Uskup Schneider:
12 LANGKAH
UNTUK BERTAHAN SEBAGAI SEBUAH KELUARGA KATOLIK
DI TENGAH PADANG GURUN
KESESATAN SAAT INI
John-Henry Westen interviewing Bishop Schneider, Rome, May 2016.
by
Pete Baklinski
ROMA, 27 Mei 2016 (LifeSiteNews) – Sementara pertarungan untuk memperebutkan jiwa atau inti keluarga
serta seluruh anggotanya semakin meningkat di seluruh dunia, dengan berbagai dorongan
untuk melakukan anarki seksual yang berkedok sebagai "pendidikan," dengan
melemahkan pengertian atas apa yang benar-benar laki-laki dan benar-benar perempuan
dengan alasan "hak gender", serta penghancuran atas perkawinan yang disamarkan
sebagai "kesetaraan," maka masih ada seorang pemimpin spiritual yang
telah pernah mengalami penderitaan teror dari rezim komunis, yang telah
menyusun rencana untuk bisa bertahan hidup bagi orang tua Katolik yang mendapati
diri mereka berada dalam lingkungan yang tidak bersahabat dari dunia sekuler, serba
relativ, namun ingin membesarkan anak-anak mereka agar menjadi warga dari Surga
nantinya.
Uskup Athanasius Schneider dari Kazakhstan
mengatakan kepada media LifeSiteNews
dalam sebuah wawancara eksklusif awal bulan ini bahwa orang tua Katolik harus
memandang serius tugas utama mereka: membesarkan anak-anak mereka di dalam iman,
jika anak-anak mereka diharapkan bisa mengatasi pengaruh-pengaruh negatif dan
bahkan pengaruh-pengaruh keras yang mendesak dari segala penjuru dan berusaha
untuk menghancurkan anak-anak yang tak berdosa itu.
Dalam sebuah wawancara panjang lebar, yang
meliputi pengalamannya sebagai anak Katolik yang tumbuh di bawah rejim komunisme,
pemikirannya tentang apa artinya menjadi keluarga Katolik saat ini,
pemikirannya tentang pendidikan, paroki-paroki dan keuskupan-keuskupan yang buruk
yang dikelola oleh imam-imam dan uskup-uskup yang didorong oleh agenda-agenda
sesat, serta pandangannya tentang bagaimana umat awam yang setia harus
memperhatikan dan mengkhawatiran tentang tingkah laku Paus Fransiskus, maka uskup
Athanasius Schneider memberikan pedoman dua belas langkah yang menurutnya harus
dilakukan oleh para orang tua Katolik untuk melindungi keluarga dan anak-anak
mereka.
Uskup Athanasius Schneider berkata bahwa untuk bisa
bertahan hidup di tengah padang gurun kesesatan saat ini, maka orang tua Katolik
haruslah :
- Memandang penganiayaan yang
terjadi saat ini sebagai rahmat dari Allah, agar diri kita bisa dimurnikan
dan dikuatkan, bukan menganggapnya hanya sebagai sesuatu yang negativ saja.
- Berakarlah di dalam iman Katolik
dengan banyak mempelajari Katekismus.
- Lindungilah keutuhan keluargamu
lebih dari segalanya.
- Berikanlah ajaran-ajaran Kristus
kepada anak-anakmu sebagai tugasmu yang utama.
- Berdoalah bersama anak-anakmu
setiap hari, dengan berdoa rosario, litani, dll.
- Jadikanlah rumahmu sebagai sebuah
gereja domestik.
- Jika tidak ada imam untuk merayakan
Misa hari Minggu, lakukanlah Komuni rohani.
- Jauhkanlah keluargamu dari paroki
atau wilayah yang menyebarkan kesesatan dan ikutlah di paroki lain yang masih
setia kepada ajaran Kristus, meskipun kamu harus menempuh perjalanan yang jauh.
- Jauhkanlah anak-anakmu dari
sekolah jika disitu ada bahaya penyebaran ajaran sex yang tak bermoral.
- Jika kamu tak bisa menjauhkan
anak-anakmu dari tempat-tempat yang menyebarkan kesesatan itu, bentuklah kelompok
di antara orang tua untuk memerangi hal itu.
- Berusahalah untuk menegakkan
hak orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan menggunakan sarana-sarana
demokratis yang ada.
- Bersiaplah menghadapi
penganiayaan demi melindungi anak-anakmu. (lihat point pertama).
Uskup Athanasius Schneider mengatakan bahwa
menjadi "keluarga" Katolik dalam arti sebenarnya, adalah kunci untuk
bertahan hidup.
