Monday, June 28, 2021

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja

 

 

 

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja

https://stream.org/caesar-mammon-and-sodom-unite-in-the-great-reset-of-churches/

 

Apakah paus Francis sedang meletakkan remah-remah roti bagi kelompok LGBT untuk menuntut gerejanya agar mengesahkan perkawinan sesama jenis?

 

By JOHN ZMIRAK Published on June 11, 2021

 

John Zmirak

 

Pekan lalu, Jason Jones mewawancarai teolog John Gravino  tentang diadakannya “Reset Besar Katolik.” Rencana itu adalah rencana yang diyakini Gravino telah ada di kalangan gereja, dan yang disukai oleh paus Francis. Hal ini dipandang relevan bagi semua orang Kristen karena reset besar ini melibatkan Gereja dan Negara, dengan cara yang mungkin kita anggap mustahil, dan sekaligus mengancam umat beriman yang setia di seluruh dunia. Gravino berpendapat, dalam bukunya Confronting the Pope of Suspicion, bahwa umat Kristen liberal seperti Francis, sedang mempersiapkan jalan bagi pemerintahan pro-LGBT di seluruh dunia untuk ikut campur langsung di dalam tempat-tempat suci kita.

 

Jones sangat terkejut dengan kasus yang diungkap John Gravino sehingga dia ikut menghadiri acara Alex Jones Show. Dia berbicara selama satu jam dengan pembawa acara yang kontroversial. Topiknya? Adanya bukti kuat bahwa Francis sedang menempatkan dan melibatkan Gereja pada institusi-institusi globalis pro-aborsi, para pendukung progresif dari Wokeness, dan pemerintah Komunis Cina.
 
Saya bergabung dengan Gravino di acara Jason Jones Show untuk menanyai Gravino tentang klaimnya itu. Apa yang dia katakan sungguh sangat mengkhawatirkan sehingga kami berbicara selama hampir dua jam. Bagi mereka yang sangat tertarik dengan gereja Katolik saat ini, saya sarankan untuk mengunduh video acara itu dan merenungkannya. 

 

Kaisar Akan Mencekokkan ‘Injil Baru’ Ini Kedalam Tenggorokan Kita

 

Izinkan saya menyampaikan intinya bagi mereka yang lebih suka membaca saja. Para aktivis LGBT telah lama meminta toleransi dan penerimaan resmi secara hukum, atas keberadaan mereka. Sekarang mereka menuntut ‘inklusi,’ yang berarti sesuatu yang sangat spesifik. Kita sebagai umat Kristen diharuskan untuk menerima relasi (perkawinan) sesama jenis mereka sebagai hal yang sah di mata Tuhan, dan kehidupan seks mereka sebagai tindakan yang bijak, dan bukan berdosa. Gereja-gereja kita ditekan untuk menata ulang doktrin dan praktiknya agar sesuai dengan budaya modern saat ini, sampai ke pelukan kegilaan transgender yang terbaru.

 

Dan jika tidak, pemerintah akan memaksa kita, sedapat mungkin, dengan cara apa pun. Tradisi moralitas seksual Yahudi dan Kristen yang luhur, yang berusia lebih dari 6.000 tahun, disetarakan secara moral dengan rasisme. Begitulah sindikat kaum LGBT bersikeras. Pemerintah federal Amerika Serikat telah mengatakan bahwa mengakhiri “diskriminasi rasisme” semacam ini adalah demi “kepentingan umum.”

 

Ketika Reagan menjadi presiden, Mahkamah Agung Amerika Serikat menguatkan penolakan IRS atas status bebas pajak kepada Universitas Bob Jones. (Dulu aturan itu melarang dan menganggap sebagai kencan antar ras yang “tidak alkitabiah”.) Sekarang larangan oleh gereja-gereja atas relasi (perkawinan) sesama jenis akan menghadapi tantangan yang sama oleh Negara. Itu bisa membahayakan pembebasan pajak, kontrak pemerintah, dan berbagai manfaat pemerintah lainnya.

 

Jadi gereja-gereja tradisionil dan ortodoks yang berpegang teguh pada moral alkitabiah akan dapat dikenakan pajak seperti halnya rumah-rumah bordil di Nevada, menghadapi pertempuran zonasi seperti klub-klub tari telanjang, dan dilarang melayani sebagai kontraktor pemerintah. (Sementara Planned Parenthood masih melakukannya, untuk mengambil semua organ janin hidup dan masih dijual hingga sekarang.) 

