RESOLUSI ROHANI
UNTUK TAHUN 2019
by TED
FLYNN | JANUARY 7, 2019
Hanya sedikit orang yang tidak setuju bahwa 2018 adalah
tahun yang sangat liar bagi Gereja Katolik. Kasus Cardinals McCarrick dan
Wuerl, laporan Jaksa Agung Pennsylvania,
Uskup Agung Carlo Vigano yang mendobrak tembok kerahasiaan jajarannya sebagai
pengungkap kasus, sehingga dia dapat mengungkapkan hati nuraninya yang bersih,
Uskup Malone dari Buffalo & 60 Minutes, dan komentar ambigu dari banyak
orang-orang dalam hierarki yang amat membingungkan umat awam dan sekaligus
klerus. Banyak sekali kekacauan dalam gereja seperti sekarang belum pernah
terjadi sebelumnya. Sebagai contoh, belum pernah sebelumnya dalam sejarah
gereja kita melihat promosi pelangi LGBT dan rosario lingkungan yang
dipromosikan oleh seorang pastor. Pastor itu adalah Pastor James Martin, S.J.,
dan satu-satunya hal yang perlu Anda ketahui tentang dia, adalah bahwa dia
berada jauh tersesat yang sulit untuk bisa dibayangkan oleh siapa pun. Rosario
pelangi LGBT mengingatkan saya pada apa yang dikatakan oleh Suster Lucia dari
Fatima, bahwa dunia akan melewati sebuah periode "disorientasi jahat." Dan nampaknya tidak ada satu pun
Jesuit yang menegurnya di media cetak, dan ada sekitar 12.000 Jesuit di dunia.
Para Yesuit, sebagai sebuah lembaga, membutuhkan sebuah Pembaruan. Secara
historis, sebagai sebuah ordo para pria, mereka telah melakukan kebaikan besar,
namun, dalam beberapa generasi terakhir mereka telah melakukan kerusakan yang serius.
Memang ada beberapa di antara mereka yang baik, tetapi tidak banyak.
Dalam kisah Alkitab tentang
wanita yang berzinah (Yoh. 8:7-9), Yesus datang untuk menolong seorang wanita yang akan dilempari
batu. Yesus berkata, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah
ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah
mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus
seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Kemudian Yesus berkata, : "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan
jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Begitulah Yesus tidak menghukum, tetapi Dia
memerintahkan kita untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi. Dia tidak berkata, “Who am I to judge.” (Siapakah aku hingga berhak untuk
menghakimi.”
seperti paus Francis). Kita juga
tidak dipanggil untuk mengutuk, tetapi kita harus menyampaikan kutipan yang kuat dan tegas dari Injil tanpa kompromi. Jelaslah disini bahwa Firman Allah tidak dapat diubah,
dan penerimaan perilaku yang buruk ini tidak
dapat diterima secara Alkitabiah atau moral. Para teolog mungkin bisa mengutak-atik ensiklik, tetapi tidak ada
yang bisa mengubah Firman Tuhan.
Dosa telah menjadi hal yang normal, dan kita sudah terbiasa
dengannya. Ada rasa takut untuk berbicara. Kita dilarang marah oleh rosario
LGBT menentang semua perasaan. Pastor Martin S.J. mempromosikan rosario LGBT yang
bersifat asusila, dan otoritas Gereja terkemuka menolak untuk menegur atau
mendisiplinkannya. Kita tahu berbagai hal dalam hidup ini dengan segala batas-batasnya,
tetapi kebejatan LGBT itu adalah sudah berada diluar batas. Jadi, pertanyaannya
adalah, apa yang diperlukan untuk melakukan kemarahan moral? Pastor Martin
telah menjadi kekasih Vatikan di bawah Paus Francis, dan bahkan dia dijadwalkan
untuk berbicara tentang masalah-masalah keluarga di Dublin, Irlandia, sampai acara
itu dibatalkan pada tahun 2018. Fakta ini saja sudah banyak memberi tahu Anda ke
arah mana hierarki tertinggi ingin membawa gereja. Ada juga agenda nyata untuk
menormalkan dosa homoseksual dengan kedok yang menyesatkan: demi alasan keberagaman
dan inklusivitas. Dari puluhan ribu imam di dunia yang berbicara tentang
masalah keluarga, Martin adalah pembicara yang dijadwalkan berpidato di Dublin
pada sebuah konferensi yang disetujui oleh Vatikan. Berusaha mengabadikan
agenda seperti ini adalah merupakan orang-orang dengan kecerdasan yang gelap, seperti yang dikatakan oleh St. Paulus tentang
orang-orang kafir Roma sebagai “diserahkan
kepada pikiran yang bejat.”
