AKHIR ZAMAN DAN GREAT RESET
https://www.lifesitenews.com/opinion/the-end-times-and-the-great-reset
Penegakan drastis dari undang-undang darurat yang sama sekali tidak proporsional
dan permanen, telah berisi
semua tanda dari kediktatoran kesehatan.
Thu Apr 8,
2021 - 2:42 pm EST
·
8 April 2021 (LifeSiteNews) – Saat-saat bersejarah saat ini menandai makin dekatnya
akhir zaman.
Segala sesuatu yang diramalkan dalam
Kitab Suci sedang terjadi. Para Bapa Gereja telah mengklasifikasikan gejala ini
dengan sangat jelas dalam eksegesis mereka. Di sini, St. Irenaeus dari Lyon layak disebutkan
secara khusus. Dalam karyanya Adversus
haereses, dia menjelaskan bahwa perjalanan sejarah dunia adalah sejalan
dengan hari-hari Penciptaan yang alkitabiah. Tujuh
hari ini sesuai dengan tujuh zaman dalam sejarah.
Irenaeus “menulis bahwa sebelum kedatangan Kristus dalam kemuliaan, yaitu pada akhir hari keenam, datanglah rekapitulasi kejahatan terbesar (Mysterium iniquitatis), atau penggabungan dari seluruh pelanggaran hukum dalam sejarah dunia.”
Bapa Gereja itu mengacu pada 2 Tes 2: 3-12 dan menafsirkan
pasal ketujuh dari Kitab Daniel. Di sana kita membaca dalam nubuat terkenal
dari apa yang disebut kerajaan keempat: “Lalu aku ingin tahu lebih banyak
tentang binatang keempat, binatang yang berbeda dari yang lain, cukup
mengerikan untuk dilihat, dengan gigi dari besi dan cakar perunggu, yang
memakan segalanya dan menghancurkannya, dan yang tersisa itu diinjak-injak
dengan kakinya. Juga (saya ingin mengetahui lebih detail) tentang sepuluh
tanduk di kepalanya dan tentang tanduk lain yang telah tumbuh dan sebelumnya
tiga tanduk telah jatuh, tanduk yang memiliki mata dan mulut yang berbicara
dengan kasar, dan yang akhirnya sepertinya lebih besar dari yang lain. [...]
(Malaikat) menjawabku: Binatang keempat berarti: Kerajaan keempat akan muncul
di bumi, sama sekali berbeda dari semua kerajaan lainnya. Itu akan melahap
seluruh bumi, menginjak-injak dan menghancurkannya. Sepuluh tanduk berarti:
Sepuluh raja akan memerintah di kerajaan itu; tetapi setelah mereka akan datang
yang lain. Yang ini sangat berbeda dari yang sebelumnya. Dia menggulingkan tiga
raja, dia menghujat Yang Mahatinggi dan menindas orang-orang kudus dari Yang
Mahatinggi. [...] Baginya orang-orang kudus akan dibebaskan untuk satu waktu
dua setengah waktu. Tapi kemudian pengadilan akan diberikan. Raja itu akan
dilucuti dari kekuasaannya; ia akhirnya akan disingkirkan dan dihancurkan ”(Dan
7: 19-26).
Tanduk terakhir dari binatang keempat adalah antikristus,
yang di dalamnya terdapat Mysterium
iniquitatis. Manifestasi akhir dan
personifikasi dari musuh ini membawa penyatuan seluruh kemurtadan terhadap
Tuhan, globalisasi kejahatan. Pemerintahan antikristus diperkirakan berlangsung
selama tiga setengah tahun.
Perlu dicatat bahwa Kitab Daniel sangat paralel dengan Wahyu
Yohanes. Di sana berbicara tentang binatang yang keluar dari laut, menyerupai
macan kumbang, dengan cakar beruang dan mulut singa (lih. Wahyu 13: 1-2).
