PROPOSAL DI VATIKAN UNTUK MENGUBAH
EKARISTI AKAN MENCIPTAKAN 'AGAMA BARU'
Diane Montagna
ROMA, 5 Maret 2019 (LifeSiteNews)
- Para ahli termasuk Kardinal Raymond Burke dan Uskup Athanasius Schneider
membunyikan alarm peringatan atas proposal mengejutkan di Vatikan yang berusaha
untuk mempertimbangkan mengubah bahan baku dari Roti Ekaristi.
Langkah semacam itu, para kritikus
memperingatkan, akan membatalkan keabsahan Sakramen Ekaristi dan, pada
dasarnya, ia telah menciptakan sebuah "agama baru."
Teolog Yesuit, Pastor Francisco Taborda
minggu lalu mengemukakan kemungkinan bahwa Sinode Amazon yang dijadwalkan
berlangsung pada Oktober 2019 mendatang, mungkin mempertimbangkan untuk
mengubah bahan baku dari roti Ekaristi, yang memungkinkan penggunaan bahan
sayur-sayuran di Amerika Selatan yang disebut yuca, bukannya roti gandum.
Pastor Taborda mengatakan kepada Crux Crux
pada 28 Februari bahwa masalah iklim dan inkulturasi menuntut perubahan ini.
Kelembapan yang intens selama musim hujan di wilayah Amazon bisa mengubah hosti
dari gandum menjadi semacam bubur yang pucat, katanya, sambil menambahkan bahwa
"di Amazon, semua roti dibuat dari yuca," yaitu semak-semak asli dari
Amerika Selatan dari mana tapioka berasal.
Taborda, seorang profesor teologi di
universitas Jesuit di Belo Horizonte, Brasil, adalah pembicara utama pada
sebuah seminar studi yang diadakan di Vatikan
pada 25-27 Februari 2019, dalam persiapan untuk sinode Oktober 2019 tentang
“Amazonia: Jalan Baru bagi Gereja dan bagi Ekologi Integral."
Tokoh penting dalam seminar dua hari itu
termasuk Kardinal Italia Lorenzo Baldisseri, sekretaris jenderal Sinode Para
Uskup, dan Kardinal Brasil Claudio Hummes, seorang pendukung utama para imam
yang menikah dalam Ritus Latin. Juga hadir disitu adalah presiden konferensi
para uskup Pan-Amazonian dan “wali gereja dan pakar” lainnya dari Amazonia dan
wilayah geografis lainnya.
Sementara itu pastor Taborda mengakui
bahwa perubahan pada bahan baku Ekaristi adalah "pertanyaan yang sangat
kompleks," katanya. Dia percaya bahwa hal itu harus diputuskan oleh para
uskup lokal.
Yucarist
(Ekaristi dari bahan baku semak yuca): Sebuah agama baru
LifeSite mendatangi sejumlah teolog dan pejabat
gerejawi terkemuka untuk bertanya kepada mereka: apakah perubahan semacam itu
akan mungkin terjadi? Mereka menjawab dengan suara bulat dan keras bahwa hal
itu adalah tidak mungkin.
"Akan sangat tidak pantas bagi
Sinode di Amazon untuk membahas perubahan bahan baku Ekaristi Kudus," kata
Kardinal Burke kepada LifeSite. “Untuk menyimpang dari
penggunaan apa yang selalu menjadi bahan baku bagi Sakramen Ekaristi Kudus, hal
itu memiliki implikasi yang paling buruk,” katanya.
“Ini adalah benar-benar mustahil, karena
ia bertentangan dengan hukum ilahi yang diberikan Tuhan kepada kita,” kata Uskup
Athanasius Schneider, uskup pembantu di Astana, menanggapi perubahan yang
diusulkan. "Merayakan Ekaristi dengan memakai bahan baku semak yuca
berarti memperkenalkan semacam agama baru."
Pastor John Saward, peneliti senior di
Blackfriars Hall, University of Oxford, mengatakan bahwa mengganti roti gandum
dengan yuca akan bertentangan dengan saksi Tradisi, St. Thomas Aquinas, dan
Kode Hukum Canon.
Seorang teolog terkemuka, berbicara,
dengan syarat anonim, mengatakan kepada LifeSite:
Jika Paus tetap maju dengan mengijinkan
hal ini, dengan alasan "pengembangan doktrin," maka dengan demikian dia
membantu dan bersekongkol dengan para teolog heterodoks (kaum modernis) di Roma
(atau Brasil atau Jerman atau di mana pun) yang mengusulkan hal itu, maka berarti
dia akan mengizinkan perubahan dari substansi Sakramen, sebagaimana telah ditentukan
oleh tindakan Kristus, Tuhan kita, pada Perjamuan Malam Terakhir. “Misa” yang
dirayakan dengan roti dari bahan “yuca” bukanlah Misa; tidak akan ada Kehadiran
Nyata Yesus Kristus disitu dan tidak ada Kurban Kristus disitu.
