RASA SAKITNYA MELAHIRKAN DIALAMI OLEH GEREJA
Saya adalah seorang
imam berusia 38 tahun. Sebagian besar imamat saya telah saya lewatkan bersama
mahasiswa dan keluarga-keluarga muda. Setiap pekan saya mengakhirinya dalam
beberapa percakapan di telepon dengan seseorang yang mengalami penderitaan yang
tak terkatakan dalam kehidupan keluarga mereka. Saya tahu bahwa setiap zaman dalam
sejarah memiliki penderitaannya sendiri, tetapi ada sesuatu yang berbeda dengan
tahun ini. Sebagai contoh, saya bertanya kepada seorang ibu muda pada pemakaman
seorang teman, bagaimana keadaan keluarganya. Dia menjawab, “Bagus. Kami adalah
satu-satunya orang, yang kami tahu, yang hidupnya tidak hancur berantakan."
Kata saya, "Kalau begitu aku akan memasukkanmu dalam daftar pendek saya
yang berisi orang-orang semacam kamu." "Oh, jangan menempatkan kami
di daftar mana pun," katanya sambil tersenyum.
Saya melihat
dunia secara global: Ada dua juta anak yang menjadi budak seks. Selama abad
yang lalu, lebih banyak orang Kristen yang mati demi iman mereka daripada
sebelumnya dalam sejarah, dan ketika Komunisme menghentikan penganiayaannya,
kelompok-kelompok seperti ISIS muncul untuk melanjutkan pekerjaan para tukang
daging. Setengah miliar anak-anak disapu bersih oleh pil dan aborsi setiap
tahun. Sifat manusia tidak menjadi lebih jahat, karena sejak dulu manusia memang
jahat, tetapi instrumen yang diberikan kepada kita oleh dunia modern telah
menyebabkan kematian dan perbudakan lebih dari pada saat-saat sebelumnya -
termasuk perdagangan budak transatlantik dan pembantaian. Ini adalah fakta
statistik.
Biasanya
saya akan mencari kekuatan dari dalam Gereja yang saya butuhkan untuk menuntun keluarga-keluarga,
tetapi ketika saya membaca Amoris Laetitia, dimana disitu saya
melihat bahwa Paus Francis mengatakan: orang yang bercerai dan menikah kembali
dapat menerima Komuni Kudus tanpa perlu memperbaiki kehidupan mereka. Maka itu
adalah godaan untuk bercerai bagi banyak keluarga yang berjuang keras untuk
mempertahankannya. Mungkin inilah sebabnya mengapa ada begitu banyak uskup
mengklaim bahwa ini bukanlah apa yang dimaksudkan Paus. Tetapi ada masalah serius
dengan itu: Bahkan Paus Francis dan Kardinal Schönborn, berdua, telah
mengkonfirmasi bahwa Paus Francis bersungguh-sungguh
dengan apa yang ditulisnya dalam Amoris Laetitia.
Masuklah ke ‘lubang
kelinci’ sedikit lebih dalam: Saya baru saja selesai mencermati beberapa
program seks baru dari Vatikan yang disebut “Meeting Point.” Beberapa di
antaranya baik-baik saja. Tetapi sebagian kecil adalah berupa pornografi
ringan, termasuk foto-foto erotis. Saya bukanlah seorang pastor yang suci.
Faktanya, saya adalah mantan paramedis yang pernah membantu proses melahirkan
bayi. Tetapi "Meeting Point" Vatikan memiliki gambar erotika ringan
yang buruk. "Bagian yang layak" dari Meeting Point masih saja jauh
dari Teologi Tubuh. Bagian yang buruk dari program ini mengingatkan saya pada
pendidikan seks yang diberikan Komunis kepada anak-anak di Rumania pada 1980-an
untuk meningkatkan libido (nafsu sex) anak-anak di sekolah dasar. Seorang teman
pastor baru-baru ini berkata kepada saya bahwa racun tikus memiliki "99,95% bahan dari semua makanan yang disukai
tikus. Hanya yang 0,05% adalah racun."
Jadi, ketika
saya membawa semua masalah ini kepada Adorasi Ekaristi, saya mendapatkan apa
yang oleh Fulton Sheen Ven. disebut sebagai "pertengkaran kekasih"
dengan Tuhan. Saya memandang kepada Tuhan didalam monstran, dan berkata bahwa
jika Gereja tidak mau mendukung saya dalam memperjuangkan kebenaran, maka saya
tidak perlu melakukannya. Sekarang, saya tidak lagi mau "mendengar" segala
sesuatu yang lain ketika berdoa, karena apa yang saya pahami didalam doa di
dalam Gereja, pada saat berikutnya, adalah satu-satunya saat dalam hidup saya,
dimana saya percaya, Tuhan berbicara langsung kepada pikiran dan pemahaman
saya:
“Gereja-Ku
sedang disalibkan. Akankah kamu meninggalkannya?