“Hasilnya adalah bahwa menurut gambaran yang dibuatnya, si
peramal itu telah menyatukan menjadi satu dari empat binatang yang
diperlihatkan kepada Daniel dalam sebuah penglihatan (Dan 7: 2-7) [...] Jika
Yohanes menggunakan angka-angka simbolis ini [...] dalam Daniel untuk uraiannya
dan memadatkannya menjadi satu sosok hewan tunggal, ini tentu berarti
pertama-tama dia melihat antikristus sebagai penguasa politik yang menggunakan
semua kekuatannya untuk tujuan melenyapkan sisa-sisa terakhir pemerintahan
Tuhan di bumi dan membantu dia yang menentang Tuhan untuk mendapat kekuasaan
absolut atas dunia dan umat manusia." Binatang itu berhasil menyatukan
politik bangsa-bangsa di bumi dan membangun kekuasaan di seluruh dunia.
Kediktatorannya dengan demikian mencakup segala-galanya.
"Dengan bantuan kekuatan universal seperti itu, maka
sekarang juga adalah mungkin bagi binatang itu untuk menegakkan dirinya dan
tuannya dalam penyembahan umum di mana-mana," yang akan diklaim oleh
antikristus untuk dirinya sendiri. Nomornya adalah 666 (lih. Wahyu 13:18),
karena ia ingin menempatkan dirinya di atas Tuhan, karena angka 333 menunjukkan
satu Tuhan yang benar, yaitu Tritunggal Mahakudus. Dengan munculnya antikristus
“sebelum akhir zaman, permusuhan terhadap Tuhan dan Kristus dalam sejarah dunia
mencapai klimaksnya dan pada saat yang sama ia berakhir. Berdasarkan kemampuan
dan kemungkinan manusia supernya, antikristus mampu merebut dominasi dunia
universal sebelum Tuhan akhirnya menjerumuskannya ke dalam kehancuran
selamanya.”
Saat ini, sentralisasi teknis, media, politik dan ekonomi
telah memungkinkan secara global, dikombinasikan dengan pengawasan total.
Kondisi dasar telah disiapkan oleh tangan-tangan panjang untuk memunculkan
kediktatoran universal.
“Antikristus [...] dengan demikian akan mewakili kekuatan
politik terbesar dalam sejarah dunia! Dia akan mendirikan sebuah kerajaan dunia
yang tidak bertuhan, dan di dalamnya dia juga akan merebut seluruh kekuatan
ekonomi dunia (lih. Wahyu 13:17) [...] Oleh karena itu, kekuatan kelompok anti-kristen
di akhir zaman ini juga terhubung dengan sebuah pandangan dunia yang
anti-kristen, dengan semacam agama negara [...] Gereja di akhir zaman ini akan
menjadi gereja martir dan semua kejayaan sebelumnya akan lenyap darinya.
Singkatnya: antikristus atau kekuatan anti-kristen di akhir zaman akan menjadi
kekuatan politik dan ekonomi terkuat yang pernah ada di dunia. Kerajaannya akan
mencakup seluruh dunia dan pada saat yang sama ia melambangkan kekuatan
spiritual yang akan mewartakan iman yang baru untuk menggantikan iman yang
lama. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan antikristus dan kuasanya.” (Wahyu
17:14; 19: 20-21).
Pelopor penting dan instrumen utama yang amat menentukan bagi
kelompok anti-Kristen untuk merebut dominasi dunia adalah Freemasonry dan
Komunisme, yang bekerja sama untuk tujuan ini. Strategi yang sesuai mendalilkan
apa yang disebut "synarchy [...], yaitu, sebuah negara dunia yang bersatu
dengan sebuah pemerintah bersatu, yang direncanakan sebagai gereja tandingan.
[...] Secara politis, synarchy berjuang untuk mengintegrasikan semua kekuatan
sosial dan keuangan, yang secara alami harus dijalankan dan dipromosikan oleh
pemerintahan dunia di bawah kepemimpinan sosialis ini. Akibatnya, Katolik dan semua
agama lainnya akan diserap oleh sebuah sinkretisme universal.”
