Dogma tentang Neraka – Bagian II
Rasa Sakit Yang Ditimbulkan
Pada Jiwa Terkutuk Di Dalam Neraka
Dr. Remi Amelunxen
Neraka telah diungkapkan oleh Tuhan
kita sebanyak 50 kali di dalam
Injil, seperti yang kita lihat di artikel
sebelumnya. Di sini kita akan memeriksa rasa sakitnya Neraka, bagaimana umat
Katolik harus berpikir tentang Neraka, untuk menimbulkan rasa takut yang
menyehatkan yang seharusnya kita miliki, dan bagaimana hal itu seharusnya
mempengaruhi tindakan kita sehari-hari.
Yang dominan dalam kata-kata Kitab Suci tentang
Neraka adalah siksaan api yang
mengerikan. Kitab Suci menyebut Neraka sebagai “kumpulan belerang dan api,”
“Gehena api,” “api yang kekal,” dan “tungku api di mana api tidak akan pernah
padam.”
Api Neraka adalah api yang nyata
“Itu adalah suatu api
yang menyala seperti api di dunia
ini, meskipun sangat jauh
lebih aktif dan lebih menyakitkan. Bukankah seharusnya
ada api yang nyata di Neraka, mengingat bahwa ada juga api yang nyata di dalam Api Penyucian?”
(1)
“Itu adalah api yang sama,” kata St. Augustine, “yang menyiksa orang-orang yang
terkutuk dan memurnikan orang-orang
yang terpilih.”
(2)
Penderitaan mengerikan karena terbakar api di bumi akan berakhir ketika api membakar
habis orang
tersebut. Tetapi di Neraka, penderitaan sakitnya api yang ada disana tidak pernah berhenti, karena api di sana menyala tetapi tidak menghanguskan.
Itulah mengapa sangat
baik
bagi kita untuk berpikir dan
merenungkan tentang Neraka sebagai sarana untuk mendorong kita
melepaskan segala kesenangan
duniawi yang sesat,
semua persahabatan
dan keterikatan yang bisa
menuntun
kita ke neraka.
Hanya dengan melihat jiwa yang jatuh ke dalam Neraka telah mampu menyebabkan rasa sakit
yang tak tertandingi. St.
Margaret Mary Alacoque melihat penampakan salah satu saudara perempuan seiman (suster), yang baru saja
meninggal. Suster
itu memberi tahu St. Margaret Mary bahwa dia menderita dengan kejam di dalam Api Penyucian dan
memohon bantuan doa
dan haknya untuk memperoleh
Surga segera.
"Lihatlah ranjang tempatku
berbaring," katanya kepada St. Margaret, "tempat dimana aku menahan rasa sakit
yang tak tertahankan."
“Saya melihat tempat tidur
itu,” kata orang kudus itu dalam
tulisannya, “dan hal itu
sampai saat ini masih
membuat saya bergidik. Itu penuh dengan paku tajam dan berapi-api, yang menembusi daging. Almarhumah mengatakan kepada saya
bahwa dia menderita penyiksaan ini karena kemalasan dan kelalaiannya dalam
mematuhi aturan-aturan
religius."
“Tapi ini belum semuanya,” lanjut suster itu. “Hati saya tercabik-cabik
untuk menghukum umpatan
saya
terhadap atasan saya. Lidah saya menderita karena kata-kata saya yang
bertentangan dengan kemurahan
hati dan
pelanggaran terhadap kesucian yang saya lakukan. Tetapi semua ini adalah masalah
kecil dibandingkan dengan rasa sakit lainnya yang disediakan Tuhan untuk saya alami. Meskipun
tidak berlangsung lama, hal itu
lebih menyakitkan bagi saya daripada semua penderitaan saya di dunia dijadikan satu.”
Kemudian suster itu memberi
tahu St. Margaret Mary bahwa Tuhan telah menunjukkan kepadanya salah satu
kerabat perempuannya yang telah meninggal dalam keadaan dosa berat yang dihukum
oleh Hakim Tertinggi dan masuk ke dalam Neraka, sebuah pemandangan yang
menyebabkan dia begitu ketakutan, ngeri dan sakit, sehingga tidak ada kata-kata
yang bisa menggambarkannya. (3)
Ini hanya satu laporan. Pastor Schouppe yang menyajikan banyak kisah
mengerikan tentang kaum
religius
dan umat awam
yang mengungkapkan kengerian Neraka. Satu kejadian singkat melibatkan seorang pastor suci yang mengusir
orang yang kerasukan. Selama eksorsisme, dia bertanya kepada Iblis, rasa sakit apa yang dia
alami di Neraka. Dia menjawab, "Api abadi, kutukan abadi, amukan abadi dan
keputusasaan yang mengerikan,
karena tidak pernah bisa memandang Allah yang menciptakan
saya."
