PARA PEMIMPIN
ORGANISASI PRO-LIFE:
KITA SETIA KEPADA
DOKTRIN SEJATI DARI GEREJA, BUKAN KEPADA PARA PASTOR
YANG SESAT
Tiga puluh tujuh orang pemimpin organisasi pendukung kehidupan
dan keluarga (pro-life and pro-family
organisations) telah menerbitkan "Ikrar
Kesetiaan" kepada ajaran Gereja Katolik yang tidak pernah berubah.
Ikrar tersebut dikeluarkan pada saat berbagai doktrin yang sesat
diajarkan secara terbuka oleh beberapa anggota hirarki Gereja, termasuk Paus
Fransiskus, yang menimbulkan kebingungan dan skandal di seluruh Gereja.
Ikrar tersebut menyoroti banyak pernyataan dan tindakan yang
memiliki dampak sangat merusak pada karya gerakan pro-kehidupan dan
pro-keluarga dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencakup pernyataan dan
tindakan para hirarki Gereja yang berkaitan dengan kontrasepsi,
homoseksualitas, perceraian dan pendidikan seks.
Teks lengkap dari ikrar tersebut, dan daftar penanda-tangan,
dapat ditemukan di bawah ini dan di dalam www.fidelitypledge.com
Ikrar kesetiaan
kepada ajaran otentik Gereja oleh para pemimpin pro-life
and pro-family
Pesta Our Lady
of Guadalupe, 12 Desember 2017
Jumlah
anak-anak tidak bersalah yang dibunuh melalui aborsi selama abad terakhir ini
jauh lebih besar dari pada jumlah orang yang meninggal dalam semua perang dalam
sejarah yang pernah tercatat. Dalm kurum waktu lima puluh tahun terakhir ini kita
telah menyaksikan eskalasi terus-menerus dalam serangan terhadap struktur
keluarga, seperti yang dirancang dan dikehendaki oleh Tuhan, yang memberikan lingkungan
terbaik bagi perkembangan manusia, dan terutama, bagi pendidikan dan
pembentukan anak-anak. Perceraian, kontrasepsi, penerimaan terhadap tindakan dan
relasi homoseksual, dan penyebaran "ideologi gender" telah menimbulkan
kerusakan yang tak tekira besarnya bagi keluarga serta anggota-anggotanya yang
paling rentan.
Selama
lima puluh tahun terakhir, gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga telah
berkembang dalam ukuran dan cakupan yang luas guna menghadapi kejahatan yang besar
ini, yang mengancam kebaikan umat manusia secara sementara maupun kekal.
Gerakan kami terdiri dari atas pria dan wanita yang berkehendak niat baik dan dari
berbagai latar belakang agama. Kami berkumpul bersama untuk membela keluarga
dan saudara-saudari kita yang paling rentan, melalui kepatuhan terhadap hukum
kodrat, yang telah tertulis di dalam hati kita semua (lihat Rm. 2:15). Namun, selama
setengah abad terakhir ini, gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga dengan cara
tertentu telah bergantung kepada ajaran dari Gereja Katolik yang tidak berubah,
yang menegaskan hukum moral secara jelas.
Oleh
karena itu, dengan kesedihan yang besar, dimana selama beberapa tahun terakhir ini
kami telah menyaksikan kejernihan doktrin dan moral mengenai isu-isu yang
berkaitan dengan perlindungan kehidupan manusia dan keluarga, kini semakin
digantikan oleh ambiguitas, dan bahkan oleh doktrin-doktrin yang secara langsung
bertentangan dengan ajaran Kristus dan ajaran hukum kodrat.
