These Last Days News - May 5, 2017
Bayside - Aliansi Hitam Antara George Soros Dan Paus Francis ...
Spectator.org reported
on May 3, 2017:
by George Neumayr
Kutipan dari buku baru George Neumayr, "The
Political Pope."
Terpilihnya seorang Jesuit liberal pada posisi kepausan
telah menggetarkan hati para Demokrat di Amerika Serikat, yang aliansi hitamnya
dengan kaum kiri Katolik telah berlangsung selama beberapa dekade. Barack
Obama, salah satu pendukung paus yang paling terkemuka, telah lama menjadi
penerima manfaat dari aliansi hitam itu. Fakultas di Jesuit Georgetown
University di Washington, D.C., berada di
peringkat pendonor teratas untuk kampanye Obama.
Dalam ironi yang
menyedihkan, Obama, yang kepresidenannya secara substansial telah mengikis
kebebasan beragama di Amerika, naik ke tampuk kekuasaan bukan demi Gereja Katolik, tetapi karena Gereja Katolik. Keuskupan Agung
Chicago membantu mendanai radikalisme Obama pada 1980-an. Seperti yang dia
ceritakan dalam memoarnya, dia memulai pekerjaannya sebagai pengatur komunitas
di ruang pastoran paroki Holy Rosary di South Side Chicago. Organisasi Alinskyite tempat dia
bekerja - the Developing Communities Project - menerima puluhan
ribu dolar dari Kampanye Katolik untuk Pembangunan Manusia.
Obama sangat
akrab dengan almarhum Kardinal Chicago, Joseph Bernardin. Sebagai pendukung
gerakan “Seamless Garment” dalam Gereja Katolik pada 1980-an, sebuah
gerakan yang menutup mata terhadap tindakan aborsi dan menekankan paham liberalisme
politik, kardinal Bernardin tertarik pada paham sosialisme dan relativisme elit
liberal. Dia adalah orang yang sangat "ramah gay" sehingga dia
meminta agar paduan suara kaum gay "Windy
City Gay Chorus" tampil di pemakamannya. Dia mewujudkan angan-angan Obama
tentang seorang uskup yang "baik" dan dalam campuran ideologi politiknya
antara sayap kiri dengan teologi relativistik, maka kardinal Joseph Bernardin merupakan
pendahulu dan pelopor dari kemunculan paus Francis.
Kardinal
Bernardin mendesak para pastornya untuk bekerja sama dengan Obama dan bahkan
membayar ongkos pesawat Obama untuk sesi pelatihan tahun 1980 di Los Angeles
yang diselenggarakan oleh Yayasan Area Industri Saul Alinsky. Konferensi
tersebut diadakan di sebuah perguruan tinggi Katolik di California Selatan, Mount St. Mary, yang telah lama dikaitkan dengan kelompok
Alinsky yang beraliran kiri.
Aliansi
antara Katolik kiri dan Demokrat kiri ini menjelaskan adanya gelar kehormatan
yang diterima Obama dari Notre Dame pada tahun 2009, bahkan ketika Obama berencana
untuk menganiaya Gereja Katolik di bawah aturan kontrasepsi dan aborsi Obamacare. Mantan presiden Notre Dame, pastor
Theodore Hesburgh, yang mendukung pemberian gelar kehormatan kepada Obama, sangat
dekat dengan Monsinyur John Egan, seorang yang terkenal sosialis, yang memulai
Kampanye Katolik untuk Pembangunan Manusia dan duduk di dewan Yayasan Kawasan
Industri Saul Alinsky.
Begitulah
aliansi hitam itu juga menjelaskan bagaimana Partai Demokrat, meskipun
mendukung aborsi dan pernikahan sesama jenis, bisa memenangkan mayoritas suara umat
Katolik dalam dua kali pemilihan presiden Obama. Pada konvensi Partai Demokrat
2012 di Charlotte, biarawati seperti Sister Simone Campbell telah berpidato sepanggung
dengan aktivis aborsi dari Planned Parenthood. Seorang dekan liberal dari sebuah
universitas Katolik, Suster Marguerite Kloos, bahkan tertangkap basah melakukan
penipuan pemilih tahun itu, dengan cara memalsukan tanda tangan seorang almarhumah
biarawati pada surat suaranya. Seperti yang ditulis Thomas Pauken dalam The Thirty Years War, "radikalisasi
dalam unsur-unsur klerus Katolik ternyata menjadi salah satu pencapaian paling
signifikan Saul Alinsky."
