CARA CINA MENGINSPIRASI PENGUNCIAN WILAYAH SECARA GLOBAL
by Jules Gomes • ChurchMilitant.com • December 29, 2020
Paus Francis mendukung karantina totaliter dari Prof.
Pantsdown
LONDON
(ChurchMilitant.com) -
Seorang ilmuwan Inggris yang terkenal karena mendorong penguncian wilayah
secara global sebagai tanggapan terhadap virus Wuhan, mengaku telah menerima
inspirasinya untuk penerapan karantina totaliter dari komunis Cina.
Protes Anti-lockdown di Trafalgar Square, London
Dalam
sebuah wawancara terbuka, profesor biologi matematika yang
memalukan itu, Neil Ferguson, mengakui bahwa kebijakan penguncian wilayah
yang kejam yang diadopsi oleh negara-negara Barat dan didukung oleh paus
Francis dan para uskup tertinggi, tidak akan terpikirkan bahkan setahun yang
lalu.
"Tidak
ada rencana penanganan pandemi di negara Eropa yang secara serius merasa nyaman
dengan perintah untuk ‘menghentikan aktivitas suatu negara,’ sebagai solusi
untuk infeksi karena kelelawar pada 2019,” kata Ferguson kepada The Times pada
Hari Natal.
"Masih
tidak jelas bahwa cara menghentikan penyakit menular adalah dengan menghentikan
aktivitas masyarakat, dan ide seperti ini adalah sangat mengerikan dan tak terbayangkan,"
terutama di sebuah dunia di mana orang-orang pada aktiv "berjabat tangan,
bertemu kerabat, dan pulang-pergi bekerja," kata ahli epidemiologi itu.
"Kemudian,
itulah yang dilakukan Cina," dan "perasaan orang tentang apa yang
mungkin dalam hal pengendalian berubah cukup dramatis antara Januari dan
Maret," kata Ferguson dengan tidak ada rasa menyesal dalam mengungkapkan
hal ini, dan mencatat bahwa dia awalnya skeptis tentang klaim Cina yang telah berhasil
meratakan kurva perkembangan virus dengan cara menggunakan ‘tahanan rumah.’
Ferguson
menggambarkan bagaimana kelompok penasihat ilmiah pemerintah Inggris
"mengamati saat Cina memberlakukan intervensi inovatif dalam pengendalian
pandemi yang juga merupakan intervensi abad pertengahan."
Kolega
Kelompok
Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat (SAGE) memperdebatkan apakah
kebijakan komunis otoriter dapat diterapkan di negara demokrasi Barat, kata
akademisi Imperial College berusia 52 tahun itu.
Vatikan benar-benar diam membisu, bahkan bisa dikatakan ia mendukung
tindakan penindasan. Tweet
“Itu
adalah negara satu partai: komunis, kami bisa berkata demikian. Kami tidak bisa
lolos begitu saja di Eropa, kami pikir ... dan ternyata kemudian Italia melakukannya.
Dan kami menyadari bahwa kami bisa," kata Ferguson.
Ahli
epidemiologi Italia terkemuka Dr. Paolo Gulisano mengatakan kepada Church Militant bahwa "Italia
menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan 'model penguncian wilayah'
dengan cara eksperimental setelah pertama kali diterapkan dan dipromosikan di
Cina dan disponsori oleh Dr. Ferguson."
"Meski begitu, Italia adalah negara Eropa dengan lebih
banyak kematian karena covid. Hal ini berarti, tentu saja, ada sesuatu yang
tidak berfungsi," keluh Gulisano. “Percuma memblokir seluruh penduduk.
Yang biasa dilakukan dalam epidemiologi adalah mengisolasi yang sakit dan
kontaknya saja,” jelasnya.
"Penguncian
wilayah di Italia, sebaliknya, tidak hanya tidak bisa menghentikan penularan,
tetapi satu-satunya akibatnya adalah munculnya orang-orang yang merasa tertekan
dan ketakutan. Penguncian wilayah di Cina telah ditiru menjadi penguncian wilayah
di Italia," kata Gulisano, mantan profesor sejarah kedokteran di
Universitas Negeri Bicocca, Milan.
Gulisano,
seorang penulis esai ternama, menekankan kepada Church Militant bahwa tindakan penguncian wilayah "berasal
dari negara totaliter. Tidak mengherankan, memang itu adalah tindakan
totaliter."
Tindakan penguncian wilayah berasal dari
negara totaliter. Tidak mengherankan, memang itu adalah tindakan totaliter. Tweet
"Kami
harus menghadapi sebuah ‘negara polisi’ dan terjadinya semacam penindasan
militer. ... Ini adalah masalah yang sangat serius: Dengan dalih keamanan
sanitasi, metode diktator telah diperkenalkan di Eropa," kata Gulisano
memperingatkan.
Spesialis
dalam hygiene dan
pengobatan pencegahan, yang adalah seorang Katolik yang setia, dia mengecam penyerahan diri Takhta Suci kepada
tindakan tirani dan komunis.
"Selama
ini Vatikan benar-benar diam membisu, bahkan bisa dikatakan ia mendukung
penindasan. Hirarki telah membatasi kebebasan beragama, menutup gereja-gereja untuk
beribadah, dan hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam
sejarah," keluh Gulisano.
