These Last Days News - March 31, 2021
TANGGAPAN ATAS UCAPAN PAUS
FRANCIS:
TRADISI KATOLIK MENYEBUTKAN BAHWA MARIA SEBAGAI CO-REDEMPTRIX DAN MEDIATRIX DARI SEGALA RAHMAT
KnightsRepublic.com reported on May 30, 2020:
by Alexandra Clark
Logikanya sederhana, tanpa Maria, tidak akan ada Yesus, dan
tanpa Yesus tidak ada keselamatan.
Para Bapa Gereja Awali sering menyebut Maria sebagai
"Hawa Baru" atau ibu rohani semua manusia.
Sungguh penting untuk diperhatikan, bahwa keselamatan
tidaklah otomatis. Kita harus menjadi pelaksana-bersama dalam rencana
keselamatan Kristus. Yesus sendiri berkata: “Setiap orang yang mau mengikut
Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." Matthew 16:24. Dan St. Paulus menambahkan "... tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan
gentar." [Filipi 2:12] Maka kita harus bekerja sama dalam Kurban Penebusan
Kristus dan mempersatukan diri kita dengan-Nya, untuk memiliki Persekutuan
dengan-Nya agar dapat diselamatkan. Kita tahu bahwa tidak ada orang lain di
dunia yang lebih menyatu dan lebih kooperatif dengan Yesus daripada Ibu-Nya yang Terberkati! Dengan ‘Fiat’nya Maria menjadi Hawa
yang baru dan melahirkan Adam Baru (Yesus) yang akan menyelamatkan umat manusia
dengan cara mempersembahkan Tubuh, Darah, Jiwa dan Keilahian-Nya. Dan syukur
kepada Allah, karena Maria
memberikan ‘Fiat’-nya pada saat Kabar Sukacita, untuk menjadi Bunda Penebus
kita. Demikianlah Malaikat Gabriel mengatakan:
"Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai
engkau. Terberkatilah engkau diantara wanita.” [Luke 1:28]
"Dialah yang melahirkan Yesus, Ibu-Nya yang sejati, dan
karena alasan inilah Maria menjadi Mediatrix yang layak dan paling diterima
oleh Sang Mediator (Yesus)," kata Paus Leo XIII.
St. Ephrem dari Syria (373
A.D.), pastor dan Doktor Gereja,
mengatakan berikut ini tentang Maria:
“Setelah Sang Mediator, engkau adalah Mediatrix seluruh
dunia.”
Namun dengan sangat sedih kami mendengar pada tanggal 24
Maret 2021 lalu, bahwa paus Francis menolak gelar itu dan menganggapnya sebagai
sesuatu yang berlebihan, dan bahkan menyamakan Maria dengan "dewi." Paus Francis berkata: “Bunda Maria yang, sebagai Bunda yang diserahkan
Yesus kepada kita, menyelimuti kita semua; tapi sebagai Ibu, bukan sebagai
dewi, bukan sebagai mitra-penebus."
Ini bukan pertama kalinya paus Francis menentang peranan
Maria sebagai Co-Redemptrix. Pada saat Pesta
Bunda Guadalupe, 12 Desember 2019, paus Francis menyebut gagasan yang
menyatakan Maria sebagai co-redemptrix adalah sebuah 'kebodohan.' Maria
“tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai co-redemptrix. Tidak. Sebagai
murid.”
Paus Francis telah menentang banyak Paus sebelumnya,
orang-orang kudus, para Bapa dan Doktor
Gereja, yang semuanya menyebut Bunda Maria sebagai Co-Redemptrix dan Pengantara
dari segala Rahmat. Marilah kita melihat beberapa kutipan dari Ajaran Gereja
selama berabad-abad:
Pope Leo XIII berkata dengan sederhana namun sangat baik dalam
menjelaskan peranan Maria:
“Tidak diragukan lagi bahwa nama dan atribut Perantara mutlak
adalah milik Kristus sendiri, karena sebagai satu pribadi, namun baik sebagai
manusia maupun sebagai Allah, Dia memulihkan umat manusia kepada kasih karunia
Bapa Surgawi: Satu Perantara antara Allah dan manusia, manusia Yesus Kristus,
yang menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai penebusan bagi semua orang. (lht. 1
Tim. ii. 5, 6).