Semua indera disiksa oleh iblis di Neraka
Pada kesempatan serupa, pengusir setan itu bertanya kepada Iblis, apa rasa sakitnya yang terbesar. Dia menjawab dengan nada putus asa dan yang tak terlukiskan: "Selalu, selalu! Tidak pernah, tidak
pernah!" (4)
Penderitaan Neraka lainnya adalah berupa bau tubuh yang busuk, yang lebih tak
tertahankan lagi daripada
bau mayat. Jika tubuh orang yang terkutuk, kata St. Bonaventura, disimpan di
bumi, yang dengan sendirinya begitu
saja
sudah cukup untuk membuat bumi tidak bisa dihuni. Ia akan memenuhi bumi dengan
bau busuk serta infeksinya,
seperti mayat yang dibiarkan membusuk di sebuah rumah akan menyebarkan bau tak
tertahankan dari seluruh
tubuhnya. (5)
Menjelang
akhir kehidupan St. Martin dari Tours, Iblis datang untuk menggodanya dalam
bentuk yang kelihatan. Roh kebohongan muncul di hadapannya dengan kemegahan
kerajaan, mahkota emas di kepalanya, dan berkata bahwa dia adalah Raja
Kemuliaan, Putra Allah. Uskup yang suci itu mengenali si penggoda di bawah penampilan keagungan
manusia ini dan mengusirnya pergi dengan rasa jijik.
Setan yang congkak
itu merasa dikacaukan; dia segera menghilang.
Tetapi dia meninggalkan ruangan yang dipenuhi dengan bau busuk yang sangat
menyengat, sehingga orang suci itu tidak dapat tinggal di situ lebih
lama lagi.
Pikirkan dan
renungkan tentang Neraka untuk menghindari jatuh ke dalamnya
Seorang pembaca mungkin keberatan: “Apa gunanya mendengar semua cerita
menakutkan ini? Lebih baik memikirkan kebaikan dan belas kasihan Tuhan."
Tidak sulit untuk menanggapi hal
ini.
Sebelum KV II, para bapa pengakuan biasa menceritakan
kisah-kisah seperti ini dari mimbar dan mendorong umat untuk berpikir tentang
siksaan dalam Neraka, untuk mencegah kita jatuh
ke dalamnya. Memang, sangat
mudah bagi kita untuk
dikutuk dan orang-orang yang
terkutuk
adalah sangat
banyak jumlahnya.
St. Teresa dari Avila membandingkan jiwa-jiwa yang musnah itu dengan jumlah kepingan salju yang berjatuhan di musim dingin, begitu
banyaknya. (6)
Seorang Uskup, dengan izin khusus dari Tuhan, menerima kunjungan dari seorang
pendosa yang meninggal tanpa pertobatan
beberapa waktu sebelumnya. Jiwa terkutuk ini bertanya kepada si Uskup, apakah masih ada manusia di bumi. Kemudian, dia
menjelaskan: “Sejak saya berada di tempat tinggal yang menyedihkan ini (neraka), saya telah melihat
begitu banyak orang yang berdatangan, sehingga saya bingung untuk
membayangkan bahwa masih ada manusia di bumi.” (7)
Sungguh, kita telah diperingatkan tentang hal ini di dalam Injil. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu
dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk
melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju
kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Mat 7: 13-14).
Untuk menghindari Neraka, sangat penting untuk menghindari jalan menuju Neraka. Untuk ini, kita harus menghindarinya dalam segala bentuknya, dan berusaha untuk selalu dalam keadaan rahmat.
Siapa pun yang
berpikir dan merenungkan tentang Neraka, dia berada di jalan untuk
menghindarinya. Sebab, pada saat pencobaan, pikiran ini akan membantunya untuk
tidak berbuat dosa. Kita memiliki contoh St. Martinian, seorang pertapa dari
Kaisarea di Palestina pada abad ke-4. Dia telah hidup 25 tahun dalam
kesendirian ketika Tuhan membiarkan kesetiaannya diuji dengan keras.
Besarlah jumlah jiwa yang masuk ke mulut Neraka
Suatu hari, seorang pelacur
bernama Zoe yang menyamar sebagai pengemis, datang ke kamar selnya saat hujan badai dan meminta tempat untuk bernaung.