Terpilihnya
paus Francis dipandang oleh para aktivis Alinskyite sebagai mimpi yang menjadi
kenyataan. “Saya pikir paus Francis adalah sosok yang cukup menginspirasi,”
kata Al Gore di UC Berkeley pada awal 2015. Mantan wakil presiden yang berubah
menjadi aktivis lingkungan radikal yang disebut paus Francis sebagai “fenomena”
dan menertawakan sikap liberalismenya: “Apakah paus ini Katolik? ” Gore berkata
bahwa dia (Francis) begitu "menginspirasi saya" sehingga "saya
bisa menjadi seorang Katolik."
Kaum
kiri sering muncul di Vatikan, sering diundang oleh salah satu penasihat
terdekat paus Francis, Kardinal Oscar Rodriguez Maradiaga dari Honduras.
Sebelum kunjungan paus ke AS, sekelompok aktivis sayap kiri dan pejabat dari
serikat dan organisasi seperti SEIU dan PICO (kelompok Alinskyite yang
didirikan oleh Pastor John Baumann (Yesuit liberal) pergi ke Vatikan untuk
berunding dengan pejabat kuria tentang perjalanan paus. Sekitar waktu yang sama,
lebih dari 90 anggota Kongres AS mengirim surat kepada paus Francis,
mendesaknya untuk fokus pada tema politik liberal. Pemimpin kelompok ini adalah
Rosa DeLauro, seorang Katolik yang mendukung hak untuk melakukan aborsi.
Pada
2016, terbukti melalui pengungkapan oleh WikiLeaks bahwa miliarder beraliran sosialis,
George Soros, telah mendanai sebagian besar lobi-lobi ini. Dia menghabiskan
ratusan ribu dolar dalam upaya untuk mewujudkan kunjungan paus Francis ke AS.
Menurut dokumen yang bocor, Yayasan Masyarakat Terbuka milik Soros, berusaha
untuk menciptakan sebuah "massa kritis" yang terdiri dari para uskup
Amerika dan umat Katolik awam yang mendukung program-program paus Francis.
Dokumen tersebut secara khusus menyebutkan bahwa kardinal Maradiaga, seorang tokoh
PICO, sebagai sekutu yang berguna untuk memastikan bahwa pidato paus di AS akan
mendorong paham sosialisme.
E-mail
yang diretas itu mengungkap kedalaman plot yang tengah berlangsung:
Kunjungan
pertama paus Francis ke Amerika Serikat pada bulan September akan mencakup
pidato bersejarah di Kongres AS, pidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan
kunjungan ke Philadelphia untuk "Pertemuan Keluarga-keluarga Sedunia".
Untuk memanfaatkan momen ini, kami (organisasi Open Society) akan
mendukung kegiatan pengorganisasian PICO untuk melibatkan paus dalam masalah
keadilan ekonomi dan rasial, termasuk menggunakan pengaruh Kardinal Rodriguez,
penasihat senior paus, dan mengirim delegasi untuk mengunjungi Vatikan di musim
semi atau musim panas untuk memungkinkan dia mendengar langsung dari umat
Katolik berpenghasilan rendah di Amerika.
Dalam
email-email yang bocor tersebut, para agen Soros menjelaskan secara eksplisit
bahwa mereka memandang paus Francis sebagai propagandis bagi tujuan mereka:
Di
penghujung hari, kunjungan kami menegaskan strategi keseluruhan: paus Francis,
sebagai pemimpin yang berskala global, akan menantang "penyembahan berhala
di pasar" AS dan menawarkan seruan yang tegas untuk mengubah kebijakan
yang mendorong pengucilan dan ketidakpedulian terhadap mereka yang paling
terpinggirkan. Kami percaya bahwa momen generasi ini dapat meluncurkan
pengorganisasian luar biasa yang mendorong pilihan-pilihan moral dan membantu
membangun sebuah pedoman moral. Kami percaya bahwa kunjungan kepausan, dan pekerjaan
yang secara kolektif kami lakukan di sekitarnya, dapat membantu banyak orang di
negara kami bergerak melampaui konflik ideologis basi yang mendominasi
perdebatan kebijakan kami dan merangkul peluang baru untuk memajukan kebaikan
bersama.
