FREEMASON DAN OCCULTISME
Freemason/ Freemasonry bukan
merupakan gerakan yang didirikan oleh Gereja Katolik.
Ada sebagian orang mengatakan bahwa freemasonry didirikan
oleh Gereja Katolik, atau minimal Gereja Katolik berperan aktif di dalamnya.
Namun ini adalah tuduhan yang tidak mendasar, karena Gereja Katolik sendiri –
melalui beberapa dokumen – melarang anggotanya untuk ikut di dalam gerakan ini.
Asal usul Freemasonry tidak diketahui dengan jelas, namun
diperkirakan lahir akhir abad 16 di Scotlandia atau awal abad 17 di Inggris.
Sekarang ini anggotanya mencapai lebih
dari 5 juta
orang, tersebar di seluruh dunia, (Inggris, Skotlandia, Amerika, dst).
Pada waktu awal didirikan di Eropa, sampai beberapa waktu
kemudian, organisasi ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang kaya dan berkedudukan tinggi. Mereka mengatakan bahwa mereka bukan
agama/kelompok religius. Syarat utama menjadi anggota Freemason adalah percaya
kepada adanya satu Sosok yang Sempurna / “Supreme Being”. Maka konon semua
penganut agama bisa bergabung, dan derajatnya sama, tidak boleh membawa-bawa
agama dalam pertemuan mereka. Dari data Wikipedia kita ketahui bahwa ada
beberapa uskup Anglikan menjadi anggota, dan memang dari tulisan-tulisan lain
yang beredar di internet, dikatakan bahwa target Freemason yang utama adalah
para pemimpin, terutama pemimpin gereja, dan karena Gereja yang paling nyata
secara fisik adalah Gereja Katolik, maka mereka menargetkan pemimpin Gereja
Katolik untuk bergabung dalam organisasi ini. Tujuannya, untuk mengaburkan ajaran
tentang keberadaan Tuhan seperti yang dikenal dalam Alkitab.
Tentang
Freemasonry
Umumnya Freemasonry didefinisikan sebagai organisasi
fraternitas/persaudaraan yang merupakan sebuah sistem moral yang terselubung
dalam kiasan, dan digambarkan dengan simbol. Simbol yang mereka pakai sebagai
logo adalah penggaris siku dan jangka, dengan atau tanpa huruf G di tengahnya.
Namun karena organisasi ini tidak mempunyai satu pemimpin utama, dan setiap
anggota boleh menafsirkan sendiri simbol itu, maka tidak diperoleh kata sepakat
bagi makna dari logo tersebut. Disebut Free-mason karena maksudnya adalah agar
ideologi mereka yaitu, Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan menjadi prinsip
yang merasuk secara bebas kedalam sendi-sendi kemasyarakatan, tanpa diketahui
dari mana asalnya.
Organisasi ini terbagi menjadi beberapa Grand Lodge/Orients
pada wilayah tertentu, dan keanggotaannya terbagi menjadi 3 tingkatan.
Umumnya pada bagian tingkat terbawah kegiatannya lebih ke arah sosial. Maka tak
mengherankan, banyak orang yang bergabung di level bawah tidak tahu mengapa
organisasi ini dilarang oleh Gereja Katolik, sebab mereka sekedar hanya
kumpul-kumpul saja dengan beberapa acara bersama. Setidaknya demikianlah yang
kami ketahui dalam pembicaraan dengan seorang teman yang mempunyai pengalaman
berkomunikasi dengan anggota kelompok Freemason di Amerika. Namun pada level
berikutnya, sampai tingkat ketiga, terdapat ritual yang tidak sesuai dengan
ritual Gereja, dan doktrinnya yang mengacu ke arah naturalisme dan rationalisme
serta mengarah kepada relativisme,
yaitu: tidak ada Kebenaran sejati, semua agama sama saja, dan mereka mengusahakan sebuah dunia tanpa adanya Tuhan, tetapi hanya
“Sosok Sempurna” yaitu Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan. (Padahal, ketiga
hal tersebut, sesungguhnya tak bisa dicapai jika keberadaan Tuhan sebagai
Pribadi tidak diakui).
Maka Gereja Katolik melarang Freemasonry karena beberapa
alasan: Pertama, karena dengan
slogan “Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan”, mereka sebenarnya menganggap “KEBEBASAN”
adalah sebagai Tuhan/ Supreme Being mereka. Hal ini bertentangan dengan prinsip
Allah Trinitas dalam agama Katolik. Kedua,
slogan tersebut sedikit demi sedikit membentuk pola pikir relativisme, di mana
semua agama adalah sama, semua benar, tidak ada yang paling
benar, sehingga dalam menentukan nilai moralitas, hal ini dapat membingungkan, karena hal yang dianggap salah oleh yang satu, bisa dianggap benar oleh yang lain. Hal ini bertentangan dengan prinsip Kebenaran objektif
yang diajarkan oleh Gereja Katolik: yang benar selalu benar, sedangkan yang
salah tidak pernah boleh dianggap benar oleh Gereja. Ketiga, ritual yang mereka gunakan juga
asing, misalnya, pelantikan gedung (mereka sebut sebagai pembaptisan) memakai
simbol jagung, minyak dan anggur, dst, simbol dan upacara yang tidak sesuai
dengan cita rasa Kristiani.
