ST. JOHN BOSCO MENGISAHKAN MIMPINYA
St. John Bosco dan Mimpi Tentang Kapal dan Dua Pilar
Pada bulan Mei 1862 St. John Bosco mendapat mimpi profetik tentang Gereja pada masa-masa ini: pertempuran dan kemenangan. St. John Bosco sangat mencintai Bunda Maria. Seluruh hidupnya dihabiskan untuk bekerja demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa dengan bantuan Bunda Terberkati, yang dia sebut sebagai Maria Penolong Umat Kristen. St. John Bosco memiliki karisma Roh Kudus yang luar biasa, dan itu adalah karunia mimpi profetik. Berikut ini adalah mimpi profetik bulan Mei 1862 yang diambil dari sebuah buku berjudul Forty Dreams of St. John Bosco, yang disusun oleh Fr. J. Bacchiarello, S.D.B.
St. John Bosco mengisahkan
mimpinya
“Bayangkan diri Anda berada bersama saya di tepi pantai, atau lebih baik, di atas batu yang menonjol sendirian dan tidak dapat melihat tanah sekitar, selain tanah yang ada di bawah kaki Anda. Di seluruh perairan yang luas itu Anda melihat armada kapal-kapal yang tak terhitung banyaknya dalam barisan siap tempur. Haluan kapal-kapal itu dibentuk berupa titik-titik tajam seperti tombak sehingga kemanapun mereka digerakkan, mereka akan menembus dan menghancurkan musuh sepenuhnya. Kapal-kapal ini dipersenjatai dengan banyak meriam, dengan banyak senapan, dengan banyak bahan yang mudah terbakar, dengan semua jenis senjata lainnya, dan juga dengan buku-buku, dan mereka maju melawan sebuah kapal yang jauh lebih besar dan lebih tinggi dari mereka sendiri dan mencoba untuk menabraknya dengan bagian haluannya, atau membakarnya atau dengan cara tertentu yang bisa dilakukan untuk menimbulkan kerugian apapun.
“Sebagai pengawal dari kapal yang megah dan lengkap itu (Gereja), ada banyak kapal yang lebih kecil, yang menerima perintah melalui isyarat darinya dan melakukan gerakan untuk mempertahankan diri dari armada lawan.
“Di tengah hamparan laut yang sangat luas, nampak dua pilar besar yang sangat tinggi muncul agak berjauhan dari satu sama lain. Di atas salah satu pilar itu, ada patung Perawan Tak Bernoda, yang pada kakinya tergantung sebuah plakat besar dengan tulisan ini: Auxilium Christianorum - 'Help of Christians' (Penolong umat kristiani); pada pilar yang lain, yang jauh lebih tinggi dan lebih besar, ada sebuah Hosti berukuran besar yang proporsional dengan pilarnya dan di bawahnya ada plakat lain bertuliskan: Salus Credentium - 'Keselamatan bagi Umat Beriman.'
“Komandan tertinggi di kapal besar itu adalah Paus Yang Berkuasa. Dia, saat melihat amukan musuh dan kejahatan di mana umatnya menemukan diri mereka berada, memutuskan untuk memanggil para kapten kapal yang lebih kecil di sekelilingnya untuk mengadakan sebuah kesepakatan dan memutuskan apa yang harus dilakukan.
“Semua kapten dari kapal-kapal kecil naik dan berkumpul di sekitar Paus. Mereka mengadakan pertemuan (mungkin Konsili Vatikan Pertama: 1869-1870), tetapi sementara angin dan ombak terus bergelora dalam badai, para kapten itu segera dikirim kembali untuk mengendalikan kapal mereka sendiri. Ada jeda singkat; untuk kedua kalinya Paus mengumpulkan para kapten di sekelilingnya (mungkin Konsili Vatikan Kedua: 1962-1965), sementara kapal yang besar itu terus berjalan. Tetapi badai yang mengerikan itu kembali menyerang. Paus berdiri di depan kemudi dan semua tenaganya dipusatkan untuk mengarahkan kapal menuju dua pilar itu, dimana mulai dari atas dan dari setiap sisinya tergantung banyak jangkar dan kait besar yang diikat dengan rantai.
“Semua kapal musuh bergerak untuk menyerangnya, dan mereka berusaha dengan segala cara untuk menghentikan dan menenggelamkannya: beberapa dengan melalui tulisan atau buku atau dengan bahan yang mudah terbakar, yang semuanya penuh. Kapal yang lainnya dengan senjata, dengan senapan dan dengan domba-domba jantan. Pertempuran berkecamuk tanpa henti. Haluan kapal musuh mendorong dengan keras, tetapi upaya dan dampak mereka terbukti tidak bermanfaat. Mereka berusaha dengan sia-sia dan menghabiskan semua tenaga dan amunisi mereka. Kapal besar itu terus melaju dengan aman dan lancar dalam perjalanannya.