Di balik konsep pengkhianatan dari persaudaraan universal ini
ada tersembunyi perbudakan manusia di dalam sistem kediktatoran. Negara dunia
anti-kristen ciptaan Freemason terhubung dengan pembentukan sebuah
"super-agama" yang diciptakan oleh mereka sendiri: "Sebagai
ideologi persatuan, yang berlaku adalah gagasan: 'apa yang manusiawi di dalam
dirinya, juga berlaku bagi semua orang,' ini adalah 'agama di mana semua orang
setuju' dan inilah yang menurut mereka seharusnya menjadi elemen yang
membebaskan dan menebus untuk membentuk dunia yang lebih baik, yang dengan
sendirinya dapat dibangun oleh para ahli 'Seni Kerajaan' [Freemason].” Rencana
jahat dari apa yang disebut Tata Dunia Baru akan mempengenalkan antikristus
sebagai kepala dan pemimpin dari seluruh umat manusia.
Dengan latar belakang seperti ini, maka tanda-tanda akhir zaman
semakin jelas.
Majalah Time menghadirkan sebuah edisi
“The Great Reset,” yang dimensinya jelas mengarah kepada sosialisme dunia. Yang
sangat mengungkap fakta adalah subjudul yang sesuai, yang secara harfiah
mengakui hal berikut: "Pandemi Covid-19 telah memberikan kesempatan unik
untuk memikirkan masa depan seperti apa yang kita inginkan." Niat ini
sekarang tampaknya sedang diterapkan dengan tujuan membentuk sebuah tatanan dunia baru. Utusan Khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan Global, Gordon Brown, menyerukan
pembentukan pemerintahan global untuk menangani virus corona, dengan semangat yang
hampir sama. Dan Henry Kissinger menegaskan bahwa jika tatanan dunia baru tidak
dibentuk setelah Covid-19, hal itu dapat membuat dunia terbakar. George Soros,
oligarki dan ideolog yang secara finansial sangat kuat untuk proyek-proyek yang
mendukung pengungsi, aborsi, homoseks dan perubahan iklim, ikut menentukan arah
perjalanan media dan politik dunia. Bill Gates, anggota kelompok Bilderberg,
penyandang dana utama WHO, aktivis aborsi dan pendukung pengurangan populasi
secara drastis, telah mendorong rencananya dalam bentuk vaksinasi global.
Para kepala negara terkemuka menampilkan diri mereka sebagai
kekuatan pelindung yang sebenarnya. Penegakan drastis dari undang-undang
darurat yang sama sekali tidak proporsional dan permanen, telah memiliki semua
tanda kediktatoran kesehatan. Pelanggaran atas peraturan yang membatasi doktrin
otoriter ini, dihukum dengan hukuman berat. Perampasan besar-besaran atas hak-hak
dasar dan pengawasan total telah menandai perbudakan manusia dengan alasan “perlindungan
yang membebaskan." Para pemimpin pemerintah, yang bertanggung jawab atas
pembunuhan jutaan anak di dalam rahim dengan menegakkan hukum aborsi yang
kejam, sekarang mengklaim bahwa tindakan drastis historis mereka adalah bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa manusia. Pementasan ini disertai dengan promosi media
arus utama, yang tampaknya sebagian besar tersinkronisasi dan, dalam sebuah
sensasi raksasa, berputar-putar hampir secara eksklusif di sekitar apa yang
disebut pandemi -- dengan gambaran dan laporan yang dipentaskan secara
dramatis. Segala argumen yang terbukti menyimpang dari banyak ilmuwan terkenal
dicap sebagai "teori konspirasi."
Kerusakan ekonomi yang parah melalui penguncian wilayah yang
menjangkau jauh, telah menimbulkan krisis keuangan yang sangat besar dan tujuan
untuk mengalahkan kedaulatan nasional membuatnya sangat jelas adanya agenda
sentralistik mana yang akan diberlakukan di seluruh dunia. Hal yang sangat
menarik dalam konteks ini adalah ucapan Sekretaris Jenderal PBB António
Guterres: “Kita tidak dapat kembali kepada keadaan semula […] Kita membutuhkan sebuah
multilateralisme jaringan, yang menyatukan sistem PBB, organisasi regional,
lembaga keuangan internasional, dan lain-lain. […] Di abad ke-21, Pemerintah-pemerintah
bukan lagi satu-satunya realitas politik dan kekuasaan. Dan kami membutuhkan
multilateralisme yang efektif yang dapat berfungsi sebagai instrumen
pemerintahan global yang diperlukan.” PBB dan Forum Ekonomi Dunia (WEF)
menyetujui sebuah kemitraan yang luas pada Juni 2019.