Setelah
pertemuan, mereka bersukacita atas keberhasilan pertemuan tersebut,
menginformasikan kepada John Podesta, ketua kampanye Hillary Clinton:
Kunjungan-kunjungan
kami adalah merupakan dialog. Kami menyampaikan pandangan kami bahwa paus Francis
adalah pemimpin dunia yang memiliki signifikansi sejarah; bahwa pesannya
tentang tindakan pengecualian, kewaspadaan atas meningkatnya ketidaksetaraan,
dan kekhawatiran tentang ketidakpedulian global, adalah penting untuk didengar
dan dilihat oleh AS selama kunjungannya; dan bahwa kami bermaksud untuk
memperkuat pernyataannya sehingga kami memiliki dialog moral yang lebih
mendalam tentang pilihan kebijakan melalui siklus pemilihan 2016. Dalam
pertemuan kami dengan pejabat terkait, kami sangat merekomendasikan agar paus
menekankan - dalam kata-kata dan perbuatan - perlunya menghadapi rasisme dan
hierarki berbau ras di AS...
Percakapan
yang semula dijadwalkan selama tiga puluh menit berubah menjadi dialog dua jam.
Seperti dalam percakapan ketika waktu sarapan kami dengan Kardinal Rodríguez,
pejabat senior Vatikan itu berbagi wawasan mendalam yang menunjukkan kesadaran
akan iklim moral, ekonomi, dan politik di Amerika. Kami didorong untuk percaya
bahwa paus Francis akan menghadapi masalah ras melalui sebuah kerangka moral.
Pengungkapan
lebih lanjut dari WikiLeaks itu menegaskan rencana para pejabat Demokrat untuk
menyusup kedalam Gereja Katolik untuk "memicu revolusi" yang
bermanfaat bagi pemikiran radikal mereka. Pada 2012, di tengah reaksi Katolik
atas mandat undang-undang kontrasepsi Obama, John Podesta menerima catatan dari
Sandy Newman, presiden Voices for
Progress.
“Perlu
ada sebuah ‘Musim Semi Katolik,’ di mana umat Katolik sendiri menuntut
diakhirinya kediktatoran abad pertengahan dan dimulainya demokrasi kecil serta
penghormatan terhadap kesetaraan gender di dalam gereja Katolik,” tulis Newman
kepada Podesta. "Saya tidak memenuhi syarat untuk terlibat dan saya tidak
memikirkan sama sekali tentang bagaimana seseorang akan 'menanam benih revolusi,'
atau siapa yang akan menanamnya." Podesta menjawab bahwa partai Demokrat AS
telah membentuk kelompok front Katolik untuk menanam benih-benih itu: “Kami
membentuk umat Katolik dalam Aliansi
untuk Kebaikan Bersama untuk mengatur momen seperti ini. Tapi saya pikir
itu masih kekurangan kepemimpinan untuk melakukannya sekarang. Begitu juga Catholic United. Seperti kebanyakan
momen-momen Musim Semi, saya pikir yang ini harus dilakukan dari bawah ke
atas.”
Ternyata
Podesta salah. Hal itu terjadi dari atas ke bawah, ketika tahun berikutnya
Francis naik ke posisi kepausan dan mulai mempolitisasi Gereja dengan cara yang
persis seperti yang dibayangkan oleh kaum progresif. Memang, Podesta kemudian
mendorong Hillary Clinton untuk memanfaatkan sikap kiri dari paus dalam
kampanyenya. Dalam satu email yang diretas, dia menyarankan agar dia mengirim
tweet untuk "berterima kasih kepadanya karena telah menunjukkan bahwa
orang-orang di lapisan bawah (kaum miskin) akan paling terpukul oleh perubahan
iklim."
Podesta
dan para pembantunya juga membahas bagaimana mereka dapat memanfaatkan dukungan
paus Francis untuk urusan kesepakatan Obama di Iran. Podesta dikirimi laporan
di mana Christopher Hale dari kelompok Katolik di dalam Alliance for the Common Good mengusulkan agar para uskup dan
kardinal di Amerika Serikat bersandar pada para senator AS yang menunda
kesepakatan itu.
