LaVerità Interview With Cardinal Burke
January 11, 2017
Original available at La Verità website (Paywall)
Translation by Andrew Guernsey
January 11, 2017
Original available at La Verità website (Paywall)
Translation by Andrew Guernsey
CARDINAL BURKE: IMAN BERADA DALAM BAHAYA
WAWANCARA DENGAN KARDINAL BURKE
"Tidak ada ultimatum kepada Paus, tapi kami
harus maju terus, karena iman berada dalam bahaya!"
Dialah pemimpin dari para kardinal yang ingin meluruskan
Bergoglio: "Kebingungan di dalam Gereja jelas terasa. Maka klarifikasi
sangat diperlukan. "
Pembahasan tentang dubia, yaitu pernyataan keraguan yang disampaikan kepada Paus oleh empat
orang kardinal tentang bagaimana menafsirkan Amoris Laetitia, terus menarik
perhatian khalayak Gereja Katolik. Kardinal Gerhard Ludwig Muller, kepala ‘Kongregasi
untuk Ajaran Iman’, dalam sebuah wawancara dengan Tgcom24 mengatakan bahwa pertanyaan dubia itu semestinya tidak usah
dipublikasikan (surat kepada Paus disampaikan pada bulan September dan surat
itu dibuka kepada media La Verita
pada bulan November 2016), karena tidak ada kebutuhan untuk meluruskan paus
karena "tidak ada bahaya terhadap iman."
Tetapi "Kebingungan di dalam Gereja atas
penafsiran dari alinea-alinea tertentu dalam Amoris Laetitia sangat jelas
terjadi," demikian kata Kardinal Raymond Leo Burke, yang paling vokal dari
empat kardinal pengusung dubia.
Kepada media La Verita, Kardinal
Burka mengatakan: "Itulah sebabnya mengapa saya tidak melihat alasan
mengapa orang bisa mengatakan bahwa tidak ada bahaya terhadap iman. Selain itu,
kami telah menyampaikan kepada paus, dengan cara yang terhormat, tentang lima
buah keraguan kami, dan ketika hal itu tidak ditanggapi, maka kami memutuskan, demi
kebaikan jiwa-jiwa, untuk mempublikasikan pernyataan keraguan kami mengenai
Amoris Laetitia dan bahwa semua umat beriman hendaknya merasa terpanggil untuk
menaruh perhatian."
Kardinal Burke, seorang penandatangan dubia bersama dengan
Kardinal Walter Brandmuller, Carlo Caffara dan Joachim Meisner, kemudian menyampaikan
usulan kemungkinan untuk memberikan "koreksi secara formal" kepada Paus.
Dan menurut laporan dari beberapa media Italia yang mengambil kesimpulan dari
sebuah wawancara yang diterbitkan di Amerika Serikat [dengan LifeSiteNews], Burke seolah memberi
ultimatum melalui "koreksi formal" ini yang akan berakhir setelah
hari raya Natal. Tetapi sebenarnya "sama sekali tidak ada ultimatum itu,"
demikian Kardinal Burke menegaskan. Banyak media telah salah paham. Dalam wawancara di Amerika Serikat, mereka bertanya kepada
saya, apa langkah saya selanjutnya sehubungan dengan dubia yang disampaikan kepada paus, dan saya hanya berkata bahwa
tidak ada yang bisa terjadi sekarang karena kita akan memasuki masa Natal
dan Epifani. Hanya setelah itulah kita bisa berpikir bagaimana untuk melanjutkan
dubia ini, tetapi yang pasti bahwa itu
bukanlah ultimatum untuk berkonfrontasi dengan paus.
"
Dubia berbicara seputar pemberian Ekaristi
bagi umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi dan hidup secara uxorio (sebagai suami-istri), dimana pada
kasus tertentu Amoris Laetitia memberikan ijin kepada mereka untuk menerima Ekaristi.