Namun, seperti yang diajarkan oleh para Doktor Gereja yang
kudus, tidak ada alasan mengapa orang tertentu tidak boleh disebut dengan cara
tertentu sebagai perantara antara Tuhan dan manusia, yaitu, sejauh mereka
bekerja sama dengan tekad yang bulat dan melayani dalam persatuan manusia
dengan Tuhan (Summa, p. 111., q. xxvi., artikel 1, 2). Itulah yang dilakukan para
malaikat dan orang kudus, para nabi dan para imam kudus
dari Perjanjian Lama dan Baru. Tetapi secara khusus, Perawan Terberkati
memiliki klaim atas gelar kemuliaan ini. Karena tidak ada satu orang pun yang
dapat dibayangkan yang pernah berkontribusi atau akan berkontribusi begitu besar
untuk mendamaikan manusia dengan Tuhan. Maria mempersembahkan Sang Juruselamat kepada
umat manusia, yang berlari kencang menuju kehancuran kekal, ketika dia menerima
pernyataan tentang misteri perdamaian
yang dibawa ke bumi oleh Malaikat, dengan tindakan persetujuannya yang
mengagumkan atas nama seluruh umat manusia (Summa. hal. III. , q. xxx., pasal
1). Dari Maria lahirlah Yesus. Oleh karena itu Maria benar-benar adalah Ibu-Nya,
dan karena alasan ini Maria menjadi 'Mediatrix yang layak dan dapat diterima bagi
Sang Pengantara.' " - Paus Leo
XIII, Fidentem piumque animum
Paus St. Pius X (1914) sendiri menyebut Maria sebagai "Reparatrix dari
dunia yang sedang musnah" dan oleh karena itu Maria adalah juga "Dispensatrix dari semua harta rahmat yang
diberikan Yesus kepada kita dengan melalui kematian-Nya yang berdarah."
Dia juga mengutip St. Bonaventura dalam berbicara tentang kedalaman partisipasi
penebusan Bunda Maria di Kalvari, yang menyatakan bahwa Maria “begitu besar berpartisipasi
dalam penderitaan (Yesus) sehingga, jika mungkin, dia akan sangat bahagia jika
boleh merasakan sendiri, sepanjang waktu, siksaan yang diderita oleh Sang Putra." Dia bahkan menyatakan dari ucapan St.
Bernardine betapa Maria adalah bagaikan leher dari Allah Bapa:
“Bukan hanya hak prerogatif dari Bunda Yang Terkudus untuk memberikan
dagingnya kepada Putra Tunggal Allah, yang akan dilahirkan dengan segenap anggota
tubuh manusia (S. Bede Ven. L. Iv. dalam
Luc. Xl.), dimana semua materi itu harus disiapkan bagi Sang Korban demi keselamatan
umat manusia; tetapi segala milik Maria juga mengemban tugas untuk merawat dan memelihara Sang Korban, dan pada
waktu yang ditentukan mempersembahkan Dia dalam korban penyaliban. Begitulah terjadi penyatuan kehidupan dan
tindakan yang tidak terputus antara Putra dan Ibu, sehingga dari keduanya telah
diucapkan kata-kata dari Pemazmur "Hidupku diliputi dalam kesedihan dan
tahun-tahunku dalam keluhan" (Mzm xxx., 11). Ketika saat terpenting Sang Putra
tiba, di samping Salib Yesus berdirilah Maria Bunda-Nya, tidak hanya sibuk
merenungkan tontonan yang kejam itu, tetapi Maria juga bersukacita karena Putra Tunggalnya dipersembahkan demi
keselamatan umat manusia, dan dia sepenuhnya berpartisipasi dalam Sengsara-Nya,
sehingga jika memungkinkan dia akan dengan senang hati bersedia untuk menanggung
semua siksaan yang ditanggung oleh Putranya. (S. Bonav. 1. Mengirim d. 48, ad
Litt. dub. 4). Dan dari penyatuan keinginan dan penderitaan antara Kristus dan
Maria ini maka Maria pantas menjadi Reparatrix dunia yang sedang musnah (Eadmeri
Mon. De Excellentia Virg. Mariae, c. 9) dan Dispensatrix dari semua rahmat
karunia yang dibayar oleh Juruselamat bagi kita dengan melalui Kematian-Nya dan
dengan Darah-Nya.
Tentu saja, tidak dapat disangkal bahwa pemberian harta
rahmat ini adalah hak yang khusus dan khas dari Yesus Kristus, karena hal itu
adalah buah eksklusif dari Kematian-Nya, yang menurut sifat-Nya adalah
perantara antara Allah dan manusia. Namun demikian, dengan persekutuan dalam
kesedihan dan penderitaan yang telah disebutkan di atas, antara Bunda dan Sang Putra, telah diizinkan bagi
Perawan Mulia untuk menjadi perantara yang paling kuat dan pembela seluruh
dunia kepada Putra Ilahinya (Pius IX. Ineffabilis). Kemudian sumbernya adalah Yesus Kristus "yang dari kepenuhan-Nya
kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia." (Yoh. 1:16),
"Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapih tersusun dan diikat menjadi
satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap
anggota-- menerima pertumbuhannya dan
membangun dirinya dalam kasih.”(Efesus 4:16). Tetapi Maria, seperti yang dikatakan St. Bernard dengan sebenarnya, adalah merupakan saluran
(Serm. De temp on the Nativ. B. V. De Aquaeductu n. 4); atau, jika Anda mau
mengatakan: bagian penghubung yang
fungsinya untuk menggabungkan tubuh ke kepala dan mengirimkan ke tubuh pengaruh
dan kemauan dari kepala - yang kami maksud disini adalah
leher. Ya, kata St. Bernardine dari Sienna, "dia
(Maria) adalah leher dari Kepala kita, yang dengannya Dia
menyampaikan kepada tubuh mistik-Nya semua karunia rohani." (Quadrag. De Evangel. Aetern. Serm. X., A. 3, c.
Iii .). ” - Paus Santo Pius X, Ad diem
illum
Hal ini
bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh paus Francis pada 12 Desember 2019.
Pada Penampakan Bunda Maria sebagai Bunda
Amerika, Maria menyebut dirinya sebagai sebagai Co-Redemptrix pada 11 Februari
1958 dimana saat itu dia berkata:
“Aku adalah
Bunda dari umat manusia yang kudus, dan merupakan tugasku yang istimewa sebagai
penebus-bersama (co-redemptrix) atas umat
manusia untuk menolong jiwa-jiwa mencapai kesucian Bapa dalam persatuan yang kekal
dengan menunjukkan kepada manusia bagaimana ‘mengenakan’ Kristus, untuk menyerap
Roh-Nya, dan dengan demikian menjadi satu dengan-Nya.''
St. Francis Xavier Cabrini (1917), warga
negara Amerika pertama yang dikanonisasi, berkali-kali mengajarkan bahwa Maria
adalah Pendamping Penebus
(Co-Redemptrix). Dia menyebut Perawan Terberkati sebagai “Hawa Yang Baru,
Bunda Sejati dari Yang Hidup” yang “dipilih oleh Tuhan untuk menjadi
Co-redemptrix umat manusia… Jika kemuliaan, karena memberikan hidup kepada
Penebus kita, menjadi milik Maria, maka juga, sebagaimana Bapa Suci kita (St.
Pius X) berkata dengan sangat baik, dalam tugasnya menjaga dan mempersiapkan
Korban Suci umat manusia untuk pengorbanan juga selalu berkaitan dengan Maria.
Maria bukan hanya Bunda Yesus dalam sukacita di Betlehem, tetapi lebih dari itu
di Kalvari ,. . . dan di sana dia pantas menjadi Co-redemptrix kita yang paling
berharga."
Abbot Arnold
(Kepala Biara) dari Chartres (1144-56), seorang teman dan murid St.
Bernard dari Clairvaux (yang merupakan Doktor Gereja) berkata:
“Secara bersama-sama Mereka [Kristus
dan Maria] telah menyelesaikan tugas penebusan umat manusia… keduanya
mempersembahkan satu dan pengorbanan yang sama kepada Allah. Maria di dalam
darah dari Hatinya, Yesus di dalam darah dari daging-Nya… sehingga, bersama
dengan Kristus, Maria memiliki pengaruh yang sama bagi keselamatan dunia.”
St
Gemma Galgani (1903)
menulis kepada pembimbing spiritualnya tentang penderitaan Perawan Terberkati
sejak saat kelahiran Yesus dan seterusnya, saat dia dengan merenungkan
Penyaliban Yesus yang sangat menyakitkan:
“Oh betapa sedihnya bagi Ibu,
setelah Yesus lahir, untuk berpikir bahwa mereka harus menyalibkan Dia! Betapa besar
kepedihan yang selalu ada di dalam Hatinya! Berapa banyak desahan sedih yang
pasti dia lakukan, dan berapa kali dia pasti menangis! Namun dia tidak pernah
mengeluh. Ibu yang malang !. . . sungguh, kemudian, ketika dia melihat Dia
disalibkan. . . Ibu yang malang itu terpaku oleh banyak anak panah. . . Oleh
karena itu Ibuku ikut disalibkan bersama-sama dengan Yesus."
Santo
Louis Marie de Montfort (1716) berkata:
“Maria memiliki otoritas atas para
malaikat dan orang-orang terberkati di surga. Sebagai hadiah atas kerendahan
hatinya yang sangat besar, Tuhan memberinya kekuatan dan misi untuk menugaskan
kepada orang-orang kudus untuk mengisi tahta Surgawi yang dikosongkan oleh para
malaikat durhaka yang jatuh karena kesombongan mereka. Begitulah kehendak Tuhan
Yang Mahakuasa yang meninggikan orang yang rendah hati, dan bahwa kekuatan
surga, bumi dan neraka, dengan sukarela atau tidak, harus mematuhi perintah Perawan
Maria yang rendah hati. Karena Tuhan telah menjadikan Maria sebagai Ratu Langit
dan Bumi, pemimpin pasukan-Nya, penjaga harta-Nya, membagikan rahmat-Nya,
mediatrix bagi manusia, penghancur musuh-musuh-Nya, dan mitra yang paling setia
dalam karya dan kemenangan-Nya yang besar.” –True
Devotion to Mary.
Beato Paus Pius IX (1878), dalam buku
Ineffabilis Deus berkata:
“Semua
harapan kita bersandar pada Perawan Terberkati - di dalam diri Maria yang amat adil
dan tak bernoda, yang telah menghancurkan kepala ular yang beracun dan paling
kejam, dan membawa keselamatan bagi dunia. Di dalam diri Maria, ada kemuliaan
para nabi dan para rasul, kehormatan para martir, mahkota dan kegembiraan semua
orang kudus. Di dalam diri Maria ada tempat perlindungan paling aman dan
penolong paling tepercaya dari semua orang yang berada dalam bahaya. Di dalam
diri Maria yang bersama dengan Putra Tunggalnya, ada Mediatrix dan Conciliatrix
paling kuat di seluruh dunia. Di dalam diri Maria ada kemuliaan, hiasan, dan
benteng yang paling agung dari Gereja Kudus. Di dalam diri Maria ada kuasa yang
telah menghancurkan semua ajaran sesat dan merebut kembali orang-orang beriman
dan bangsa-bangsa dari segala jenis bencana yang paling kotor. Di dalam diri
Maria kami berharap penyelamatan kami dari begitu banyak bahaya yang mengancam.”
St Maximillian Kolbe (1941)
mengatakan dalam sebuah Surat kepada Pastor Mikolajezyk, 25 Juli 1935:
“Persatuan
antara Hati Yang Tak Bernoda dengan Roh Kudus tak bisa diungkapkan dengan
kata-kata, karena begitu sempurna, hingga Roh Kudus hanya bertindak melalui Perawan
yang paling diberkati, mempelai-Nya. Inilah mengapa Maria adalah Mediatrix dari
semua Rahmat yang diberikan oleh Roh Kudus. Dan karena setiap Rahmat adalah
pemberian dari Allah Bapa melalui Putra dan oleh Roh Kudus, maka tidak ada
Rahmat yang tidak dapat diterima oleh Maria, sebagai miliknya, dan tidak ada
Rahmat yang tidak diberikan kepada Maria untuk tujuan ini."
St. Bernard dari Clairvaux (1153) Kepala
Biara Cistercian dan Doktor Gereja, dalam sebuah homili menyatakan bahwa
"Tuhan telah menghendaki agar kita tidak memiliki apa pun yang tidak melalui
tangan Maria." Dia menyusun doa dan meditasi yang patut direnungkan dalam
masalah ini:
“Engkau telah mendengar, O Perawan, bahwa engkau akan
mengandung dan melahirkan seorang Putra; Engkau telah mendengar bahwa hal itu terjadi
bukan oleh keinginan manusia tetapi oleh Roh Kudus. Malaikat menunggu jawaban;
sudah saatnya dia kembali kepada Tuhan yang mengutusnya.
Kami pun sedang menunggu, O Maria, menantikan
ucapan kasih sayangmu; hukuman kutukan sangat membebani kami. Harga keselamatan
kami ditawarkan kepadamu O Maria. Kami akan segera dibebaskan jika engkau setuju.
Di dalam Firman Tuhan yang kekal kami semua menjadi ada, dan lihatlah, begitu
juga ketika kami mati. Di dalam tanggapanmu yang langsung, kami akan diciptakan
kembali, agar dapat dipanggil kembali kepada kehidupan. Adam yang terus menangis
bersama dengan seluruh keturunannya yang berduka memohon hal ini darimu, O
Maria, hai Perawan yang penuh kasih, dalam pengasingan mereka dari surga mulia.
Abraham pun memohon, Daud pun memohon hal yang sama. Semua leluhur suci kami lainnya,
leluhurmu juga, meminta hal itu darimu, karena mereka tinggal di negeri
bayang-bayang kematian. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh seluruh bumi, sambil bersujud
di kakimu. Sungguh benar jika kami melakukan hal itu, karena atas jawabanmu bergantunglah
penghiburan bagi orang-orang yang celaka, tebusan bagi tawanan, kebebasan bagi
yang terkutuk, ya... keselamatan bagi semua anak Adam, seluruh umat manusia.
Jawablah dengan cepat, ya Perawan Suci. Jawablah segera kepada malaikat, atau
lebih tepatnya, melalui malaikat untuk disampaikan kepada Tuhan. Jawablah
dengan satu kata, terimalah Firman Tuhan. Bicaralah dengan kata-katamu sendiri,
terimalah Sabda Ilahi dalam kandunganmu. Hembuskanlah sepatah kata, peluklah
Sabda yang kekal. Mengapa engkau menunda, mengapa engkau ragu? Percayalah, berilah
pujian, dan terimalah. Biarkan kerendahan hati menjadi menang, biarkan
kerendahan hati menjadi percaya diri. Ini bukan waktunya bagi kesederhanaan
perawan untuk melupakan kehati-hatian. Dalam hal ini saja, hai Perawan yang
bijaksana, janganlah takut untuk berani menerima. Meski keheningan itu menyenangkan,
namun ucapan kepatuhan sekarang lebih diperlukan. Bukalah hatimu bagi iman, hai
Perawan yang diberkati, biarlah bibirmu memuji rahimmu bagi Sang Pencipta.
Lihatlah, Dia yang ditunggu-tunggu oleh segenap bangsa berada di depan pintumu,
mengetuk untuk masuk. Jika Dia berlalu karena keterlambatanmu, dalam kesedihan engkau
akan mencari-Nya lagi, Dia yang paling dikasihi oleh jiwamu. Bangunlah, cepatlah,
bukalah. Bangkitlah di dalam iman, cepatlah dalam pengabdian, terbukalah dalam
pujian dan ucapan syukur: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah hal itu seturut
perkataan-Mu."
Demi kasih
kepada Tuhan dan Penyelamatan bagi jiwa-jiwa, Maria bersedia, pada saat yang
paling sulit, menyerahkan Putranya untuk disalibkan. Kesediaan seperti ini
tidak dimiliki oleh semua ibu lainnya. Karena para ibu lainnya, pada saat
kematian putranya, mereka akan protes, dan berusaha untuk menghentikan hal itu.
Namun Maria dengan penuh kesadaran dan kerelaan bersedia menerima kematian yang
mengerikan atas Putranya yang tak berdosa dan terkasih. Seperti yang dikatakan
Paus Pius XII dalam Ensiklik “Mystici
Corporis” (1943), Maria “mempersembahkan Yesus di Golgota kepada Bapa yang
Kekal bersama dengan segala bencana yang terkandung dalam hak-hak keibuannya
dan kasih keibuannya, seperti Hawa baru bagi semua anak Adam.”
CO-REDEMPTRIX
"Janganlah kamu
menghalangi perkataan Ibu-Ku. Dia adalah Mitra-Penebus (, dan karena itu, dia yang telah diberi misi untuk membawamu
kembali ke jalan menuju Kerajaan. Tanpa dia kamu akan tersesat." -
Jesus, Bayside, 5 Agustus 1974
Viganò:
Apakah Covid Merupakan Awal Dari Neraka Di Bumi?
Apa
Alasan Kasus Kerasukan Setan Semakin Banyak Terjadi Saat Ini?
Orang
dalam WHO ‘meniup peluit’
Mengapa
Saya Menganggap Komentar Paus
Francis...