Sebuah Permohonan
Banding, telah disampaikan kepada Paus Fransiskus pada bulan September 2015,
ditandatangani oleh sekitar 900.000 umat dari seluruh dunia, dan sebuah
"Pernyataan kesetiaan kepada ajaran Gereja yang tidak pernah berubah
tentang pernikahan" juga telah disampaikan kepada Paus Fransiskus pada
tahun 2016. Pada tanggal 19 September, 2016 empat orang kardinal telah menyerahkan
lima buah pertanyaan (Dubia, dengan jawaban
‘ya’ atau ‘tidak’) kepada Paus Fransiskus, dan kepada Kongregasi bagi Ajaran
Iman, meminta klarifikasi atas beberapa poin-poin tertentu dari doktrin yang ada
dalam anjuran apostolik post-synodal Amoris
Laetitia. Pada bulan Juni 2017, beberapa orang kardinal menyampaikan permintaan
mereka untuk mengadakan audiensi dengan Paus
Fransiskus, yang telah disampaikan kepada Paus oleh Kardinal Carlo Caffarra
pada tanggal 25 April 2017, namun seperti halnya dubia, hal ini tidak mendapat
tanggapan sama sekali dari paus. Pada tanggal 23 September 2017 sebuah tindakan
pelurusan atau koreksi Correctio filialis de haeresibus
propagatis
dikeluarkan oleh 62 orang teolog dan akademisi Katolik "karena penyebaran
ajaran sesat yang dilakukan oleh anjuran apostolik Amoris Laetitia serta melalui berbagai ucapan, perbuatan dan
penghilangan atau pemotongan (kutipan-kutipan Kitab Injil)" yang dilakukan
oleh Paus Fransiskus. Pada tanggal 4 November 2017, ada 250 orang teolog, imam,
profesor dan ilmuwan dari semua negara telah menyampaikan dukungan mereka
kepada Correctio (Correctio filialis de haeresibus propagatis). Kekacauan di
dalam Gereja semakin meningkat, seperti yang dibuktikan oleh sebuah surat yang
baru-baru ini dikirim kepada Paus Fransiskus oleh seorang teolog terkemuka,
yang menurut penulisnya, didorong oleh terjadinya "kekacauan di dalam
Gereja saat ini, sebuah kekacauan dan ketidakpastian, yang menurut saya, ditimbulkan
oleh Paus Fransiskus sendiri."[i]
Sebagai
pemimpin organisasi Katolik yang pro-kehidupan dan pro-keluarga, kami berkewajiban
untuk menyoroti berbagai pernyataan dan tindakan lainnya, yang memiliki dampak
yang sangat merusak pada tugas kami untuk perlindungan anak-anak yang belum
lahir dan keluarga dalam beberapa tahun terakhir ini. Contoh-contoh yang ada meliputi:
· berbagai pernyataan
dan tindakan (pejabat dalam hirarki Gereja) yang bertentangan dengan ajaran
Gereja tentang kejahatan intrinsik dalam tindakan kontrasepsi; [ii]
· berbagai pernyataan
dan tindakan (pejabat dalam hirarki Gereja) yang bertentangan dengan ajaran
Gereja tentang sifat perkawinan dan kejahatan intrinsik dalam tindakan seksual
di luar perkawinan; [iii]
· Persetujuan PBB
bagi Tujuan-tujuan Pembangunan Yang Berkelanjutan, yang secara efektif meminta kepada
negara-negara anggotanya untuk mendapatkan akses universal terhadap aborsi,
kontrasepsi dan pendidikan seks menjelang tahun 2030; [iv]
· pendekatan yang
diadopsi bagi pendidikan seks, khususnya pada Bab 7 Amoris Laetitia dan dalam program The Meeting Point yang dibuat oleh Dewan Kepausan untuk Keluarga.
[V]
Sebagai
para pemimpin dalam gerakan pro-kehidupan dan pro-keluarga, atau pemimpin
gerakan awam yang peduli dengan pembelaan dan penyimpangan ajaran moral dan
sosial Katolik, kami telah menyaksikan secara langsung adanya gangguan dan
kebingungan yang disebabkan oleh pengajaran dan tindakan semacam itu. Untuk
memenuhi tanggung jawab kami kepada orang-orang yang telah kami janjikan perlindungan,
khususnya anak-anak yang belum lahir dan yang dibuat menjadi sangat rentan oleh
hancurnya keluarga, maka kami harus memberikan kejelasan mengenai posisi kami
mengenai masalah ini. Kami juga harus memberikan keteladanan kepada orang-orang
dalam gerakan kami yang mencari petunjuk dan saran dari kami.
