suatu hari ketika aku sedang berdoa di Medina del Campo, Tuhan mengatakan
kepadaku untuk bertindak segera karena jiwa dari de Mendoza menjadi mangsa dari
penderitaan yang amat kejam”.
“Segera saja aku memerintahkan para tukang batu untuk membangun
dinding-dinding biara tanpa dtunda-tunda lagi. Namun karena hal ini membutuhkan
waktu, maka aku meminta ijin kepada Uskup untuk membangun kapel sementara bagi
para Suster yang menyertai aku. Setelah hal ini dilakukan, aku melaksanakan
Misa Kudus. Dan pada saat aku meninggalkan tempatku untuk menuju ke Meja
Perjamuan Suci aku melihat jiwa yang kudoakan itu dengan tangannya menyatu
didepan dadanya dengan wajah yang bercahaya. Dia berterima-kasih kepadaku
karena aku telah membebaskan dia dari Api Penyucian. Lalu aku melihat dia
memasuki Surga. Aku menjadi lebih berbahagia lagi karena aku tidak berharap
sebesar itu. Karena meskipun Tuhan kita telah menyatakan kepadaku bahwa
pembebasan jiwa itu akan terjadi setelah Misa Kudus pertama dilaksanakan di
rumah itu, tetapi aku mengira bahwa hal itu berarti Misa Kudus pertama ketika
Sakramen Terberkati ditempatkan disitu”.
Kejadian yang indah ini menunjukkan kepada kita bukan saja besarnya manfaat
dari Kurban Kudus, namun juga kebaikan yang besar dengan mana Yesus berkenan
menganugerahi jiwa-jiwa suci terutama dengan merendahkan DiriNya untuk meminta
permohonan kita bagi mereka.
Karena Kurban Ilahi ini memiliki nilai yang demikian besarnya, bisa juga
dipertanyakan apakah jika semakin banyak Misa Kudus dimintakan bagi jiwa-jiwa,
akan mendatangkan keringanan yang lebih besar dari pada sedikit Misa Kudus,
dimana kesalahan jiwa-jiwa itu hanya ditebus oleh proses pemakaman yang
besar–besaran dan sedekah yang berlimpah ? Jawaban atas pertanyaan ini diambil
dari semangat Gereja yang merupakan semangat Yesus Kristus sendiri serta yang
merupakan pernyataan dari KehendakNya.
Gereja menasihatkan kepada umat beriman untuk berdoa bagi orang-orang yang
meninggal, memberikan sumbangan dan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik, dan
menyerahkan indulgensinya kepada mereka, namun terutama adalah dengan
mengadakan Misa Kudus dan mengikutinya secara aktiv. Sementara kita memberi
tempat yang utama kepada Kurban Ilahi ini, Gereja menyetujui dan memanfaatkan
berbagai permohonan sesuai dengan keadaan yang ada, devosi atau keadaan sosial
yang ada dari orang yang meninggal itu atau ahli warisnya.
Adalah merupakan kebiasaan dari Gereja Katolik dari sejak dahulu untuk
mengadakan Misa Kudus bagi orang yang meninggal dengan upacara yang meriah dan
sebuah pemakaman yang meriah pula yang sesuai dengan keadaan yang ada. Biaya
dari semua ini adalah hasil dari sumbangan yang diberikan kepada Gereja,
sedekah yang di mata Tuhan sangat membesarkan nilai dari Kurban Kudus itu dan
segala nilai kepuasannya bagi orang yang meninggal itu.
Adalah baik untuk mengatur pembiayaan dari pemakaman itu, sehingga masih
ada tersisa untuk merayakan Misa Kudus dan memberi sedekah kepada orang-orang
yang miskin.
Yang harus dihindari adalah jangan sampai kita kehilangan semangat dan
ingatan akan sifat-sifat Kristiani dari tindakan pemakaman itu, dan memandang
upacara pemakaman itu lebih rendah didalam ibadat agama dari pada sebuah
pameran kesia-siaan yang bersifat duniawi.
Apa yang harus dihindari lebih jauh adalah lambang-lambang dukacita yang
justru menghinakan dan tidak sejalan dengan tradisi Kristiani. Misalnya melalui
pengiriman berbagai karangan bunga yang menghabiskan biaya besar, yang kemudian
mereka tumpukkan diatas peti mati. Ini merupakan tindakan inovasi yang tidak
disetujui oleh Gereja, dimana Yesus Kristus justru menganjurkan kita untuk
memelihara ritus agama dan upacara agama, bukannya upacara pemakaman. Segala
sesuatu yang digunakan didalam kematian anak-anak Gereja adalah terhormat sejak
dahulu, penuh arti dan penghiburan. Segala sesuatu yang nampak di mata umat
beriman dalam kesempatan seperti ini, salib-salib, air suci, lilin serta
kemenyan, air mata dan doa, helaan-helaan napas panjang bagi jiwa-jiwa yang
malang, iman akan kerahiman ilahi dan pengharapan akan kehidupan kekal.
Apakah artinya semua ini yang ada didalam karangan bunga violet yang dingin
beku itu ? Hal itu tidak berkata apa-apa bagi jiwa Kristiani kecuali hanyalah
lambang-lambang yang menghinakan dari kehidupan yang fana ini, yang sangat
bertentangan dengan salib, yang sungguh asing bagi ritus agama Katolik.
No comments:
Post a Comment