Kaum globalis terus maju dengan "Great Reset" yang
telah mereka rencanakan dan terapkan pada umat manusia, didorong oleh ideologi Tata
Dunia Baru. Berbicara terus terang tentang hal ini, Klaus Schwab, pendiri dan
ketua Forum Ekonomi Dunia, berkata: “Banyak dari kita yang memikirkan kapan
segala sesuatunya akan kembali normal. Jawaban singkatnya adalah: tidak pernah. Tidak ada yang bisa
kembali kepada keadaan normal seperti sebelum krisis, karena pandemi virus
corona menandai titik perubahan mendasar dalam lintasan global kita. […] Dunia
seperti yang kita ketahui pada bulan-bulan awal tahun 2020 sudah tidak ada
lagi, dibubarkan dengan alasan konteks pandemi.” Pada awal Mei 2016, sebelum
pandemi, Schwab mengatakan bahwa Revolusi Industri Keempat akan mengarah pada “penyatuan
antara identitas fisik, digital, dan biologis kita." "Great
Reset" ingin memaksa seluruh ekonomi global ke dalam kolektivisme (paham
sosialis). Propagandanya menyebutkan tiga tujuan: “memperbaiki kerusakan
ekonomi global, […] menghentikan bencana perubahan iklim yang akan datang dan
menggunakan dua 'krisis' yang disebutkan sebelumnya sebagai kesempatan untuk
memajukan cita-cita sosialis, termasuk penghancuran […] hak-hak individu.”
Dalam konteks ini, peran PBB terlihat jelas: “Pada 2015 […]
PBB mengambil langkah besar menuju pemerintahan global […]. Mereka mengeluarkan
dokumen berjudul 'Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan.' ”
Pada KTT WEF di Davos tahun 2017, Schwab berkata: "Di
dunia yang ditandai dengan 'ketidakpastian', semuanya memandang China dengan 'optimis."
Pada saat yang sama, Forum Ekonomi Dunia dan "Pembangunan Nasional China
dan Komisi Reformasi ”menandatangani sebuah memorandum dengan maksud untuk
memperdalam kerjasama lebih lanjut. Kolaborasi dengan kediktatoran komunis ini
bertujuan, antara lain, untuk menghapus kepemilikan pribadi. Para pengamat juga
menyebutkan penguasaan atas pemikiran, ucapan, dan tindakan, serta penguasaan
massa melalui pengarusutamaan media, disertai ideologi LGBT dan agenda aborsi.
Perlu juga dicatat bahwa pengaruh China di PBB meningkat
pesat. "Minatnya dalam posisi kepemimpinan di PBB sangat besar, karena
para pejabat ini memiliki kekuasaan khusus."
Perlu dicatat dalam konteks ini bahwa pemerintahan Biden AS
juga mendorong aliansi terbuka dengan slogan “Build Back Better” (Bangun Kembali Lebih Baik) yang digunakan oleh WEF.
Yang mendasari "Great Reset" adalah istilah filosofis
dari transhumanisme. Konsepnya berpendapat "bahwa spesies manusia harus
mengendalikan evolusinya sendiri melalui teknologi peningkatan kemampuan manusia."
Pemikiran seperti ini juga diberikan pada "implan otak dan teknologi nano
yang membalikkan proses penuaan." Ini harus mengarah pada mengatasi
batasan fisik dan mental umat manusia.
Pendiri WEF “secara khusus mempertimbangkan teknologi yang
akan mengubah apa artinya menjadi
manusia, karena mereka akan berintegrasi ke dalam tubuh dan pikiran manusia
untuk mengatasi ('melampaui') keterbatasan mereka. […] Seperti yang diakui
Schwab sendiri, teknologi baru ini juga dapat 'menyusup ke dalam ruang-ruang
pikiran kita, yang sampai sekarang bersifat pribadi, membaca pikiran kita dan kemudian
mempengaruhi perilaku kita' ".