Kadang-kadang terjadi bahwa, karena terkena pukulan hebat, kapal besar itu mendapat beberapa lubang yang besar di kedua sisinya. Tetapi tidak lama setelah kerusakan parah itu terjadi, maka angin sepoi-sepoi mulai bertiup yang berasal dari dua pilar itu, dan retakan-retakan pada kapal itu mulai menutup dan celah-celah yang ada mulai menghilang.
“Sementara itu, senjata para penyerang diledakkan, senapan dan senjata serta haluan kapal yang lainnya dipatahkan; banyak kapal yang hancur dan tenggelam ke dasar laut. Kemudian, musuh yang hiruk pikuk berjuang keras untuk bertarung, dengan tangan kosong, dengan tinju, dengan pukulan, dengan hujatan dan dengan kutukan.
“Tiba-tiba Paus terluka parah. Segera, orang-orang yang bersamanya berlari untuk menolongnya dan mereka mengangkatnya. Untuk kedua kalinya, Paus terpukul hingga dia jatuh lagi dan mati. Teriakan kemenangan dan kegembiraan terdengar di antara musuh. Dari kapal-kapal mereka mengalirlah segala macam ejekan yang tak terkatakan. (Mungkin mengacu pada Paus Yohanes Paulus I yang sangat berdevosi pada Fatima dan meninggal beberapa saat kemudian, dalam keadaan yang mencurigakan.)
“Tapi ketika Paus itu hampir mati, segera Paus lain datang menggantikannya. Para pejabat, setelah mengadakan pertemuan bersama, segera memilih Paus baru begitu cepat sehingga berita kematian Paus yang lama bertepatan dengan berita pemilihan penggantinya. Musuh mulai kehilangan keberanian.
“Paus yang baru ini, menghadapi musuh untuk mengalahkan dan mengatasi setiap rintangan, dan dia mengarahkan kapal menuju dua pilar dan berhenti di tengah-tengah kedua pilar itu. Dia segera membuat ikatan dengan sebuah rantai yang mengikat pada haluan kapal dan diikatkan pada jangkar yang ada pada pilar tempat Hosti Kudus berada. Dan dengan rantai lainnya dia mengikat bagian buritan kapal dan ditambatkan pada jangkar lain yang berada pada pilar tempat patung Perawan Tak Bernoda berdiri.
“Kemudian terjadi kekacauan yang hebat. Semua kapal yang sampai saat itu berperang melawan kapal Paus, hancur berserakan. Mereka melarikan diri, bertabrakan satu sama lain dan pecah berkeping-keping. Beberapa ada yang tenggelam dan mencoba menenggelamkan kapal yang lainnya. Beberapa kapal kecil yang telah berjuang dengan gagah berani di pihak Paus, menjadi yang pertama yang mengikatkan diri pada dua pilar tersebut.
“Banyak kapal lainnya yang mundur karena takut akan pertempuran. Dengan hati-hati mereka mengawasi dari jauh. Bangkai dari kapal-kapal yang rusak telah berserakan di pusaran air laut, dan mereka pada gilirannya nanti akan berlayar dengan lancar menuju dua pilar itu, Bunda Maria dan Hosti Kudus. Dan setelah mencapai pilar itu mereka mengaitkan kapal dan diri mereka kepada jangkar atau kait yang tergantung di bawah kedua pilar itu dan di sana mereka tetap tinggal dengan aman, bersama dengan kapal utama, di mana Paus berada. Dan di laut, saat itu nanti, ada ketenangan yang luar biasa."
St. John Bosco menjelaskan mimpinya: “Kapal musuh itu adalah lambang penganiayaan. Ujian paling serius bagi Gereja sudah dekat… Musuh-musuhnya diwakili oleh kapal-kapal yang mencoba menenggelamkan kapal Gereja, jika mereka bisa. Hanya ada dua cara yang tersisa untuk menyelamatkan kapal Gereja di tengah begitu banyak kebingungan: Devosi Kepada Maria dan sering menerima Komuni, memanfaatkan segala cara dan melakukan yang terbaik untuk mempraktikkannya, di mana saja dan oleh setiap umat beriman.”
------------------------------
Dokumen
SPARS 2025-2028 yang mengejutkan dunia
Paus
Francis Menyerukan Pemerintahan Global Dan Vaksin Universal