Skandal pelecehan seks dalam gereja mengalir dari atas.
Skandal ini akan meluap pada tahun 2019 karena Jaksa Agung negara bagian telah lebih
terkoordinasi untuk mengajukan gugatan terhadap gereja. Sampai hari ini ada 45
negara bagian sedang bekerja sama dengan Jaksa Agung Pennsylvania untuk merumuskan
jalan ke depan. Setelah selesai, itu mungkin mencakup semua 50 negara bagian,
Guam, Puerto Riko, dan Samoa Amerika. Para pastor dapat berharap untuk melihat bahwa
uang donasi makin menyusut, tidak seperti sebelumnya, karena umat awam dan
orang-orang tidak lagi mau membeli kebohongan dan upaya menutup-nutupi.
Sumbangan dari umat akan berkurang, lebih buruk daripada yang dipikirkan
kebanyakan orang, yang akan mempengaruhi seluruh spektrum layanan sosial.
Adalah kaum konservatif yang banyak menyumbang kepada Gereja, dan kaum liberal (modernist)
menyumbang kepada kelompok-kelompok seperti Planned Parenthood (semacam keluarga
berencana)
Minggu terakhir Desember 2018, Kardinal Sean O'Malley dari
Boston melaporkan Kardinal Timothy Dolan dari New York ke Vatikan setelah
membaca sebuah tulisan di New York Times tentang pelecehan sexual. The N. Y.
Times melaporkan tentang insiden pelecehan seks yang dilakukan oleh seorang pastor
tetapi justru dipuji oleh Kard.Dolan - setelah mengetahui situasinya. O'Malley telah
mengetahui perilaku Dolan selama bertahun-tahun, tetapi kasus ini memberinya
alasan untuk melaporkan Dolan kepada Roma. Peristiwa ini mungkin juga adalah yang
pertama karena dilakukan di depan umum. Maka kita diingatkan akan nubuatan di Akita,
Jepang, yang berbicara tentang hal ini pada awal tahun 1970 ketika pertama kali
dinubuatkan: “Kardinal melawan kardinal, uskup melawan uskup, imam melawan imam ...”
Tahun 2019 akan menyaksikan lebih banyak lagi perpecahan seperti ini, dan hal itu
akan menjadi semakin banyak dan ganas ketika kedua belah pihak yang berseteru berusaha
untuk mempromosikan pandangan mereka masing-masing tentang bagaimana mereka
ingin melihat ideologi mereka dipromosikan.
Bagian dalam dari kuria Vatikan yang mengakar adalah berbentuk
sebuah klub hubungan dekat yang saling terkait seperti arena politik, yang
telah membantu mempromosikan karier satu sama lain selama beberapa generasi.
Sekali lagi, jika Anda berpikir bahwa tahun 2018 adalah cukup merusak, maka tahun 2019 akan lebih dari itu.
Semua hal di atas memberi kita pertanyaan: bagaimana kita bisa
mencapai kedamaian pikiran dan kedamaian jiwa? Bagaimana cara terbaik untuk
mencintai keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar kita? Beberapa saran
praktis:
MENGURANGI WAKTU DI DEPAN LAYAR (TV DAN
HP)
Jumlah waktu yang dihabiskan di layar (TV & HP) pada semua
kelas sosial sangatlah besar, dan terus bertambah. Tidak sulit bagi kita berada
di tempat umum dan melihat mayoritas orang menatap layar. Sebagian besar,
berita selalu berulang-ulang, tidak waras, dangkal, dan penguras waktu. Jika
seseorang benar-benar asyik dengan media sosial, akan masuk akal untuk
mengatakan bahwa hanya ada sedikit waktu yang tersisa untuk kehidupan spiritual
mereka. Jika seseorang mengalami masa krisis dalam hidup mereka, seorang penasihat,
psikolog, atau psikiater yang baik akan memberi tahu orang itu untuk berhenti
menonton berita. Berita ini memang dirancang untuk memberi nilai kejutan (untuk
mendapatkan peringkat) dan hal ini sangat mengganggu semangat kita. Banyak orang
mengatakan bahwa mereka tidak punya waktu bagi pengembangan spiritual, tapi
mereka punya waktu banyak, hingga empat jam, nonton TV di malam hari, dan lebih
banyak lagi di akhir pekan. Karena itu luangkan lebih banyak waktu di dalam doa
dan Adorasi Ekaristi. Bunda Teresa (Santa) sering mengatakan bahwa ordonya bisa
bertumbuh saat itu karena setiap hari selalu dimulai dengan Adorasi.