Para teolog dan wali gereja terkemuka keberatan
Kami meminta kepada para otoritas ini
untuk menjelaskan secara lebih rinci mengapa perubahan seperti itu tidak
mungkin terjadi. Kardinal Burke menjelaskan bahwa "menurut Iman Gereja
Roma, bahan baku Sakramen Ekaristi Kudus adalah roti gandum dan anggur
alami."
"Jika ada bahan lain yang
digunakan, Sakramen Ekaristi Kudus itu tidaklah sah," katanya.
Kardinal Burke mencatat bahwa “kebiasaan
kuno Gereja, yang menurutnya hanya roti gandum saja yang boleh digunakan untuk
Kurban Ekaristi, dikukuhkan pada Konsili Florence (Bull of Union dengan the
Armenians Exsultate
Deo, 22 November 1439).”
“Soal bahan baku sakramen adalah untuk menghormati
apa yang diajarkan dalam Kitab Suci,” Kardinal Burke menjelaskan. “Kalimat
dalam pengesahan Ekaristi Kudus menetapkan bahwa Kristus mengambil roti gandum,
bukan roti dari tepung jelai atau roti bentuk lainnya, pada Perjamuan Malam Terakhir
dan mengubah substansi itu menjadi substansi Tubuh-Nya. Kata Yunani, artos,
hampir selalu menandakan roti yang dibuat dari gandum."
Uskup Athanasius Schneider setuju dengan
hal ini, dengan mengatakan, “Tuhan kita Yesus Kristus mengambil roti gandum dan
anggur alami, dan Gereja telah secara konstan dan dalam pengertian yang sama
mengajarkan selama lebih dari dua ribu tahun bahwa hanya roti gandum yang
menjadi bahan bagi sakramen Ekaristi. Ini adalah pengajaran sempurna dari the Ordinary Universal Magisterium.”
Uskup pembantu di Astana itu menambahkan
bahwa Katekismus Konsili Trent menyatakan bahwa bahan untuk Ekaristi Kudus
hanya roti yang dibuat dari gandum. Kalimat yang dihasilkan oleh Konsili itu berbunyi:
Namun, ada berbagai macam roti, baik
karena ia terdiri dari bahan yang berbeda - seperti gandum, jelai,
kacang-kacangan dan produk dari tanah lainnya; atau karena bahan-bahan itu
memiliki kualitas yang berbeda - beberapa beragi, yang lain sama sekali tanpa
ragi. Harus diperhatikan bahwa, sehubungan dengan jenis-jenis sebelumnya,
perkataan dari Juruselamat menunjukkan bahwa roti harus berbahan dari gandum;
karena, menurut penggunaan umum, ketika kita hanya mengatakan roti saja, kita
cukup mengerti bahwa itu berarti roti yang dibuat dari gandum. Ini juga
dinyatakan oleh seorang tokoh dalam Perjanjian Lama, karena Tuhan memerintahkan
agar roti-roti persembahan, yang melambangkan Sakramen ini, harus terbuat dari
tepung yang halus.
Karena itu ia berpendapat bahwa “untuk
mengubah bahan Ekaristi dari roti gandum kepada jenis lain, sama dengan
menciptakan sakramen baru, yang asing dan berbeda dari yang dilakukan oleh
Tuhan kita, yang telah dipelihara secara menetap dan tidak berubah oleh tradisi
selama dua milenium dalam seluruh Gereja di Timur dan Barat."
"Untuk merayakan Ekaristi dengan
memakai bahan yuca, berarti memperkenalkan semacam agama baru," Schneider
berpendapat. “Jika mereka memperkenalkan yuca sebagai bahan bagi Ekaristi, maka
hal itu tidak akan lagi menjadi sakramen agama Katolik. Itu akan menjadi agama
Amazon baru dengan hiasan Katolik, tetapi itu tidak akan lagi menjadi Sakramen
Ekaristi dari Gereja Katolik yang Apostolik.”
Uskup Schneider juga mengatakan:
Konsili Trent, Paus Pius XII dan Yohanes
Paulus II, mengajarkan bahwa Gereja
tidak memiliki kuasa untuk mengubah bahan atau substansi sakramen ini. Gereja
hanya dapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Gereja sendiri. Dan Gereja
tidaklah ikut serta menetapkan masalah Ekaristi. Ekaristi itu ditetapkan oleh
Tuhan kita Yesus Kristus sendiri, yang juga menetapkan bahwa air adalah menjadi
bahan bagi Pembaptisan.