Seperti yang dikatakan oleh Uskup Agung Carlo Maria Viganò
dalam wawancaranya dengan Deutsche
Wirtschaftsnachrichten, “rencana pembentukan Tatanan Dunia Baru pastilah
akan menerapkan sebuah agama universal dengan inspirasi Masonik, yang di
atasnya harus ada seorang pemimpin agama yang bersifat ekumenis, tegas, ekologis
dan dianggap progresif.”
Forum Ekonomi Dunia telah secara resmi mempresentasikan yang
satu ini, karena penekanan yang sangat sering "atas dukungannya terhadap
'Penyetelan Ulang Besar'" (Great Reset) diberikan kepada Bergoglio,
sebagaimana ia menyebut dirinya dalam Buku Tahunan Vatikan. Seruan terbuka yang
terakhir untuk Tatanan Dunia Baru sebagai akibat dari pandemi yang ditunjuk
sangat sesuai dengan tujuan kaum globalis.
Kerangka terkait disediakan oleh dokumen Fratelli tutti (FT), yang memuji persaudaraan universal, yang tidak
lain adalah prinsip terkenal Freemason. Dengan seruan "Kebebasan,
Kesetaraan dan Persaudaraan" (FT 103-105), dokumen Fratelli tutti telah memasukkan expressis verbis slogan Revolusi Prancis, pendahulu dari sosialisme
anti-Kristen. Selain itu, ada skandal besar karena paus Francis mengkhianati
Gereja Bawah Tanah China demi kepentingan rezim komunis. Fratelli tutti mengarah pada ketidakpedulian agama (FT 281) dan
menarik tautan kembali kepada dokumen Abu Dhabi (FT 5 dan 285), yang mengakui semua
bidaah melalui pernyataannya yang mengatakan bahwa keragaman agama yang majemuk
adalah dikehendaki oleh Tuhan. Dalam kegilaan neopagan dari penyembahan
Pachamama yang menghujat dan menistakan Tuhan, rujukan kepada "Ibu
Pertiwi" telah dimanifestasikan. Panggilan penulis Fratelli tutti (paus Francis) agar kita mematuhi PBB, telah berbicara
sendiri.
Pada tahun 2014, mantan presiden Israel Shimon Peres telah mendukung
paus Francis di Vatikan untuk "mendirikan 'Persatuan Agama-agama'" -
yang dikembangkan lebih lanjut dari kesepakatan PBB. Bergoglio mendirikan apa
yang disebut "Komite Tinggi untuk Persaudaraan Manusia," yang telah
meluncurkan proyek pembangunan rumah antaragama "Rumah Keluarga
Abrahamik" di Abu Dhabi. Langkah selanjutnya menuju persatuan agama dunia sudah
tidak jauh lagi.
‘Malam kemurtadan apokaliptik’ ini akan mencapai puncaknya
dengan munculnya antikristus. Selama masa tirani sedunia, Gereja Sejati dari Tuhan
akan mengalami misteri Paskah Kristus secara intens dan mengikuti Dia dalam
kematian dan kebangkitan-Nya.
Setelah itu, fajar hari baru yang mulia akan muncul, yaitu
yang ketujuh dari sejarah dunia, seperti yang dijelaskan oleh St. Irenaeus dari
Lyons. Bapa Gereja itu berkata: “Tetapi ketika antikristus ini akan
menghancurkan segala sesuatu di dunia ini, memerintah selama tiga tahun enam
bulan, dan bertahta di Bait Suci Yerusalem, maka Tuhan akan datang dari surga di
awan-awan dalam kemuliaan Bapa. Dia akan melemparkan antikris kedalam lautan
api bersama dengan para pengikutnya, tetapi bagi orang benar Dia akan
mendatangkan zaman kerajaan, yaitu saat istirahat, hari ketujuh yang kudus.”
---------------------------------
Bahkan
Meski Gereja Kudus Dihancurkan Oleh Serigala...
Dokumen
SPARS 2025-2028 yang mengejutkan dunia
Paus
Francis Menyerukan Pemerintahan
Global Dan Vaksin Universal