Dalam
email lainnya, yang menggarisbawahi bagaimana media dan partai Demokrat AS
bekerja sama untuk melibatkan paus Francis dalam politik mereka, seorang
kolumnis liberal, Brent Budowsky, menasihati Podesta: “John, HRC harus maju
dari kurva progresif sebelum kunjungan paus ke AS pada bulan September, yang
akan menjadi pertaruhan besar selama seminggu, termasuk cakupan kejenuhan,
populis progresif berat, dampak setelah paus bertindak mempengaruhi jalannya
dan hasil kampanye. Ini pendapat saya, yang ditulis lebih banyak dalam gaya
analisis berita …… Brent ” Dalam kolom terlampir, Budowsky menulis, “Kunjungan
paus yang begitu populer hampir pasti akan memberikan keuntungan melalui pandangannya
bagi partai Demokrat dan kelompok liberal yang sangat mendukung Francis dan
mendedikasikan kembali diri mereka kepada nilai dan visi yang diperjuangkan
paus."
Paus Francis
telah dipengaruhi oleh The Pedagogy of
the Oppressed, sebuah buku yang berupaya menyebarkan ajaran Marxisme di
antara para petani Amerika Latin. Alinskyite memberikan kesan di Amerika dengan
menganggap buku itu sebagai buku klasik. Penulis buku tersebut adalah mendiang
Paulo Freire dan paus Francis telah mengunjungi janda Freire. Pertemuan itu diatur
oleh Kardinal Hummes, orang Brasil yang dihargai Francis dengan menginspirasi paus
untuk menamai dirinya sendiri menurut nama St. Francis. Paus Francis “menganggap
pertemuan dengan saya karena tulisan Paulo, karena pentingnya Paulo bagi pendidikan
orang-orang tertindas, orang miskin, orang kulit hitam, bagi kaum wanita, dan
kaum minoritas,” kata Ana Freire.
*****
Silakan juga melihat artikel ini:
Bom WikiLeaks: Kemitraan Soros / Clinton /
Vatikan ...
http://www.tldm.org/news31/wikileaks-bombshell-the-soros-clinton-vatican-partnership.htm
*****
St. Thomas Aquinas, Bayside, 21 Agustus 1972
"Aku melihat bahwa para imam berposisi tinggi
di Rumah Allah telah menjadi
lemah dalam cara hidup mereka. Mereka
memenuhi kebutuhan tubuh jasmani mereka dan tidak bersedia berkorban dan melakukan penebusan dosa. Tidak akan ada
jalan yang mudah menuju Kerajaan. Mereka harus berlutut, dan
mereka harus membuat tubuh jasmani mereka
kelaparan, sampai mereka
melepaskan diri dari iblis yang berada di dalam diri mereka.
"Kecuali
jika kamu sekarang mau mendengarkan peringatan-peringatanku, maka kamu akan
jatuh ke dalam perangkap yang telah ditetapkan bagimu. Musuh telah berada di
dalam Rumah Allah. Dia berusaha untuk menyingkirkan Wakil Kristus (paus) dari
antaramu, dan ketika dia melakukannya, dia akan menempatkan seorang pria dari rahasia-rahasia
gelap di Tahta Peter! " - St. Thomas Aquinas, Bayside, 21 Agustus
1972
“Tanpa ada sejumlah
doa yang dibutuhkan, untuk menyeimbangkan neraca pengadilan, serta tindakan
silih dari orang-orang di dunia, maka akan ditempatkanlah di Tahta Petrus
seseorang yang akan menaruh dan meletakkan jiwa-jiwa dan Rumah Allah di dalam
kegelapan yang dalam.”
*****
Injil
Menurut Francis: "Peliharalah awan-awan-Ku"
LDM
– Januari 2009 Bagian pertama
LDM
- Kutipan Nubuat Tentang Skisma Di Dalam Gereja Katolik
Coronavirus
Dan Kekacauan Dunia Baru
Uji
coba vaksin COVID di Inggris yang berasal dari sel bayi yang diaborsi...
Kudeta
Vatikan? George Soros Mendanai LSM Yesuit Dengan $ 1,7 Juta ...
No comments:
Post a Comment