Dia
menguraikan:
Selama
ini, Gereja selalu menentang kediktatoran di seluruh dunia, dari Uni Soviet
hingga Amerika Selatan. Bahkan sekarang, ia seharusnya berada di garis depan
dalam mempertahankan kebebasan. Tetapi semua orang tahu bahwa Gereja saat ini
berhubungan erat dengan rezim Cina. Oleh karena itu, apakah cara Cina, campuran
kekejaman dari kapitalisme tak terkendali dan Marxisme sosial, yang akan
diekspor ke seluruh dunia tanpa ada yang benar-benar merasa keberatan?
Cartoon mocking the U.K. government's Wuhan virus policy
Menurut
Buletin
Organisasi Kesehatan Dunia (BWHO), "Tindakan pengendalian paling
ketat diterapkan di Wuhan dengan penguncian wilayah total pada seluruh populasi.
Mulai pukul 10 pagi pada 23 Januari 2020, pejabat kota Wuhan melarang semua
transportasi masuk dan keluar dari kota dengan 9 juta penduduk itu."
BWHO
menjelaskan:
Di
seluruh Cina, dilakukan intervensi termasuk pembatasan lalu lintas nasional
dalam bentuk peningkatan pos pemeriksaan di persimpangan jalan untuk mengurangi
jumlah orang yang bepergian dan mengisolasi diri penduduk di rumah untuk
mengurangi aktivitas di luar. Ratusan juta penduduk Cina harus mengurangi atau
menghentikan perjalanan antar kota dan aktivitas dalam kota karena tindakan
ini.
Paus Francis
memuji "sebagian besar pemerintah" yang "bertindak secara
bertanggung jawab, memberlakukan langkah-langkah ketat untuk menahan penyebaran,"
demikian laporan
Church Militant sebelumnya.
Paus
menegur para pengunjuk rasa anti-lockdown karena "menolak menjaga jarak, dan
berbaris menentang pembatasan perjalanan - seolah tindakan yang harus
diterapkan pemerintah untuk kebaikan rakyat mereka merupakan serangan politik
terhadap otonomi atau kebebasan pribadi!"
Jepang
berhasil mengatasi
virus tanpa penguncian wilayah yang ketat. Disana terjadi total 2.487 kematian
atau 18 kematian per sejuta orang - sejauh ini Jepang memiliki tingkat kematian
terendah di antara negara-negara demokrasi industri.
Itu adalah negara satu partai, komunis,
kami katakan demikian.
Kami pikir, hal itu tidak bisa lolos begitu
saja di Eropa...
tapi ternyata Italia melakukannya.
Dan kami menyadari bahwa kami bisa. Tweet
Sebuah
laporan Church Militant di bulan Mei mengungkapkan
bagaimana ‘model hari kiamat’ Ferguson mungkin telah memperdaya para uskup agar
mereka menutup gereja-gereja, terutama yang mempengaruhi Cdl. Vincent Nichols,
uskup agung Westminster dan presiden Konferensi Waligereja Inggris dan Wales.
Ferguson
mendapatkan julukan "Professor Pantsdown"
setelah dia melanggar aturan penguncian wilayah buatannya sendiri, untuk
tinggal bersama dengan kekasihnya yang berusia 38 tahun, Antonia Staats -
seorang aktivis sayap kiri yang hidup dalam pernikahan terbuka dengan suaminya,
Chris, dan kedua anak mereka di sebuah rumah di London Selatan senilai £ 1.9
juta.
Ferguson admits to 'massaging the Staats'
Akademisi
yang berzinah itu terpaksa mengundurkan diri setelah skandal itu, tetapi
sekarang dia telah dipekerjakan kembali oleh pemerintah dan dia terus mendorong
penutupan wilayah secara total di tahun baru kemarin.
Rekor
Ferguson dalam menasihati pemerintah telah dirusak oleh serangkaian kegagalannya
yang besar.
Pada
tahun 2001, Ferguson menyarankan pemusnahan total dan luas untuk menghentikan
penyakit kaki dan mulut, yang menelan biaya £ 10 miliar dan menyebabkan
pembantaian lebih dari 6 juta sapi, domba, dan babi. Pada tahun 2011, sebuah
laporan mengecam caranya itu karena membuat "kesalahan serius" dengan
"mengabaikan komposisi spesies di peternakan."
Pada
2005, Ferguson memperkirakan
200 juta kematian akibat flu burung. Korban tewas global antara 2003 dan 2009
hanyalah 292.
Pada
tahun 2009, pemodelan flu babi Ferguson, memperingatkan
sebelumnya tentang 65.000 orang yang meninggal di Inggris Raya. Ternyata
hanya ada 457 orang meninggal.
Ahli tersebut juga memperingatkan bahwa hingga 50.000 orang dapat meninggal karena penyakit sapi gila, tetapi penyakit manusia seperti bovine spongiform encephalopathy (BSE) faktanya hanya membunuh 177 orang.
Sementara itu, Philip Thomas, profesor manajemen risiko di Universitas Bristol, berpendapat bahwa penguncian wilayah di Inggris akan merenggut setara dengan 560.000 nyawa karena dampak kesehatan dari "resesi yang dalam dan berkepanjangan yang akan ditimbulkannya."
*****
Giselle
Cardia, 22, 24, 27 Desember 2020
Bertemu
Orang Yang Mendirikan Illuminati
Ned
Dougherty – 25 Desember 2020
St.
Theresa Avila : Ruangan Yang Dipersiapkan Oleh Setan Bagiku