Karena alasan
inilah maka kami ingin memperjelas kepatuhan kami yang tidak berubah terhadap posisi
moral mendasar yang disampaikan di bawah ini:
· Ada tindakan
tertentu yang secara intrinsik adalah jahat dan yang selalu dilarang untuk dilakukan;
[vi]
· Pembunuhan
langsung terhadap manusia yang tidak berdosa adalah selalu dan sangat tidak
bermoral; Akibatnya, tindakan aborsi, euthanasia dan bunuh diri ‘yang dibantu’
secara intrinsik adalah tindakan jahat; [vii]
· Perkawinan
adalah persatuan eksklusif dan tidak terpisahkan antara seorang pria dan seorang
wanita; Semua tindakan seksual di luar pernikahan, termasuk semua bentuk
persatuan non-perkawinan (kumpul kebo), secara intrinsik adalah jahat dan
sangat merugikan masing-masing individu dan masyarakat; [viii]
· Perzinahan
adalah sebuah dosa berat, dan mereka yang hidup dalam perzinahan tidak dapat menerima
Sakramen Tobat dan Komuni Kudus, sampai saatnya mereka mau bertobat dan mengubah
hidup mereka; [ix]
· Orang tua
adalah pendidik utama atas anak-anak mereka, dan pemberian pendidikan seks
harus dilakukan oleh orang tua atau, dalam keadaan tertentu, "di pusat-pusat
pendidikan yang dipilih dan dikendalikan oleh mereka (orang tua)"; [x]
· Pemisahan antara
tujuan prokreasi (memiliki anak) dan sekedar merasakan kenikmatan dalam tindakan
seksual, dengan melalui metode kontrasepsi, secara intrinsik adalah jahat dan
memiliki konsekuensi buruk bagi keluarga, masyarakat dan Gereja; [xi]
· Cara-cara reproduksi
buatan sangatlah tidak bermoral karena ia memisahkan tindakan prokreasi (untuk memiliki
anak) dari tindakan seksual sematadan, pada sebagian besar kasus, hal itu mengarah
langsung kepada penghancuran kehidupan manusia pada tahap awal; [xii]
· Hanya ada dua
jenis kelamin, pria dan wanita, yang masing-masing memiliki karakteristik dan
perbedaan komplementer yang sesuai untuk mereka; [xiii]
· Tindakan
homoseksual secara intrinsik adalah jahat, dan tidak ada bentuk persatuan
antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama yang dapat disetujui dengan
cara apapun. [xiv]
Sebagai
pemimpin organisasi pro-kehidupan dan pro-keluarga Katolik kami harus tetap
setia kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah mempercayakan warisan iman kepada
Gereja-Nya. Kami "diwajibkan untuk menyerahkan kepada Allah pernyataan penuh
kepatuhan dari kecerdasan dan keinginan kami melalui iman." [xv] Kami
sepenuhnya menyetujui semua hal "yang terkandung dalam firman Allah
seperti yang ada dalam Kitab Suci dan Tradisi, dan yang diajukan oleh Gereja
sebagai hal yang dapat dipercaya sebagai pewahyuan ilahi, apakah hal itu dengan
melalui penilaiannya yang sungguh-sungguh atau melalui magisterium biasa dan
universal."[xvi]
Kami
berjanji untuk mematuhi sepenuhnya hirarki Gereja Katolik dalam pelaksanaan
kewenangannya yang sah. Namun, tidak ada yang bisa membujuk kita, atau memaksa
kita, untuk meninggalkan atau bertentangan dengan artikel iman Katolik manapun
atau kebenaran yang telah ditetapkan secara pasti. Jika ada pertentangan antara
kata-kata dan tindakan dari anggota hirarki manapun, bahkan dari paus sekalipun,
dengan doktrin yang selalu diajarkan oleh Gereja, maka kami akan tetap setia kepada
ajaran kekal dari Gereja. Jika kami berpisah dari iman Katolik, berarti kami akan
meninggalkan Yesus Kristus, kepada Siapa kami ingin dipersatukan untuk
selama-lamanya.
Kami,
yang bertandatangan di bawah ini, berjanji bahwa kami akan terus mengajarkan
dan menyebarkan prinsip-prinsip moral di atas, dan setiap ajaran otentik
lainnya dari Gereja Katolik, dan tidak akan pernah, dengan alasan apapun,
meninggalkan semua ajaran itu.