Saya
tidak akan pernah melupakan kata-kata Tuhan ini. Kalimat itu tidak hanya memberi
keberanian kepada hati saya; kalimat itu juga membawa kejernihan dalam benak
saya: Gereja harus berjalan menuju ke tempat dimana Mempelai Prianya (Kristus)
dulu pergi (Kalvari), dan hal ini akan terjadi - seperti halnya dengan Yudas -
sebagai buah dari pengkhianatan dari dalam hatinya. Our Lady of Good Success menjanjikan "pemulihan penuh" atas
Gereja setelah mengalami krisis seperti yang dinubuatkan, yang digambarkan
sangat mirip dengan apa yang kita saksikan hari-hari ini. Saya telah melihat
bahwa Gereja sedang mengalami penyaliban, tetapi bagaimana saya bisa merindukan
bahwa setelah saat ini akan terjadi kebangkitan? Jika paus Paulus VI mengatakan
bahwa "asap setan telah memasuki bait suci Allah," maka saya pasti tidak
menentang hal itu, karena peristiwa yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa Gereja
kita sekarang sedang mengalami sebuah kebakaran besar.
Di seminari, guru-guru
memberi tahu kami bahwa Gereja akan menjadi ‘pengantin pria’ kami. Tetapi
Gereja bukanlah milik saya atau imam atau uskup mana pun - atau dalam hal ini, milik
paus mana pun. Bukan. Inilah mengapa teologi imamat Santo Agustinus adalah
salah satu yang menempatkan para imam sebagai Yohanes Pembaptis yang lain:
Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah
mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia
dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki
itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus
makin kecil. (Yoh.3:28-30)
Yang dimaksud "sahabat dari mempelai pria" adalah
"orang yang terbaik" dalam bahasa modern. Yohanes Pembaptis
mengatakan bahwa Israel lama dan Israel baru keduanya secara eksklusif adalah milik
Sang Mempelai Pria Ilahi, itu saja. Yohanes tetap menjadi “orang yang terbaik,”
dan begitu pula setiap imam yang memilih untuk pergi berperang bersama Mempelai
Pria.
Tapi ke mana Pengantin Pria pergi, begitu juga ‘pengantin
wanita’ dan ‘orang-orang yang terbaik’ harus mengikuti. Pada hari Senin, 19
September di Kalender Latin Tradisional, itu adalah pesta tingkat ke 3 St.
Januarius. Dalam Injil untuk Misa itu, Yesus menyampaikan khotbahnya yang
paling apokaliptik, yang hanya diucapkan secara pribadi kepada para murid-Nya:
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan
melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan
menjelang zaman baru. Pada waktu itu
kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci
semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang
akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih
kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang
yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia
menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Mat. 24:7-14)
Kutipan di atas sebagian besar telah terjadi saat ini,
terutama yang paling mengerikan dari semuanya: “…kasih kebanyakan
orang akan menjadi dingin.” Pada skala yang lebih terukur, renungkan bahwa CNN dan CBS telah melaporkan bahwa
“relatif terhadap periode 20 tahun, dari pertengahan 1970-an hingga pertengahan
1990-an, Bumi telah menjadi lebih aktif selama 15 tahun terakhir.” Mereka
mengutip Stephen S. Gao, ahli geofisika di Universitas Sains & Teknologi
Missouri, yang pada dasarnya mengatakan ada lebih banyak gempa bumi sekarang
dari pada saat-saat sebelumnya.
“…sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Saya sebenarnya tidak berpikir bahwa kita telah berada
di akhir zaman (tolong maafkan saya,
Yesus, jika seandainya Engkau datang malam ini) tetapi saya benar-benar
percaya kita berada di akhir zaman. Sesuatu yang berbeda pada tahun ini, berbeda
dari tahun-tahun sebelumnya. Dan itu bukan hanya "Klub khusus orang-orang aneh"
yang merasakan adanya badai sejak jauh hari. Siapa pun yang rajin berdoa — ibu,
ayah, pastor, biarawati — semuanya memiliki telinga yang peka untuk mendengar masa
depan. Tetapi apa yang menunggu di depan? Apa yang sedang tiba?
Sesungguhnya, inilah dimulainya kabar gembira yang sebenarnya.