Pertapa suci itu membawanya masuk dan menyalakan
api untuk mengeringkan pakaiannya. Tetapi pelacur itu, melepaskan
jubah compang-camping yang dipinjamnya, dan kemudian muncul dengan pakaian yang amat menggoda dan mulai
menggunakan semua pesonanya untuk
memikat si pertapa itu.
Ketika dia menyadari betapa tergodanya dirinya, Martinian, si pertapa, duduk di depan api dan
meletakkan kaki telanjangnya pada
perapian yang menyala, di depan mata pelacur itu yang merasa heran. Rasa sakit pada kakinya, mengundang tangisan dari dirinya, tetapi dia (pertapa itu) berteriak: "Aduh,
jiwaku, jika kamu tidak dapat menahan api yang begitu lemah sekarang, bagaimana
kamu akan dapat menahan api Neraka?"
Pencobaan itu diatasi, kemudian Zoe bertobat dan
kemudian menjadi seorang biarawati di Betlehem. Begitulah efek menguntungkan
dari pikiran tentang Neraka.
Masyarakat iblis sangatlah buruk
Penyiksaan lain di neraka
adalah berupa masyarakat
iblis dan orang-orang
terkutuk di dalam neraka, yang sangat mengerikan. Beberapa
jiwa yang bodoh meremehkan aspek ini dan bahkan bercanda tentang hal itu, dan mengatakan: "Yah,
setidaknya saya tidak akan berada di sana (neraka) sendirian." Pada
kenyataannya, mereka tidak akan menemukan penghiburan apa pun di dalam neraka,
kecuali ada kesengsaraan
seperti para
narapidana yang dijatuhi hukuman untuk memakai rantai besi bersama-sama di kamar-kamar penjara di dunia.
Tetapi bahkan seorang narapidana masih dapat menemukan penghiburan
tertentu dengan ditemani manusia lain. Tidak demikian halnya di dalam Neraka, di mana orang-orang yang terkutuk disana adalah saling menyiksa satu sama lain.
St. Thomas berkata: "Di Neraka, teman-teman dari jiwa yang
terkutuk, jauh dari meringankan penderitaannya, dan hal itu akan membuatnya lebih
tak tertahankan baginya." (8) Bahkan masyarakat dari orang-orang yang
merupakan sahabat-sahabatnya,
tidak dapat mendukung jiwa terkutuk di Neraka.
Di Neraka, jiwa-jiwa yang terkutuk menangis dan meratapi waktu yang mereka
habiskan dalam hiburan yang sia-sia di dunia, karena mengabaikan
kewajiban hari Minggu mereka untuk menghadiri Misa, karena dosa berat yang
sengaja tidak diakui
dalam Sakramen Tobat. Kemudian, mereka ingin kembali selama satu jam untuk
membuat pengakuan yang baik, tetapi tidak berhasil. Waktu di bumi yang
diberikan kepada mereka oleh Tuhan sudah berakhir, dan sekarang mereka harus
menghadapi konsekuensi yang berlangsung selama-lamanya.
Pastor
Schouppe menceritakan kepada kita sebuah kisah nyata yang sebaiknya kita
renungkan hingga lama
dan mendalam.
Ada seorang
pastor, mendapati dirinya
di tempat terpencil di mana dia beristirahat untuk berdoa, dan dia mendengar ratapan
sedih, yang hanya bisa terjadi karena penyebab yang bersifat supernatural. Dia bertanya-tanya siapa yang melakukan tangisan memilukan ini
dan apa artinya.
Kemudian, sebuah suara
sedih menjawabnya: "Kami adalah orang-orang yang terkutuk. Ketahuilah
bahwa kami, di dalam neraka, sangat menyesalkan waktu kami yang hilang, waktu
berharga yang kami buang di bumi di dalam kesia-siaan dan kejahatan. Ah! Jika
ada waktu satu jam saja bagi kami, hal itu akan memberi kami kesempatan untuk
pulih, yang tak dapat diberikan oleh keabadian di neraka kepada kami sekarang."
(9)
*****
Cardinal
Hollerich “Membuka diri bagi imam wanita"
Uskup
pro-gay menggantikan jabatan kardinal pro-gay
Perjanjian
Damai Bersejarah Ataukah Persiapan Untuk Menyambut Antikristus?
Terungkap:
Organisasi Komunis China Membiayai Organisasi Black Lives Matter
LDM
- Penglihatan Dan Renungan LDM 13 September 2020
Bagaimana
Pemerintah Cina Menggunakan Warganya Sebagai Tikus Percobaan
Dogma
tentang Neraka – Bagian I
No comments:
Post a Comment