SEDIAKAN WAKTU DALAM SEHARI DI DALAM SAAT
TEDUH
Sebuah saat teduh adalah saat kita mendengar Tuhan berbicara
kepada kita; itu adalah saat dimana kita mendapatkan tuntunan bagi kegiatan kita.
Jika seseorang tidak dapat menghadiri Misa harian, bangunlah sedikit lebih awal
untuk mendapatkan tuntunan di dalam waktu teduh, karena ini adalah merupakan awal
yang baik. Tidak ada pertumbuhan jiwa tanpa ada bacaan rohani. Alkitab adalah
firman Tuhan. Tidak ada lainnya yang seperti itu. Ada banyak penulis besar
dalam sejarah dunia, namun Firman Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran, dan
terang. Yesus tidak pernah menulis sepatah kata pun, tidak pernah melakukan
perjalanan lebih dari sekitar 75 mil dari kota kelahiran-Nya, tetapi Dia adalah
tokoh sentral dalam seluruh sejarah dunia. Perkataan-Nya mengganggu banyak
orang, karena ia merupakan keindahan dan kebenaran, yang sangat kontras dengan
dunia kegelapan dan dosa. Rasul Yohanes membahas hal ini ketika dia berkata, "…alasan mengapa dunia tidak mengenal
kita ..." (I Yohanes 3: 1-2, 21-24). Dunia telah membenci-Nya sebelum
mereka membenci kamu.
MENYATU DENGAN DASAR-DASAR IMAN
Kita tahu dasar-dasar iman sama seperti kita tahu bahwa kita
tidak boleh makan karbohidrat dan gula berlebihan jika kita ingin sehat. Namun kita
tidak mengikuti hal itu secara cukup di bidang spiritual. Maka hendaknya kita menghabiskan
waktu bersama Tuhan untuk memperoleh pertumbuhan rohani dengan doa, puasa, belajar
Kitab Suci, mengikuti persekutuan doa, Misa harian, dan pengakuan dosa secara teratur.
Mulailah dengan membaca satu bab sehari dari Perjanjian Baru, maka dalam setahun
Anda sudah membaca semuanya. Kembangkan kebiasaan baru. Pada saat mengalami stres,
yang terbaik adalah tetap berpegangan kepada dasar iman. Di dekat tempat tinggal
saya ada empat bentuk seni bela diri dan pertahanan diri, di kompleks kantor
yang berdekatan. Mereka melayani semua kelompok umur, dan mereka sibuk sejak dini
hari hingga pukul 22:00 malam, dengan kelompok-kelompok yang lebih tua. Ini
semua baik untuk mendapatkan citra diri dan perkembangan anak secara fisik,
tetapi akibatnya adalah cukup berat, karena hanya tersisa sedikit waktu atau
upaya yang dihabiskan bagi pertumbuhan spiritual di tahun-tahun pembentukan mereka.
Ini merupakan pemutusan total terhadap apa yang paling penting dalam kehidupan
seorang anak. Mungkin bisa mencapai keseimbangan fisik dan mental, tetapi
biasanya tidak. Kita bisa menemukan atheisme praktis di sekitar kita, sepanjang
hari.
JUJURLAH DENGAN IMANMU
“Usahakanlah
supaya engkau layak di hadapan Allah” (2 Timothy
2:15). Pelajarilah firman Allah pada
tahun 2019 ini seperti yang belum pernah Anda lakukan. Bacalah ia sebagai sebuah
surat cinta, bukan sebagai dokumen akademis. Laksanakan isinya pada diri Anda
dan jadikan ia sebagai cara hidup Anda. Adalah orang-orang sederhana yang
mengikuti Yesus karena Dia berbicara di dalam hati mereka. Orang-orang
berteriak dalam hati mereka demi kebenaran, tetapi hanya sedikit yang tahu
bagaimana menyajikannya secara alami pada tingkat yang dapat dipahami atau
diikuti oleh orang yang tidak beriman. Mulailah dengan membangun relasi dengan
seseorang sebelum melontarkan kutipan Kitab Suci yang tidak dapat mereka pahami.
Begitu mereka tahu bahwa Anda peduli dengan mereka, mereka akan bersedia mendengarkan.
Biji tidak tumbuh menjadi pohon ek dalam semalam, begitu pula manusia. Berjalanlah
secara perlahan, sabar, dan kasihilah mereka sebagai sahabat.
JESUS, I TRUST IN
YOU
No comments:
Post a Comment