LifeSite juga meminta teolog dan penulis Inggris
yang sangat dihormati, Pastor John Saward, untuk menjelaskan mengapa tidak
mungkin untuk memperkenalkan perubahan dalam masalah bahan baku Ekaristi. Dia
berkata:
Saksi Tradisi adalah sangat jelas:
satu-satunya bahan baku bagi roti Ekaristi yang valid adalah roti gandum (panis
triticeus). Ini adalah ajaran Konsili Florence dan dikuatkan oleh St Thomas
dalam risalahnya tentang Ekaristi di dalam buku Summa: “Kami percaya bahwa Kristus menggunakan roti jenis ini ketika Dia
menetapkan Ekaristi” (3a q. 74, a 3). "Tanpa
roti gandum," St Thomas melanjutkan dengan mengatakan, "Sakramen itu adalah tidak sah."
(sine quo non perficitur sacramentum) (3a q. 74, a. 4).
"Kode 1983 juga tidak bersikap ambigu
dalam hal ini: 'Roti (Ekaristi) harus
dibuat dari gandum saja' (can. 924/2)," tambahnya.
Pastor Saward berpendapat bahwa gagasan
yang kabur tentang "pengembangan doktrin" paus Francis tidak dapat
digunakan untuk membenarkan adanya perpecahan dari Tradisi Suci. Batas-batas
perkembangan seperti itu, katanya, dengan hati-hati ditetapkan oleh Konsili
Vatikan Pertama: “Makna dari dogma-dogma kudus itu senantiasa dipertahankan,
yang telah dinyatakan oleh Bunda Gereja Kudus kita, dan tidak boleh ada
penyimpangan dari makna itu dengan alasan yang tidak jelas dan demi alasan pemahaman
yang lebih mendalam.”(Konstitusi Dogmatik Dei Filius tentang Iman Katolik, bab
4).
Teolog Inggris itu mencatat bahwa “Beato
John Henry Newman menyatakan hal yang sama dengan cara ini: 'Tidak ada yang
didefinisikan atau ditentukan Gereja, tetapi jika ada seorang Rasul ditanya,
dia akan sepenuhnya mampu menjawab dan akan menjawab.' (Surat kepada
Flannigan). Dengan kata lain, jika Anda bertanya kepada St. Petrus, ‘Apa
satu-satunya bahan baku Ekaristi yang sah?’ Maka pastilah dia akan menjawab: ‘Roti
gandum.’
Pastor Saward juga mengamati bahwa,
belakangan ini, Kongregasi untuk Ajaran Iman telah menegaskan bahwa para imam yang sakit
maag tetap "harus mengkonsekrasikan dan mengonsumsi roti altar yang
terbuat dari gandum, meski jika kandungan glutennya dikurangi."
Pada tahun 2017, pada kenyataannya,
Kongregasi untuk Ibadah Ilahi dan Disiplin Sakramen juga mengeluarkan pedoman pedoman bagi para uskup tentang roti
dan anggur yang akan digunakan untuk Ekaristi Kudus.
Pertanyaan serius diajukan
Karena semua alasan ini, Kardinal Burke
telah mengatakan, “… akan sepenuhnya tidak pantas bagi Sinode di Amazon untuk
membahas perubahan atas bahan baku dari roti Ekaristi Kudus.”
“Sebab tindakan itu akan menunjukkan keraguan
terhadap Tradisi yang tak pernah putus dengan apa Ekaristi Kudus selalu menjadi
tindakan Kristus di tengah-tengah kita, dan pada kenyataannya, Ekaristi adalah manifestasi tertinggi dan paling sempurna dari
Kehadiran Kristus bersama kita,” tambahnya.
"Perbuatan yang menyimpang dari
penggunaan apa yang selalu menjadi bahan baku dari Sakramen Ekaristi Kudus akan
memiliki implikasi yang paling buruk."
Kardinal Burka juga menambahkan:
"Orang bertanya-tanya mengapa, setelah berabad-abad perayaan Ekaristi
Kudus dilaksanakan di Amazon, sekarang ada begitu banyak kesulitan seputar
penggunaan roti gandum dalam Hosti."
"Ada sesuatu yang lebih besar yang terlibat
disini daripada sekedar masalah bagaimana menjaga Hosti tetap segar,"
Cardinal Burke mengamati. "Penggunaan beberapa makanan lokal, yang bentuknya
seperti roti, tetapi bukan jenis roti yang digunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam
Terakhir, hal ini mencerminkan adanya pandangan duniawi terhadap Ekaristi
Kudus, di mana Ekaristi Kudus hanya sebagai tindakan komunitas yang mengumpulkan orang-orang, bukannya tindakan Kristus yang
mengumpulkan orang-orang."
Jika,
seperti yang disarankan oleh pihak berwenang ini, usulan untuk mengubah bahan
baku Ekaristi dari roti gandum menjadi yuca sampai dilaksanakan, maka hal ini merupakan
penyesatan yang jelas dan nyata dari Iman Katolik. Kemudian akan muncul
pertanyaan: Haruskah seorang uskup
ortodoks menolak untuk berpartisipasi dalam Sinode Amazon seperti itu, jika perubahan
bahan baku bagi Ekaristi berada dalam agendanya?
No comments:
Post a Comment