Sementara itu magisterium sebelumnya telah melarang hal itu, kecuali mereka berkomitmen
untuk hidup sebagai saudara dan saudari, bagi orang-orang yang bercerai dan
menikah lagi dimana relasi mereka tidak dapat dipisahkan karena alasan yang sah
(misalnya karena mereka harus mendidik anak-anak mereka bersama). Brandmuller
mengatakan bahwa mungkin "koreksi formal" terhadap paus bisa dilakukan
“in camera caritatis” (dalam semangat kemurahan hati)" Tetapi Kardinal
Burke mengatakan bahwa “Saya tidak pernah mengatakan bahwa konfrontasi terbuka dengan
paus harus dilakukan.”
Saya setuju dengan Kardinal
Brandmüller, langkah pertama akan meminta pertemuan pribadi dengan paus untuk
menunjukkan kepadanya bahwa ada beberapa pernyataan yang tidak dapat diterima di
dalam Amoris laetitia; bahwa pernyataan-pernyataan itu, dalam satu atau lain
cara, tidak bisa mengungkapkan atau tidak sejalan dengan apa yang selama ini
diajarkan oleh Gereja.
Ada
orang-orang yang mengatakan bahwa sebuah lembaga "koreksi formal" terhadap
paus tidak ada dalam disiplin Gereja. Apakah anda akan menciptakannya?
"Tentu saja tidak. St. Thomas
Aquinas dalam tulisan-tulisan teologisnya mengusulkan kemungkinan adanya koreksi
formal terhadap paus dan juga dalam disiplin Gereja. Namun hal itu jarang
digunakan, meski ada beberapa contoh, dan tentu saja kita dapat membayangkan
kasus seorang paus yang dalam beberapa cara mungkin saja dia bisa jatuh ke
dalam kesalahan. Maka dalam hal ini, koreksi itu harus dilakukan. "
Mengatakan
bahwa, dalam kasus-kasus tertentu, orang yang bercerai dan menikah lagi dan yang
hidup bersama "more uxorio" (sebagai suami-istri) boleh menerima Ekaristi,
maka hal itu telah berbuat kesalahan?
"Kami bisa mengatakan bahwa
pernyataan tersebut adalah jelas keliru, karena tidaklah mungkin menerima Sakramen-sakramen
bagi orang yang hidup bersama, sebagai suami-istri, dengan seseorang yang bukan
pasangannya (yang sah menurut Gereja). Jika ada yang mengatakan bahwa hal itu
adalah mungkin maka dia telah melakukan kesalahan formal yang bertentangan
dengan apa yang diajarkan Yesus sendiri dan yang selalu diajarkan oleh Gereja".
Oleh
karena itu, orang yang mengatakan hal itu adalah bidaah?
"Tidak begitu, menurut saya hal itu
memang telah memenuhi syarat sebagai perbuatan yang salah, tetapi disini kita
berhadapan dengan situasi yang kompleks. Bidaah adalah penolakan keras kepala
atau sikap keraguan yang keras kepala, pada orang yang telah dibaptis, terhadap
sebuah kebenaran yang harus dipercaya dengan iman ilahi dan Katolik. Salah satu
perbuatan bidaah itu adalah jika ada seseorang yang telah dibaptis tetapi dia
mempertahankan keyakinan bahwa tidak ada tindakan yang jahat secara intrinsik; mempercayai
hal ini berarti sama dengan mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
Gereja dan jelas hal itu adalah bidaah. Begitu juga pernyataan yang mengijinkan
penerimaan Sakramen-sakramen seperti yang kita bicarakan barusan, di sisi lain,
mengacu kepada praktek yang bertentangan dengan dua doktrin: tak terceraikannya
perkawinan dan kehadiran nyata dari Yesus dalam Ekaristi. Dalam sekejap kita
dapat mengatakan bahwa penerimaan Sakramen-sakramen itu adalah sebuah kesalahan."
Mari
kita kembali kepada dubia. Ada orang-orang
yang menyindir bahwa empat orang kardinal itu telah saling bertentangan di
antara mereka sendiri. Apakah itu benar?