Paus Leo XIII dengan jelas melarang gerakan ini dalam
surat ensikliknya Ab Apostolici, 15 Okt 1890, karena melihat
gerakan Freemason menyusup ke dalam gerakan politik di Italia yang ingin
menghapuskan pengaruh Gereja dari masyarakat, dan menyulut kebencian kepada
Gereja Katolik. Kitab Hukum Gereja tahun 1917, secara jelas menyebutkan bahwa
siapa yang bergabung dalam Freemasonry, langsung terkena ekskomunikasi. Namun
pada Kitab Hukum Gereja yang terbaru 1983, tidak secara eksplisit disebutkan
kata ‘Freemasonry’, hanya, tetap disebutkan larangan untuk bergabung pada
organisasi yang menentang Gereja. Maka ada orang-orang yang berspekulasi bahwa
larangan untuk mengikuti Freemason sudah dicabut.
Hal ini diklarifikasi oleh Paus Benediktus XVI, yang pada
waktu menjadi kepala dalam the Congregation for the
Doctrine of Faith. Dalam Quaesitum est, dia
menyatakan “Penilaian negatif yang diberikan oleh Gereja terhadap kelompok
Freemason tetap tidak berubah, sebab prinsip mereka tidak sesuai dengan doktrin
Gereja. Dan karenanya, keanggotaan umat kepada kelompok mereka tetap dilarang.
Umat yang bergabung dalam kelompok Freemason berada dalam dosa berat dan tidak
dapat menerima komuni.” Dekalarasi ini disetujui oleh Paus Yohanes Paulus II,
dan ditandatangani pada tanggal 26 November 1983.
Freemason dengan gerakan naturalism, rationalism dan
relativism-nya memang sangat berbahaya terhadap Iman Katolik, justru
karena kelihatannya tidak berbahaya. Namun jika kita lihat di Amerika misalnya,
nilai-nilai naturalisme dan relativisme
ini memang banyak mempengaruhi beberapa biara, sehingga mereka berfokus pada meditasi tentang alam lebih daripada
berakar pada liturgi, mereka melepas habit/kerudung demi persamaan dengan umat awam,
berkompromi dengan nilai-nilai liberal, meringankan disiplin dalam biara dst. Dan dengan langkah yang demikian, malah angka
panggilan di biara itu semakin merosot drastis. Sedangkan pada biara-biara yang
tetap berpegang pada pengajaran iman yang benar-benar sesuai dengan tradisi
Katolik, malah menunjukkan angka kenaikan yang signifikan.
Ada banyak spekulasi bahwa gerakan Freemason telah
menyusup ke dalam Gereja Katolik dengan cara yang halus, seperti menerima
komuni di tangan, yang ditujukan supaya orang tidak lagi percaya akan kehadiran
Yesus yang sungguh nyata dalam bentuk Hosti Kudus. Katolisitas telah membahas
tentang komuni di mulut atau di tangan melalui jawaban ini, silakan
klik. Kita
tidak usah gelisah dalam hal ini, sebab jika kita percaya Tuhan membimbing
Gereja-Nya dengan Roh Kudus-Nya, maka pasti Ia melindungi Gereja dalam
menentukan segala sesuatu, dan bagian yang perlu kita lakukan adalah taat pada
apa yang telah ditetapkan Gereja. Memang setelah Vatikan II, umat diperbolehkan
menerima Komuni di tangan, sehingga terdapat dua cara dalam menerima Komuni,
yaitu langsung di mulut atau di tangan. Maka, karena Gereja setelah KV II memperbolehkan dua cara itu, maka kita diijinkan memilih
salah satu (di mulut atau di tangan), asal kita lakukan dengan kesadaran penuh,
bahwa kita menyambut Tuhan Yesus sendiri. Tetapi
untuk sebagian orang lebih memilih komuni langsung di mulut, karena cara yang
demikian lebih berakar pada tradisi dan anjuran dari para orang Kudus serta
pesan-pesan dari Surga yang diberikan kepada banyak visiuner. Namun, kita tidak
dapat memaksakan kepada orang lain untuk menerima dengan cara yang sama.
Occultisme berasal dari kata occultus (Latin) artinya
rahasia/tersembunyi, sehingga ia diartikan sebagai pengetahuan akan sesuatu
yang tersembunyi. Dalam bahasa Inggris, hal ini kemudian dikaitkan dengan
pengetahuan paranormal, lawan kata dari ilmu pengetahuan/ science. Maka, arti
Occultisme yang umumnya berlaku sekarang berkonotasi negatif, seperti ilmu
gaib/magic, astrologi, spiritualism, dst. Tentu dengan konotasi demikian,
occultisme dilarang oleh Gereja Katolik, karena pada dasarnya hal itu merupakan pelanggaran terhadap perintah Tuhan yang
pertama, “Akulah Tuhan Allah-mu. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”
(Kel 20:2-3). Mereka yang mempraktekkan occultism tidak lagi mempercayai Allah
sebagai Tuhan yang berada di atas segalanya, sebab mereka ‘menggantikan’ Allah
dengan keyakinan mereka akan ilmu gaib/roh-roh/ dst.
Mempercayai janji Kristus yang akan selalu melindungi Gereja-Nya.
Jadi, pada dasarnya, janganlah kita
takut dan bingung jika kita mendengar berita-berita yang negatif tentang
Gereja. Sebab sudah dari jaman abad awali banyak orang yang ingin
menghancurkan Gereja Katolik, namun hingga sekarang Gereja tetap berdiri. Mari
kita yakini dan percaya akan janji Kristus, bahwa Ia tidak akan meninggalkan
Gereja-Nya, sampai akhir zaman. Kadang Tuhan mengizinkan hal negatif tersebut
terjadi, dengan tujuan untuk memurnikan dan memperbaharui Gereja, sebab Roh
Kudus akan menyatakan kebenaran Tuhan, dan memampukan mereka yang berpegang
kepada-Nya untuk mengikuti kehendak-Nya.
No comments:
Post a Comment