PARA
PENANDATANGAN:
Bernard Antony, President of Chrétienté-Solidarité (France)
Dame Colleen Bayer, DSG, Founding Director of Family Life
International NZ (New Zealand)
Judie Brown, President of American Life League (United
States)
Patrick Buckley, Director of European Life Network (Ireland)
Georges Buscemi, President of Campagne Quebec Vie (Canada)
Giorgio Celsi, President of Associazione "Ora et Labora
in Difesa della Vita" (Italy)
Dr. Anca-Maria Cernea, MD, Ioan Barbus Foundation (Romania)
Greg Clovis, Director of Family Life International UK (United
Kingdom)
Rev. Linus F. Clovis, Spiritual Director of Family Life
International St Lucia (St Lucia)
Virginia Coda Nunziante, President of Associazione Famiglia
Domani (Italy)
Modesto Fernandez, President of Droit de Naître (France)
Richard P. Fitzgibbons, M.D., Director of the Institute for
Marital Healing (United States)
Mathias von Gersdorff, Director of Aktion Kinder in Gefahr
(Germany)
Corrado Gnerre, National Director of Il Cammino dei Tre
Sentieri (Italy)
Doug Grane, Chief Executive of Serviam (United States)
Michael Hichborn, President of the Lepanto Institute (United
States)
Jason Jones, Founder of I am Whole Life, Founder of Movie to
Movement (United States)
John Lacken, Founder of Legio Sanctae Familiae, Secretary of
the Lumen Fidei Institute (Ireland)
François Legrier, President of Mouvement Catholique des
Familles (France)
Vittorio Lodolo D'Oria, President of Famiglie Numerose
Cattoliche (Italy)
Samuele Maniscalco, Director of Generazione Voglio Vivere
(Italy)
Christine de Marcellus Vollmer, President of Asociacion
Provida de Venezuela (PROVIVE), President of Alianza Latinoamericana para la
Familia (ALAFA), President of Alive to the World, Education in Integrity
(Venezuela)
Roberto de Mattei, President of Fondazione Lepanto (Italy)
Jean-Pierre Maugendre, President of Renaissance Catholique
(France)
Thomas McKenna, President of Catholic Action for Faith and
Family (United States)
Anthony Murphy, Director of Catholic Voice (Ireland)
Marisa Orecchia, President of Federvita Piemonte (Italy)
Philippe Piloquet, President of SOS Tout-petits (France)
Philippe Schepens M.D., Secretary-General of the World
Federation of Doctors Who Respect Human Life (Belgium)
John Smeaton, Chief Executive of the Society for the
Protection of Unborn Children (United Kingdom)
Molly Smith, President of Bringing America Back to Life,
Executive Director of Cleveland Right to Life (United States)
Guillaume de Thieulloy, Director of Le Salon Beige (France)
Yves Tillard, President of Action Familiale et Scolaire
(France)
Dr. Thomas Ward, President of the National Association of
Catholic Families (United Kingdom)
John-Henry Westen, Co-Founder and Editor-in-Chief of
LifeSiteNews (Canada)
Mercedes Arzú Wilson, Founder and President of Family of the
Americas Foundation (Nicaragua)
Diego Zoia, Director of SOS Ragazzi (Italy)
Catatan:
[i] “Fr. Thomas G. Weinandy explains his
critical letter to Pope Francis”, Catholic World Report, 1
November 2017, http://www.catholicworldreport.com/2017/11/01/fr-thomas-g-weinandy-explains-his-critical-letter-to-pope-francis/.
[ii] “On the ‘lesser evil,’ avoiding
pregnancy, we are speaking in terms of the conflict between the fifth and sixth
commandment. Paul VI, a great man, in a difficult situation in Africa,
permitted nuns to use contraceptives in cases of rape. Don’t confuse the evil
of avoiding pregnancy by itself, with abortion. Abortion is not a theological
problem, it is a human problem, it is a medical problem. You kill one person to
save another, in the best case scenario. Or to live comfortably, no? It’s
against the Hippocratic oaths doctors must take. It is an evil in and of
itself, but it is not a religious evil in the beginning, no, it’s a human evil.
Then obviously, as with every human evil, each killing is condemned. On the
other hand, avoiding pregnancy is not an absolute evil. In certain cases, as in
this one, or in the one I mentioned of Blessed Paul VI, it was clear.” “Full
text of Pope Francis' in-flight interview from Mexico to Rome”, Catholic
News Agency, 18 February 2016, https://www.catholicnewsag ency.com/news/full-text-of-pope-francis-in-flight-interview-from-mexico-to-rome-85821.
Fr Federic Lombardi, the Holy See’s spokesman, Fr Lombardi, confirmed the
meaning of the pope’s words the following day: “Allora il contraccettivo o il
preservativo, in casi di particolare emergenza e gravità, possono anche essere
oggetto di un discernimento di coscienza serio. Questo dice il Papa.” “P.
Lombardi commenta i temi affrontati dal Papa con i giornalisti”, Radio
Vaticana, 19 February 2016, http://it.radiovaticana.va/news/2016/02/19/p_lombardi _commenta_i_temi_del_papa_con_i_giornalisti/1209799.
Translation: “The contraceptive or condom, in particular cases of emergency or
gravity, could be the object of discernment in a serious case of conscience.
