PARA PEMIMPIN
IGNATIUS PRESS MENYARANKAN AGAR VATIKAN MENJAWAB SURAT TERBUKA YANG MENUDUH
BAHWA PAUS FRANCIS MELAKUKAN BIDAAHI
https://www.lifesitenews.com/news/watch-ignatius-press-bosses-suggest-rome-reply-to-open-letter-accusing-francis-of-heresy
SAN FRANCISCO, 1 Mei 2019 (LifeSiteNews)
- Baik pendiri maupun CEO dari perusahaan penerbitan Katolik AS terkemuka (Ignatius Press) telah mengeluarkan
pernyataan yang mengatakan bahwa surat terbuka yang dikeluarkan minggu ini, yang
menuduh paus Francis telah melakukan bidaah, tidak boleh diabaikan begitu saja oleh
para pemimpin Katolik di Roma.
Pada 30 April 2019, pastor
Joseph Fessio dan Mark Brumley dari Ignatius Press menerbitkan sebuah video
pendek yang mengungkapkan pendapat mereka tentang pentingnya “Surat Terbuka kepada Uskup-uskup Gereja Katolik”.
Ada sekitar 20 orang klerus dan cendekiawan terkemuka mengeluarkan surat
terbuka yang menuduh Paus Francis "bersalah atas delik bidaah."
Mereka meminta agar para uskup Gereja Katolik, kepada siapa surat terbuka itu
dialamatkan, untuk "mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapi situasi yang sulit" dari seorang paus yang melakukan kejahatan seperti
ini.
"Ini adalah sebuah dokumen
yang penting," kata Fessio, yang menyebutkan bahwa dokumen itu telah
diterbitkan pagi itu oleh media LifeSiteNews.
“Saya pikir ada sesuatu yang perlu dikatakan tentang itu. Akan ada waktu untuk melakukan
refleksi nanti."
CEO Ignatius Press, Mark Brumley mengatakan bahwa reaksi
pertamanya adalah bahwa surat itu adalah "sesuatu yang harus diperhatikan
oleh seseorang yang memiliki signifikansi di Tahta Suci."
“Ketika saya membacanya,
saya tidak cukup yakin bahwa kami memiliki bidaah formal atau bahkan bahwa
pernyataan-pernyataan mengenai Bapa Suci secara material adalah sesat ...
Tetapi karena melihat isi dari argumen-argumen yang ada dalam dokumen itu dan siapa
saja orang-orang yang membuat argumen itu, maka saya berpikir ini adalah sesuatu
yang harus dianggap serius."
Di antara para penandatangan
dokumen itu adalah filsuf terkenal dunia Professor
John Rist dan
teolog pastor Aidan Nichols, OP, teolog Pastor Thomas
Crean, OP, dan filsuf Dr.
Peter Kwasniewski. Sejak surat itu dirilis, ada 12 orang penanda
tangan tambahan telah menambahkan nama mereka dalam daftar, sehingga jumlah
total penandatangan menjadi 31 orang hingga tulisan ini diterbitkan.
Brumley menjelaskan bahwa
ini berarti seseorang pada "tingkat tinggi" dalam kepemimpinan Gereja
Katolik harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dokumen itu dan
menunjukkan bagaimana pernyataan Francis dapat dibuktikan tetap konsisten
dengan doktrin Katolik.
"Harus ada penjelasan," katanya. "Seharusnya masalah ini tidak
hanya diserahkan pada orang banyak untuk terus bertanya-tanya."
Fessio mengatakan bahwa
pikiran pertamanya ketika membaca dokumen itu adalah bahwa ia akan diabaikan
jika penulisnya bukan merupakan orang-orang yang penting.
"Tapi faktanya, para penulis ini - beberapa dari mereka – adalah cukup
terkenal."
Fessio mencatat bahwa
bahkan jika beberapa penandatangan mungkin ditafsirkan sebagai ekstrimis,
"bahkan ekstremis pun kadang-kadang dapat membuat pemikiran dan pernyataan
yang baik."
“Jadi pertanyaan kedua
adalah ‘Nah, bagaimana dengan dokumen itu sendiri? Apakah ini keterlaluan?
Apakah ini aneh? Apakah seimbang? Apakah ini substantif?" Dan saya tidak
yakin. Panjangnya 20 halaman, saya sudah membacanya pagi ini,” katanya.
"Ada tujuh perbedaan
... jumlah bidaah yang dituduhkan," Fessio melanjutkan. “Masing-masing
dinyatakan dengan jelas. Masing-masing dari tuduhan itu didukung oleh
pengajaran Gereja sebelumnya, baik itu melalui Konsili maupun keputusan para paus
sebelumnya. Dan kemudian para penulis dokumen itu menunjukkan di mana paus
Francis telah membuat pernyataan yang tampaknya bertentangan dengan
ajaran-ajaran Gereja ini, dan kemudian juga bagaimana dengan tindakan dan
kelambanannya, dalam beberapa kasus, bahkan dia menguatkan pemahaman yang sesat
itu."
