NEWSCATHOLIC CHURCH, FAITHFri Jan 18,
2019 - 1:13 pm EST
CINA KOMUNIS AKAN MENULIS ULANG KITAB SUCI KRISTIANI AGAR
LEBIH SESUAI DENGAN ADAT CINA DAN KOMUNIS
Dorothy Cummings McLean
BEIJING, 18 Januari 2019 (LifeSiteNews) - Ketika pemerintah Cina menangkap para imam,
merusak atau menghancurkan gereja-gereja Kristen, dan melakukan kontrol atas
para pemimpin Kristiani, pemerintah Cina juga merubah Kitab Suci Kristiani agar
sesuai dengan selera mereka.
Pada tahun 2018, pemerintah Cina Komunis memulai rencana lima tahunan
untuk membuat kekristenan lebih sesuai dengan apa yang dilihatnya sebagai
nilai-nilai Cina dan sosialis yang otentik. Stephen Mosher, penulis Bully of Asia: Why China's Dream Is the New Threat to
World Order, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa merubah Alkitab adalah bagian dari rencana ini.
"Ini adalah bagian dari upaya yang lebih besar di Cina untuk ‘menyadarkan’
semua agama, sekaligus menyatukan mereka dengan ideologi Komunis," kata
Mosher melalui email.
"Sejauh ini, (1) orang tidak mungkin lagi bisa membeli Alkitab secara
online (di Cina), (2) salinan Alkitab yang ada akan disita setiap kali pihak
berwenang menemukannya, dan (3) ada versi yang baru dari semua Kitab Suci -
Kristen, Buddha, Muslim, dll - yang memperkuat ideologi Komunis di dalam isi Kitab
Suci itu," lanjutnya.
Bob Fu, seorang pendeta dari Gereja Evangelis Cina, bersaksi di DPR AS
tahun lalu bahwa salah satu cara pemerintah Cina berusaha untuk menjadikan kekristenan
lebih "berbau Cina" adalah dengan cara menerjemahkan ulang Perjanjian
Lama dan menulis komentar-komentar baru dalam Perjanjian Baru.
"Rencana itu memperjelas bahwa 'menyadarkan’ kristianitas berarti
mengubah kristianitas di Cina menjadi “lebih berbau Cina,” Fu mengatakan hal ini
kepada anggota Sub-komite Luar Negeri Dewan Urusan Afrika, Kesehatan Global,
Hak Asasi Manusia Global, dan Organisasi Internasional September lalu.
Skema ini menekankan bahwa "hati dan jiwa dari penyadaran kekristenan
adalah untuk membuat theologi Kristen menjadi lebih ‘berbau’ Cina dan bahkan
ingin "menerjemahkan ulang atau menulis ulang Alkitab."
Fu mengatakan, penerjemahan ulang ini akan menyatukan Perjanjian Lama
dengan kitab suci Buddha dan ajaran Konfusianisme.
Pendeta itu mengatakan kepada The Christian Post bahwa ada pedoman resmi "bahwa Alkitab yang baru
seharusnya tidak terlihat kebarat-baratan dan harus terlihat lebih Mandarin dan
mencerminkan etika Cina tentang Konfusianisme dan sosialisme."
"Perjanjian Lama akan menjadi kacau. Perjanjian Baru akan memiliki
komentar-komentar baru untuk menafsirkannya."
Rencana lima tahunan pemerintah Cina secara resmi dimulai pada 1 Februari
2017. Di bawah "reformasi," anak-anak tidak lagi diijinkan untuk menghadiri ibadah keagamaan Kristiani. Dalam
sebuah perjanjian kesepakatan baru-baru ini dengan rezim Komunis, Paus
Fransiskus justru setuju untuk mengakui para uskup dari "Asosiasi
Patriotik Katolik" Cina yang skismatik. Sebuah surat kabar Katolik
Asia melaporkan bahwa Paus Francis bahkan telah meminta dua orang uskup Katolik ‘bawah tanah’ yang
setia kepada ajaran asli Gereja Katolik, untuk menyingkir demi memberi
kesempatan kepada uskup-uskup yang didukung oleh pemerintah Cina.
Penyerahan Paus Francis kepada
pemerintah Cina ini mendapat kecaman keras dari Cardinal Joseph Zen,
yang merupakan mantan uskup agung Hong Kong, serta dari para ahli Katolik
lainnya.
No comments:
Post a Comment