This is what the Pope said.”
[iii] “In the Argentine countryside, in
the Northeastern region, there is a superstition: that couples have a child,
they live together. In the countryside this happens. Then, when the child must
go to school, they have a civil marriage. And then, as grandparents, they have
a religious marriage. It is a superstition, because they say that having a
religious wedding straight away scares the husband! We must also fight against
these superstitions. Yet really, I say that I have seen a great deal of
fidelity in these cohabiting couples, a great deal of fidelity; and I am
certain that this is a true marriage, they have the grace of matrimony, precisely
because of the fidelity that they have. But there are local superstitions.”
“Address of His Holiness Pope Francis at the opening of the pastoral congress
of the Diocese of Rome”, 16 June 2016, https://w2.vatican.va/content/francesco/en/speeches/2016/june/documents/papa-francesco_20160616_convegno-diocesi-roma.html.
During this congress Pope Francis also claimed that “a great majority” of
Catholic marriages are invalid. The transcript was later altered, at the
request of the pope, to read “a part”. Fr Lombardi commented: “When it’s a
matter of topics of a certain importance, the revised text is always submitted
to the pope himself. This is what happened in this case, thus the published
text was expressly approved by the pope.” “Updated: Most Marriages Today Are
Invalid, Pope Francis Suggests”, National Catholic Register, 17
June 2016.
[iv] “I am gratified that in September
2015 the nations of the world adopted the Sustainable Development Goals, and
that, in December 2015, they approved the Paris Agreement on climate change.”
“Message of His Holiness Pope Francis for the celebration of the world day of
prayer for the care of creation”, 1 September 2016, http://w2.vatican.va/content/francesco/en/messages/pont-messages/2016/documents/papa-francesco_20160901_messaggio-giornata-cura-creato.html.
Further details about the Holy See’s support for the SDGS, and the manner in
which the SDGs call for abortion, contraception and sex education see: “The
impact of the United Nations’ Sustainable Development Goals on children and the
family, and their endorsement by the Holy See”, Voice of the Family, http://voiceofthefamily.com/wp-content/uploads/2017/02/Impact-of-the-United-Nations-Sustainable-Development-Goals22-2-17.pdf.
[v] “The Meeting Point: project for
affective and sexual formation”, Pontifical Council for the Family, http://www.educazioneaffettiva.org/?lang=en.
[vi] Pope John Paul II, Veritatis
Splendor, 6 August 1993, No. 52. Pope John Paul II, Evangelium
Vitae, 25 March 1995, No. 67.
[vii] Pope John Paul II, Evangelium
Vitae, No. 57.
[viii] Canons and Decrees of the
Twenty Fourth Session of the Council of Trent, Promulgated 11 November
1563; Pope Leo XIII, Arcanum Divinae, 10 February 1880; Pope Pius
XI, Casti Connubii, 31 December 1930.
[ix] Pope John Paul II, Familiaris
Consortio, 22 November 1981, No. 84; Congregation for the Doctrine of the
Faith, Letter to the Bishops of the Catholic Church concerning the
Admission to Holy Communion of the Faithful who are Divorced and Remarried,
4 September 1994; Pontifical Council for Legislative Texts, Declaration
concerning the Admission to Holy Communion of the Faithful who are Divorced and
Remarried; 24 June 2000.
[x] Pope Pius XI, Divini Illius
Magistri, 31 December 1929; Pope John Paul II, Familiaris Consortio;
Pontifical Council for the Family, The Truth and Meaning of Human
Sexuality, 8 December 1995.
[xi] Pope Pius XI, Casti Connubii;
Pope Paul VI, Humanae Vitae, 25 July 1968.
[xii] Congregation for the Doctrine of
the Faith, Donum Vitae, 22 February 1987; Congregation for the
Doctrine of the Faith, Dignitatis Personae, 8 September 2008.
[xiii] Pope Benedict XVI, Christmas
Address to the Roman Curia, 21 December 2012.
[xiv] Congregation for the Doctrine of
the Faith, Letter to the Bishops of the Catholic Church on the Pastoral
Care of Homosexual Persons, 1 October 1986; Congregation for the Doctrine
of the Faith, Considerations Regarding Proposals to give Legal
Recognition to Unions Between Homosexual Persons, 3 June 2003.
[xv] First Vatican Council, Dogmatic
Constitution on the Catholic Faith, Ch. 3.1.
[xvi] Ibid, Ch. 3.8.
No comments:
Post a Comment