Ajaran-ajaran sesat yang
dituduhkan oleh para penulis Surat Terbuka kepada Paus Argentina itu adalah sebagai berikut:
1. A justified
person has not the strength with God’s grace to carry out the objective demands
of the divine law, as though any of the commandments of God are impossible for
the justified; or as meaning that God’s grace, when it produces justification
in an individual, does not invariably and of its nature produce conversion from
all serious sin, or is not sufficient for conversion from all serious sin.
2. A Christian
believer can have full knowledge of a divine law and voluntarily choose to
break it in a serious matter, but not be in a state of mortal sin as a result
of this action.
3. A person is
able, while he obeys a divine prohibition, to sin against God by that very act
of obedience.
4. Conscience
can truly and rightly judge that sexual acts between persons who have contracted
a civil marriage with each other, although one or both of them is sacramentally
married to another person, can sometimes be morally right, or requested or even
commanded by God.
5. It is false
that the only sexual acts that are good of their kind and morally licit are
acts between husband and wife.
6. Moral
principles and moral truths contained in divine revelation and in the natural
law do not include negative prohibitions that absolutely forbid particular
kinds of action, inasmuch as these are always gravely unlawful on account of
their object.
7. God not only permits, but positively wills,
the pluralism and diversity of religions, both Christian and non-Christian.
Fessio menyimpulkan bahwa,
berdasarkan pada sifat-sifat internalnya, maka dokumen itu tidak dapat
dianggap sebagai karya para ekstrimis.
Brumley mengamati bahwa dokumen semacam ini banyak beredar secara instan
dengan teknologi komunikasi saat ini. Karena jangkauan dokumen, dan karena
tingginya status sosial penulisnya, maka dia percaya bahwa dokumen itu harus ditangani oleh
otoritas pastoral tertinggi dalam Gereja
Katolik.
Mengutip St. Ignatius dari diktum Loyola, yang mengatakan bahwa seseorang harus
memberikan interpretasi yang paling baik terhadap
perkataan orang lain, maka Fessio mengatakan bahwa otoritas Gereja harus membahas
dokumen itu, bukan mengabaikannya, dan agar mereka memberikan interpretasi
yang dapat diterima dari pernyataan-pernyataan kontroversial yang sering dikeluarkan oleh paus Francis.
"Tuduhan-tuduhan serius ini harus harus diperhatikan dan ditanggapi dan [pihak
berwenang] harus menunjukkan bagaimana pernyataan paus dapat ditafsirkan dan
harus ditafsirkan sebagai konsisten dalam maknanya dengan ajaran-ajaran Gereja dan doktrin
iman."
Brumley mengatakan bahwa
dia khawatir jika Tahta Suci akan mengabaikan surat itu karena mereka
percaya bahwa pasti ada orang-orang yang menentang Francis, tidak peduli apa pun yang mereka katakan. Namun, CEO Ignatius
Press itu percaya bahwa ada orang lain yang tidak mau percaya bahwa paus
telah berbuat sesat dan mereka ingin "melihat dan memahami komentarnya bahwa itu masih konsisten dengan ajaran
Gereja."
"Jadi saya pikir
orang-orang itu akan menyambut baik
adanya klarifikasi dari pihak
Vatikan."
Fessio menggarisbawahi
bahwa tanggapan terhadap dokumen itu adalah demi "kebaikan Gereja dan juga demi kebaikan Bapa Suci."
“Ini jelas bukannya sesuatu yang tidak penting. Jelas bukan semata-mata
tindakan yang ekstrim atau pun sebuah penolakan. Itu adalah
pernyataan yang ditulis dengan hati-hati dan dipikirkan dengan cermat. Jika itu
tidak ditanggapi, maka itu akan menyebabkan kebingungan yang lebih luas, dan orang-orang tidak akan yakin tentang apakah mereka
dapat mempercayai Paus atau tidak."
Dia bersikeras bahwa
dokumen itu harus ditanggapi "sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyatukan kembali orang-orang bersama di bawah satu pikiran Kristus yang
diwakili oleh para uskup-Nya."
Brumley menambahkan bahwa mengingat kritik kontemporer tentang bagaimana
Gereja telah “tidak efektif” dalam menjawab “pertanyaan-pertanyaan tertentu” di
masa lalu, maka dokumen itu tidak dapat
diabaikan begitu saja.
"Anda tidak bisa
mengabaikan hal-hal ini," katanya. "Ia sudah menumpuk banyak. Ia menciptakan sebuah narasi. Ia semakin mendorong sikap buruk pada diri orang banyak. Dan bahkan orang-orang baik mulai berkata ‘Ya, pasti ada
sesuatu disini. Mengapa Tahta Suci tidak
berbicara? "
"Itulah yang saya khawatirkan."
No comments:
Post a Comment