Ingatlah bahwa pada Misa
Minggu, Yesus bersabda: Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan
menjelang zaman baru. (Mat 24:8) Kata ‘sakit melahirkan’
diterjemahkan dari bahasa Yunani jamak odinon (ὠδίνων). Kata tunggalnya adalah odin (ὠδίν.) Kamus Yunani saya mendefinisikan odin
sebagai ‘sakit melahirkan’ dan menempatkannya setara dengan ‘kesedihan
yang tak tertahankan’, dengan mengacu pada bencana-bencana mengerikan yang
diperkirakan oleh orang-orang Yahudi akan mendahului kedatangan Mesias.”
Apa yang kita alami bukanlah ‘kesakitan
karena kematian,’ tetapi ‘kesakitan karena kelahiran.’ Ya, berbagai
gempa bumi yang terjadi di saat belakangan ini adalah bagian darinya. Tapi ini
jauh lebih dalam dari itu. Apa yang kita alami sekarang adalah ini: Tubuh
mistik Kristus sedang dilahirkan, meniru Kristus sebagai kepala, dan ini harus terjadi
dengan penderitaan sakitnya melahirkan. Ingatlah juga bahwa ketika
Yesus mati, terjadi gempa bumi (lihat Matius 27:51.) Kesengsaraan-Nya dan gempa bumi itu hanya kelahiran
kepala (Kol 1:18.) Sekarang, tubuh, tubuh mistik, harus mengikuti dengan rasa sakit
bersalin. Bukankah Gereja selalu berada di dalam sakitnya melahirkan? Ya!
Namun, di antara 70.000.000 martir Kristen dalam
2.000 tahun ini, lebih dari 45 juta dari mereka terjadi dalam 100 tahun
terakhir. Itu berarti bahwa kebanyakan martir Kristen telah terjadi baru-baru
ini.
Eskatologi adalah studi tentang hal-hal yang terakhir.
Orang Protestan percaya bahwa segala sesuatu harus menjadi sangat buruk sebelum
Yesus datang kembali. Umat Katolik percaya bahwa segala sesuatunya menjadi
sangat buruk, ya, tetapi juga sangat baik.
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku
melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman
Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan mereka berseru dengan suara nyaring,
katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau
tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di
bumi?" Dan kepada
mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka
dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap
jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama
seperti mereka. (Why.6:9-11)
Kuota para martir suci harus dipenuhi agar Kristus
datang! Maranatha! Sejak Gereja awali, ia telah menyebut hari kematian seorang
martir sebagai “hari ulang tahunnya.” Sebuah obsesi yang menyakitkan akan
kematian? Tidak, jika Anda menyadari apa yang terjadi setelah penyaliban
Gereja. Jika Maria adalah contoh yang tepat dari Gereja, dan Gereja sekarang
sedang disalibkan, maka Kebangkitan Gereja mungkin hanya dapat bermakna satu hal:
Era Kemenangan Hati Maria Yang Tak Bernoda, seperti yang dijanjikan oleh Bunda
Fatima, seratus tahun yang lalu. Tahun 2017 menandai 100 tahun abad paling
berdarah dalam sejarah dunia.
Saya pikir segalanya akan menjadi lebih buruk sebelum
ia menjadi lebih baik, tetapi saya masih menulis: Tunggu dulu, Anda para martir
dari Timur dan korban skandal para imam di Barat. Tunggu sebentar, siapa saja
di antara Anda yang diberkati dengan sukacita dan salib yang tak terkatakan
karena memiliki anak yang cacat. Tunggu sebentar, Anda semua para imam suci yang
dikucilkan karena mempertahankan tradisi. Tunggu sebentar, kalian para Ibu yang
tidak berpikir mereka bisa melihat anak-anak mereka menderita di lain hari.
Tunggu sebentar, semua suami, Anda yang diejek di tempat kerja karena kasih Anda
kepada Gereja Katolik. Apakah itu layak Anda terima?
Akankah kamu meninggalkan mempelai-Ku ketika dia
sedang disalibkan?
Jangan takut. Mempelai
pria akan datang, dan Dia tidak akan menunda. Apa yang Anda miliki adalah rasa
sakit melahirkan bagi sebuah kehidupan baru. Kita ingin tinggal di dalam rahim
atmosfer kita yang biru, tetapi kita diciptakan untuk dilahirkan kedalam Surga yang
baru dan Bumi yang baru dengan tubuh yang baru pula – asalkan kita tetap menjaga
jiwa kita selalu siap. Karena dengan kematian,
kita dilahirkan kepada kehidupan kekal.
No comments:
Post a Comment