"Ini benar-benar bohong, kita tetap
bersatu dan itulah sebabnya saya tidak ingin membuat spekulasi tentang
kemungkinan langkah selanjutnya yang akan diambil untuk menindak-lanjuti usulan
yang telah kita sampaikan. Jika kita melakukan tindakan selanjutnya, kita akan
melakukannya setelah kita bertemu sendiri dengan paus."
Tapi
apakah anda masih berpikir bahwa paus akan menanggapi dubia anda?
"Kami selalu menunggu jawaban dari
paus sebagai pastor tertinggi kami. Tidak mengharapkan jawaban berarti tidak menghormati
jabatannya."
Bagi
banyak orang, jawabannya sudah diberikan: empat kardinal itu hanyalah "ahli
hukum", yang kejam dan tidak peka.
"Bagi saya, hukum moral bukanlah
sesuatu yang memenjarakan seseorang, tetapi sebaliknya: hukum moral membebaskan
orang dan mengarahkan dia untuk berbuat baik. kenyataannya, jika tidak ada rasa
hormat kepada hukum moral, maka situasi kacau akan terjadi, dan secara moral akan
timbul semacam pemenjaraan. Bagi orang beriman, kita harus mengatakan bahwa
hukum Tuhan itu membebaskan, dan itu bukanlah hal yang negatif. Dan kemudian
mengajarkan hukum moral adalah tindakan kasih yang besar kepada sesama karena dengan
begitu kita menunjukkan jalan bagi kebebasan dan kebahagiaan yang sejati. Tidaklah
mungkin untuk mengatakan bahwa seseorang dapat menemukan suatu bentuk kebahagiaan
sambil orang itu berbuat dosa. "
Paus
telah berkata bahwa dia menghadapi perlawanan ‘jahat’ yang muncul ketika iblis
mengilhamkan niat jahat pada seseorang. Apakah anda semua merasa dituduh dalam hal
ini?
"Saya tidak tahu kepada siapa paus
merujuk, secara pribadi saya tidak merasa bersalah, karena perkataannya itu tidak
merujuk kepada posisi saya."
Dengan
inisiatif terbuka dari anda ini, hal itu nampaknya anda ikut serta dalam memecah-belah
Gereja, bukan menyatukannya.
"Apa yang memecah-belah adalah
sikap kepalsuan dan ambiguitas, karena kebenaran selalu menyatukan. Sungguh tidak
masuk akal untuk mengatakan bahwa empat kardinal yang mengajukan lima
pertanyaan yang wajar ini, yang sangat penting dan mendasar bagi semua umat Kristiani,
telah bertindak memecah-belah Gereja. Kami melayani jabatan Petrus, memberikan kesempatan
kepada paus untuk menegaskan ajaran Gereja kepada kita, yang saat ini dihadapkan
kepada situasi yang menimbulkan ambiguitas dalam prakteknya."
Apakah
kardinal-kardinal lain serta para klerus mendukung usaha anda?
"Kami tidak hanya berempat. Saya
pribadi tahu kardinal-kardinal lain yang sepenuhnya mendukung dubia".
Mengapa
ada begitu banyak kegaduhan bagi sebuah masalah, sehingga ada banyak orang yang
sulit memahaminya?
"Disini kita berhadapan dengan
sebuah pertanyaan yang menyangkut Gereja dengan cara yang sangat mendalam: perkawinan dan keluarga, dimana hasilnya
dan masalah itu sendiri menjadi dasar bagi kehidupan Gereja. Tugas kita adalah
untuk tidak menghanyutkan diri kita dalam pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan tidak
jelas; kami hanya memberikan kontribusi demi pertumbuhan Gereja pada sel yang paling
mendasar dari kehidupan."
Akhirnya,
demikian menurut tuduhan mereka, satu-satunya kejahatan yang tersisa adalah dengan
‘menjadi tradisionalis’ yang keras
kepala?
"Yah, semua tuduhan itu memang
sangat nyaman bagi orang-orang itu agar tidak ikut terlibat di dalam keprihatikan
kami, yang merupakan kehidupan dari Gereja. Dubia itu, suka atau tidak suka, memang
diarahkan untuk masalah ini (mempertahankan kelangsungan hidup Gereja)."
No comments:
Post a Comment