"Dari pengalaman saya di saat mengalami penganiayaan
Komunis dulu, yang terpenting adalah keluarga, integritas atau keuutuhan keluarga,
dan agar kedua orang tua berakar kuat di dalam iman. Hal ini kemudian
ditularkan kepada anak-anak. Saya ingin mengatakan bahwa anak-anak harus
menerima iman dengan susu ibunya. Dan kemudian tugas pertama orang tua adalah
menularkan kepada anak-anaknya kemurnian, keindahan, integritas iman Katolik
dengan cara yang sederhana."
Dia mengatakan bahwa orang tua perlu bangkit
untuk bertanggung jawab menciptakan lingkungan di dalam rumah di mana anak-anak
dapat berkembang secara spiritual.
"Saya pikir ini adalah tugas utama
keluarga: membangun budaya gereja domestik," katanya.
Jika anak-anak diracuni di luar rumah, seperti
di sekolah, melalui program-program pendidikan seks yang hedonistik dan
nihilistik, maka orang tua memiliki "kewajiban" untuk mengeluarkan
anak-anak mereka dari sekolah itu.
"Anda tidak bisa menghadapkan anak-anak anda
kepada bahaya tak bermoral. Hal itu tidak mungkin bisa diterima. Orangtua
Katolik, dalam membela anak-anak mereka dari amoralitas ini, bahkan harus siap
untuk menderita, ya, untuk menderita akibat-akibatnya," kata Uskup
Schneider. Jika undang-undang suatu negara membuat penarikan atau mengeluarkan anak-anak
itu dari sekolah tidak mungkin dilakukan, dia menambahkan, maka para orang tua
harus bersatu dan memperjuangkan haknya dengan menggunakan sarana demokrasi apa
pun yang tersedia.
Jika anak-anak diracuni dari atas mimbar kotbah,
maka logika yang sama juga berlaku dan orang tua harus mencari paroki-paroki
lain yang tetap setia kepada kebenaran Kristus, dan menyebut para imam dan
uskup yang tidak setia itu sebagai "pengkhianat iman."
"Jika pastor-pastor atau anggota hirarki Gereja
bertindak bertentangan dengan ajaran Kristus, ajaran Magisterium Gereja yang abadi,
ajaran dari Katekismus, maka anda harus menarik anak-anak anda dari Gereja-gereja
ini, dan tidak usah pergi kesitu lagi, meski anda harus menempuh perjalanan 100
km (ke Gereja lain yang tetap setia kepada ajaran Kristus)."
Uskup Schneider menceritakan bagaimana orang
tuanya dulu sangat senang pindah ke sebuah lokasi di Uni Soviet dimana ada
sebuah Gereja Katolik dalam jarak 100 kilometer dari rumahnya.
"Saya pikir di dunia Barat, di Amerika
Serikat, anda bisa menemukan Gereja yang mungkin lebih dekat dari 100 kilometer,
di mana mungkin ada seorang imam yang baik dan setia kepada Kristus. Karena itu,
hindarilah gereja-gereja dimana kesesatan disebarkan. Tempat-tempat seperti itu
akan menghancurkan iman umat Katolik. Gereja-gereja ini sedang menghancurkan,
bukan membangun iman. Kita harus menghindarinya. Orang-orang seperti itu adalah
para pengkhianat iman, meski mereka adalah imam ataupun uskup," demikian kata
Uskup Schneider.
Uskup Schneider kemudian memberikan nasehat
mengenai bagaimana umat Katolik yang setia, yang mengasihi Paus dan tidak ingin
merusak institusi kepausan, bisa mengekspresikan diri mereka dalam mengemukakan
kekhawatiran tentang tingkah laku Paus Fransiskus.
Gereja tidaklah dijalankan seperti sebuah ‘kediktatoran,’
di mana tidak ada orang yang boleh "bertentangan dengan sang diktator,"
katanya; dan dia menambahkan bahwa Bapa Suci adalah "ayah kita" dan umat
Katolik tidak boleh takut untuk menyuarakan kepedulian dan keprihatinan mereka
kepadanya di dalam mengelola Gereja.
Dia mengakhiri wawancara kepada LifeSiteNews
dan pendukungnya dengan memberikan berkatnya. "Tuhan memberkati anda dan lanjutkanlah
tugas suci yang amat berharga dari anda ini demi keluarga dan perkawinan dan demi
Injil serta Gereja," katanya.
Silakan melihat artikel lainnya
disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment