These Last Days News - March 28, 2019
FRANCIS MENGHENDAKI AGAR UNIVERSITAS-UNIVERSITAS (KATOLIK) MENYEBARKAN PERNYATAANNYA
BAHWA ‘KERAGAMAN AGAMA ADALAH ‘DIKEHENDAKI OLEH ALLAH’ ...
LifeSiteNews.com reported on March 25, 2019:
by Dr. Maike Hickson
Kantor Vatikan yang mempromosikan dialog antaragama telah
meminta kepada para profesor di universitas Katolik untuk melakukan "penyebaran
seluas mungkin" atas pernyataan bersama kontroversial yang ditandatangani
oleh Francis bulan lalu, yang mengklaim bahwa "keragaman agama"
adalah "dikehendaki oleh Tuhan." Kantor Vatikan menambahkan bahwa
permintaan ini berasal dari Francis
sendiri (baca surat lengkapnya di bawah).
Surat Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, yang diperoleh LifeSiteNews, tertanggal 21 Februari
2019. Surat itu dikirim pekan lalu ke para profesor universitas Katolik di
Roma, bersama dengan “Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan
Hidup Bersama” yang ditandatangani oleh Francis bersama Imam
Besar Ahmad el-Tayeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 lalu.
Uskup Miguel Ayuso Guixot, sekretaris Dewan Kepausan, menulis
dalam suratnya bahwa “Bapa Suci telah meminta Dewan Kepausan ini untuk Dialog
Antaragama agar berkontribusi bagi penyebaran seluas mungkin dari “Dokumen
tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” dimana
dokumen itu pada awalnya ditandatangani oleh Francis dan Ahmad el-Tayeb, Imam
Besar Masjid al-Azhar Mesir.
Guixot meminta para profesor, pastor, dan para suster di
universitas-universitas Katolik untuk "memfasilitasi pendistribusian,
penelitian, dan penerimaan" dokumen tersebut, dan menambahkan bahwa Dewan
Kepausan untuk Dialog Antar Agama "akan berterima kasih kepada Anda
sekarang karena inisiatif yang memungkinkan, dalam bingkai lembaga ini, yang
bertujuan untuk menyebarkan Dokumen ini."
Surat itu juga mengutip beberapa bagian dari dokumen Abu
Dhabi, di mana kedua penandatangan berjanji "untuk menyampaikan Dokumen
ini kepada pihak berwenang, pemimpin yang berpengaruh, orang-orang beragama di
seluruh dunia, organisasi regional dan internasional yang sesuai, organisasi
dalam masyarakat sipil, lembaga agama dan pemikir terkemuka." Para
penandatangan berjanji untuk "mengumumkan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam Deklarasi ini di semua tingkat regional dan internasional, sambil meminta
agar prinsip-prinsip ini diterjemahkan ke dalam kebijakan, keputusan, teks
legislatif, program studi dan materi yang akan diedarkan." Tujuan
selanjutnya adalah untuk "mendidik generasi baru" dalam arti dokumen
ini adalah untuk perdamaian dan persaudaraan dunia di antara orang-orang dan
agama-agama
Kardinal Raymond
Burke mengatakan bahwa bagian yang
mengatakan bahwa Tuhan menghendaki keragaman agama, adalah salah dan harus dihapuskan
dari dokumen itu.
Pernyataan itu "harus dihapus dari perjanjian ini karena
hal itu tidak benar," katanya.
Uskup Athanasius Schneider mengatakan awal bulan ini bahwa dalam
percakapan pribadi dengan Francis mengenai masalah itu, paus meyakinkannya
bahwa "frasa yang dipertanyakan, tentang keragaman agama, hal berarti bahwa
kehendak Tuhan yang permisif."
Filsuf Katolik yang terkenal, Profesor Josef Seifert,
mengkritik bahwa - terlepas dari koreksi pribadi atas kalimat yang mengganggu ini
yang dibuat oleh Francis sendiri dalam percakapan dengan Uskup Schneider dan
sesama uskup Kazakh - Paus masih menginginkan dokumen ini disebarluaskan tanpa ada pernyataannya yang dikoreksi.
Surat Vatikan 21 Februari 2019, ketika dikirim kepada para profesor
universitas Katolik pada 21 Maret, dengan tujuan untuk menyebarluaskan dokumen yang
sangat ambigu tersebut, yang memicu banyak kontroversi di kalangan umat Katolik,
ketika pertama kali diterbitkan pada 4 Februari 2019, terutama karena tidak berisi
koreksi formal atas kalimat yang dipertanyakan:
Pluralisme dan
keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa memang dikehendaki
Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Ia menciptakan manusia.
Pada waktu itu, Uskup Schneider – di antara banyak suara lainnya - yang juga menentang pernyataan paus itu,
karena “Kekristenan adalah satu-satunya agama yang dikehendaki Tuhan.” “Karena
itu,” katanya, “ia tidak akan pernah dapat ditempatkan secara berdampingan
dengan agama-agama lain. Itu akan melanggar kebenaran Wahyu Ilahi, yang secara tidak
salah telah ditegaskan dalam Perintah Pertama dari Sepuluh Perintah Allah, yang
tidak akan menyatakan bahwa keragaman agama adalah kehendak Tuhan."
Dalam komentarnya kepada LifeSiteNews,
Prof.Seifert sangat mengkritik keras pernyataan kontroversial dari dokumen Abu
Dhabi. Klaim bahwa "keragaman agama" adalah "dikehendaki oleh
Allah," katanya, berarti "penolakan terhadap Iman Kristen: Bagaimana
Allah dapat menjanjikan keselamatan kekal melalui Iman kepada Yesus Kristus dan
kemudian, sejak masa Penciptaan, juga menjanjikan keselamatan kekal kepada mereka
yang menolak Iman ini?"
"Bagaimana Kristus bisa mengutus kita untuk pergi ke seluruh
dunia untuk mengajarkan Injil kepada semua bangsa dan membaptis mereka, tetapi
pada saat yang sama Kristus juga menghendaki orang yang menolak Injil dan Pembaptisan?"
Seifert bertanya lebih lanjut. Dalam pandangannya, dengan klaim ini, dokumen
itu "secara langsung menolak klaim absolut Gereja atas kebenaran,"
dan dengan ini pernyataan Francis telah menyimpang dari "seluruh isi Credo (karena setiap
kalimat dari Credo juga bertentangan dengan kepercayaan banyak golongan lain),
semua dogma Gereja, dan semua ajaran moralnya."
Profesor Seifert juga berkomentar tentang fakta bahwa Francis
telah mengirim surat ke universitas-universitas Katolik untuk menyebarkan
dokumen Abu Dhabi yang masih diperdebatkan ini. Terlepas dari kenyataan bahwa
Uskup Schneider menerima dari Francis semacam koreksi tidak langsung dari
pernyataan Abu Dhabi ini, tetapi “Francis jelas bukan saja tidak mau membatalkan
pernyataannya ini, tetapi sekarang bahkan dia telah mengirimkannya ke semua
universitas dengan permintaan untuk disebar-luaskan secara universal.”
Ini adalah bentuk “bidaah yang lebih dari semua bidaah, yang belum
pernah terjadi sebelumnya,” Seifert menjelaskan, “untuk menyebarkan deklarasi
yang tidak dirubah ini” bahwa agama-agama yang beragam memang dihendaki oleh
Tuhan “tanpa pernyataan sekecil apa pun (dan, lebih lagi, tidak bisa meyakinkan
kita) bahwa itu adalah kehendak Tuhan yang permisif."
Menurut Prof.Josef Seifert, pernyataan pribadi (seperti yang
diberikan di hadapan Uskup Schneider) tidaklah cukup. Seifert mengatakan bahwa
pernyataan yang dibacakan di depan publik itu telah menempatkan Paus "berada
di luar Gereja dan Iman Kristiani secara umum, dan juga di luar nalar."
"Karena, bagaimana mungkin Tuhan akan bertindak kontradiktif
dengan cara menghendaki hal-hal yang kontradiktif untuk terjadi secara
bersamaan? Asumsi ini akan membuat Tuhan menjadi orang gila yang melanggar
fondasi dari semua alasan - prinsip non-kontradiksi - dan yang menjadi relativist
monumental, atau Tuhan yang kebingungan, yang tidak peduli dengan masalah
apakah orang bersaksi tentang kebenaran atau tidak."
Profesor Seifert mengatakan bahwa umat Katolik memiliki tugas
untuk membela kebenaran Katolik. "Menurut hukum kodrat, semua imam,
kardinal, uskup, dan umat awam berkewajiban untuk memanggil Paus, untuk menolak
kalimatnya itu [tentang keragaman agama yang dikehendaki Tuhan] atau
mengundurkan diri sebagai Paus," katanya.
*****
Berikut ini adalah surat dari Pontifical Council for Interreligious Dialogue yang ditujukan kepada
para profesor di Universitas-universitas:
Pontifical Council for Interreligious
Dialogue
Vatican, 21 February 2019
Prot. N. 129-19
Rev. Father/ Rev. Sister/ Dear
Professor,
The Holy Father has asked this
Pontifical Council for Interreligious Dialogue to contribute to the widest
possible dissemination of the Document on Human Fraternity for World Peace and
Living Together, which has been signed at Abu Dhabi, on 4 February, by the same
Supreme Pontiff and by the Grand Imam of Al-Azhar.
Associated in this way with the
announcement and promise that the signatories of this Document have
enshrined, I wish to ask Your Eminence/ Excellency to facilitate the
distribution, the study, and the reception, because:
[…] the
Catholic Church and Al-Azhar announce and pledge to convey this Document to
authorities, influential leaders, persons of religion all over the world,
appropriate regional and international organizations, organizations within
civil society, religious institutions and leading thinkers. They further pledge
to make known the principles contained in this Declaration at all regional and
international levels, while requesting that these principles be translated into
policies, decisions, legislative texts, courses of study and materials to be
circulated.
Al-Azhar and the Catholic Church ask
that this Document become the object of research and reflection
in all schools, universities and institutes of formation, thus helping to
educate new generations to bring goodness and peace to others, and to be
defenders everywhere of the rights of the oppressed and of the least of our
brothers and sisters.
The Pontifical Council will be grateful
to you already now for any possible initiative, in the frame of this
institution, which aims at the spreading of this Document.
For all good purposes, I allow myself to
attach the Document in its two original languages – Italian
and Arabic – while at the same time pointing out that other official
translations are available on the official website of the Apostolic See: http://w2.vatican.va
I use this opportunity to assure you,
with most distinguished feelings, of my cordial respect,
† Miguel Ángel AYUSO GUIXOT, M.
++++++++++++++++
Pernyataan bersama yang dibuat
oleh Francis dengan Imam
Besar Ahmad el-Tayeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 lalu:
Pluralisme dan keragaman
agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa memang dikehendaki
oleh Allah dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Dia menciptakan
manusia.
Dalam Kitab
Injil kita bisa membaca dengan jelas:
Yoh 14:6 Kata
Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
No comments:
Post a Comment