Volume
2 : Misteri Kerahiman Allah
Bab 54
Berbagai manfaat
Pikiran-pikiran yang
terpuji
Mengumpulkan kepuasan
pengadilan ilahi di dunia ini, bukan nanti
St.Agustine dan
St.Louis Bertrand
Br. Lourenco
Pastor Michel de la
Fontaine
Disamping manfaat-manfaat yang telah kita bicarakan ini, kemurahan hati
terhadap orang-orang yang meninggal adalah sangat terpuji bagi mereka yang
melaksanakannya. Karena tindakan itu mendorong mereka untuk bersemangat
melayani Allah, dan mengilhami kita dengan pikiran-pikiran yang suci.
Memikirkan jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah dengan merenungkan penderitaan di
dunia sana. Hendaknya kita selalu berpikir bahwa semua dosa menuntut penebusan,
baik di dunia ini ataupun disebelah sana.
Kini siapa yang tidak mengerti bahwa adalah lebih baik melakukan kepuasan
pengadilan ilahi itu disini, karena pemurnian yang disana itu amatlah
mengerikan ? Sebuah suara yang berasal dari Api Penyucian mengulangi perkataan
dari buku Imitation berikut ini
:”Adalah lebih baik kita memurnikan dosa-dosa kita untuk menghilangkan hukuman
kita sekarang, dari pada menyimpannya untuk dimurnikan nanti”.
Kita ingat juga akan kalimat lain, yang kita baca didalam bab yang sama
dari buku Imitation itu :”Disana,
satu jam hukuman adalah lebih menyedihkan dari pada 100 tahun penebusan dosa
yang paling pahit disini”. Maka dengan diselimuti oleh rasa takut yang suci,
kita akan bersedia menanggung penderitaan didalam kehidupan ini, dan kita bisa
berkata kepada Allah bersama St.Agustinus dan St.Louis Bertrand, Domine, hic ure, hic seca, hic non parcas,
ut in aeternum parcas—“Tuhan, berikanlah kepadaku sekarang besi dan api,
jangan luputkan aku didalam kehidupan ini, agar Engkau meluputkan aku didalam
kehidupan nanti”.
Disemangati oleh pemikiran ini, umat Kristiani memandang
kesulitan-kesulitan didalam kehidupan ini dan terutama penderitaan karena
penyakit yang berat, adalah sebagai Api Penyucian di dunia ini, yang akan
meluputkan dia dari Api Penyucian nanti.
Pada tanggal 6 Januari 1676 telah meninggal di Lisbon, pada usia 39 tahun,
hamba Allah yang bernama Gaspar Lourenco, dari the Society of Jesus dan sebagai
penjaga dari tempat institusi itu. Dia bersifat sangat murah hati kepada
orang-orang miskin dan kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian. Dia tidak tahu
bagaimana caranya menyerahkan dirinya untuk melayani orang-orang yang malang
itu, dan dia cerdik sekali mengajari mereka untuk memberkati Allah demi
penghiburan atas kesedihan mereka yang kemudian bisa mendatangkan Surga bagi
mereka. Dia sendiri sangat senang menderita demi Tuhan kita, sehingga dia
sampai menyalibkan dagingnya hampir tanpa batas, serta menambahkan kekerasan
lain pada saat-saat sebelum hari penerimaan Komuni Kudus. Pada usia 78 tahun
dia tetap saja melakukan puasa dan pantang, dan tidak membiarkan ada hari yang
berlalu tanpa menjalankan disiplinnya didalam biara itu. Bahkan pada saat
sakitnya yang terakhir, Bruder sahabatnya disitu mengatakan bahwa datangnya
kematian tidak mampu membuatnya melepaskan kain penutup rambutnya. Begitu
besarnya keinginannya untuk mati disalib. Penderitaannya yang amat keras itu
bisa menjadi tindakan penebusan dosa yang amat kejam baginya. Ketika ditanya
apakah dirinya sangat menderita, dia menjawab :”Aku sedang menjalani Api Penyucian-ku
sebelum aku pergi ke Surga”. Br.Lourenco lahir pada saat Epifani. Dan Tuhan
telah menyatakan kepadanya bahwa hari yang indah itu akan juga menjadi hari
kematiannya. Dia memberitahukan jam kematian itu pada malam sebelumnya. Dan
ketika Bruder perawat itu mengunjunginya pada pagi hari, dia berkata dengan
senyuman dan tanpa keraguan :”Bukankah sekarang, Bruder, bahwa anda bisa
berharap untuk pergi dan menikmati penglihatan akan Allah”. “Ya”, jawabnya,
“segera setelah aku menerima Tubuh Juru Selamatku untuk yang terakhir kalinya”.
Kenyataannya, dia menerima Komuni Kudus dan kemudian meninggal tanpa rasa sakit
ataupun penderitaan.
Terdapat banyak alasan untuk percaya bahwa dia berbicara didasari oleh
pengetahuan adikodrati tentang kebenaran, ketika dia berkata :”Aku sedang
menjalani Api Penyucian-ku sebelum pergi ke Surga”.
Hamba Allah yang lain telah menerima dari Perawan Terberkati janji yang
sama bahwa penderitaannya di dunia akan menggantikan penderitaannya di Api Penyucian.
Aku berbicara tentang Pastor Michael de la Fontaine, yang tidur dengan manisnya
didalam Allah pada 11 Februari 1606 di Valencia, Spanyol. Dia adalah salah satu
misionaris yang berupaya demi keselamatan orang-orang di Peru. Perhatiannya
yang terbesar adalah ketika dia mengajar kepada orang-orang yang mau bertobat,
untuk mengilhami mereka dengan rasa takut akan dosa, dan menuntun mereka untuk
berdevosi kepada Bunda Allah, dengan menceritakan banyak keutamaan-keutamaan
dari Sang Perawan yang terpuji itu, dan mengajari mereka untuk mendaraskan
manik-manik rosario sebagai rasa hormat kepada Maria.
Bunda Maria sendiri tidaklah menolak karunia-karunia yang diminta darinya.
Pada suatu hari ketika Pastor de la Fontaine mengalami kelelahan, dia bersujud
diatas debu, dan tak kuat untuk bangkit, dan dia didatangi oleh Bunda Maria,
yang disebut oleh Gereja sebagai ‘Penghibur Orang Berduka’. Bunda Maria
mendorong keberaniannya :”Percayalah puteraku, kelelahanmu itu akan
menggantikan Api Penyucian-mu. Panggullah penderitaanmu dengan sabar dan
setelah meninggalkan kehidupan ini jiwamu akan diterima didalam tempat tinggal
orang-orang terberkati”.
Penglihatan ini dialami oleh Pastor de la Fontaine selama kehidupannya,
namun terutama pada saat kematiannya, dan hal itu menjadi sumber penghiburan
yang berlimpah baginya. Sebagai rasa terima kasih atas karunia ini, maka setiap
minggu dia menjalankan beberapa tindakan penebusan dosa tertentu. Pada saat dia
meninggal, ada seorang religius yang saleh yang bisa melihat jiwanya terbang ke
Surga dengan disertai oleh Perawan Terberkati, pemimpin dari para rasul, St.Yohanes
Penginjil, dan oleh St.Ignatius, pendiri dari the Company of Jesus.
No comments:
Post a Comment