 

Memperbesar Ambiguitas Dan Menyusup Kedalam Kepemimpinan Gereja

 

Tapi itu masih belum cukup. Karena Anda mungkin masih memiliki gereja-gereja yang menentangnya — baik di pengadilan maupun dalam praktik. Jadi para aktivis LGBT kemudian membenamkan dirinya ke dalam gereja, mengambil alih institusi, dan meningkatkan pengaruhnya, dengan tujuan melakukan perubahan dari dalam. Ada upaya besar-besaran oleh para aktivis ini di negara-negara seperti Jerman dan AS untuk menuntut agar paroki-paroki Katolik secara terbuka ‘memberkati perkawinan’ sesama jenis.

 

Paus Francis tampaknya mendukung jenis perkawinan semacam itu, mencurangi lebih dari satu sinode uskup Katolik, mencoba untuk melonggarkan moral seksual Katolik ke arah yang ramah gay. Dia menerima banyak perlawanan lebih daripada yang dia harapkan, di dalam gereja sendiri. Baru-baru ini wakilnya sendiri yang bertanggung jawab atas doktrin Iman mengeluarkan dokumen yang menyangkal bahwa gereja dapat memberkati persatuan seperti itu (perkawinan sejenis). Dokumen itu telah diterbitkan, tetapi Francis tampaknya mengelak darinya dan mengabaikannya.

 

Gravino percaya bahwa Francis punya rencana tertentu, yaitu menciptakan ambiguitas yang cukup besar tentang ajaran gereja Katolik bahwa mereka tidak akan bisa diajukan di pengadilan. Agar ini masuk akal, kita perlu mengingat beberapa contoh sejarah. Selama Perang Vietnam, umat Katolik mengalami kesulitan mengklaim bahwa tindakan represiv pemerintah adalah penentangan terhadap  hati nurani. Mengapa? Karena gereja mereka sendiri tidak secara jelas menolak perang. Dan pengadilan AS melihat ke pernyataan resmi gereja untuk menentukan apakah klaim Amandemen Pertama Amerika Serikat sebenarnya sah. Jika gereja sendiri menyangkal sebuah doktrin, maka orang yang menentang Negara dengan alasan hukum gereja, tidak akan memiliki kaki untuk berdiri. 

 

Pengadilan Sirkuit Kesembilan Mungkin Menghantam Sebagai Hunjaman Paku Yang Terakhir

 

Maka, menurut Gravino, paus Francis bermaksud menciptakan ambiguitas tentang sikap gereja Katolik terhadap moralitas seksual. Cukuplah bahwa hakim AS yang membantu niat Francis turun tangan dan menuntut agar para pastor dan uskup “mengikuti program itu.” Jika pendirian gereja pada masalah perkawinan sesama jenis dapat dibuat cukup ambigu, maka kelompok-kelompok LGBT kaya dapat menggelontorkan uang bagi sebuah negara dengan pengadilan aktivis liberal. Kemudian hasilkan undang-undang tentang pasangan yang baik dan berwajah segar, pasangan sejenis, yang menuntut pernikahan yang luar biasa di paroki Our Lady of Consummate Good Taste di California.

 

Jika pastor menolak memberkati mereka, dan uskupnya benar-benar mendukung pastornya, mereka berdua akan kalah di pengadilan. Ini karena Vatikan sendiri (hakim yang memerintah) tidak secara jelas melarang upacara semacam itu. Oleh karena itu Amandemen Pertama Amerika Serikat tidak bisa melindungi para pastor yang menolak orang-orang LGBT dari klaim mereka soal diskriminasi. 

 

Pertama Mereka Datang Untuk Menarget Gereja Katolik

 

Jika ini terjadi pada umat Katolik (dengan dukungan paus secara diam-diam) hal itu juga akan segera menyerang gereja-gereja lain. Akankah kelompok kepemimpinan Metodis, Baptis Selatan, dan denominasi lain memiliki ketabahan untuk melawan ini di pengadilan, karena media massa melabeli kaum ortodoks dengan julukan "fanatik" dan "pembenci"? Hanya sedikit yang keberatan dengan vaksin COVID yang tercemar sel janin aborsi, atau perintah penguncian wilayah yang diberlakukan oleh para gubernur negara bagian biru (partai demokrat Amerika Serikat, Biden) yang keras.

 

Jadi kekuatan-kekuatan radikal di dalam gereja tidak harus “memenangkan” setiap pertarungan internal. Mereka hanya perlu mendorong keras untuk menanamkan ambiguitas dalam pendirian resmi gereja mereka. Kemudian seorang hakim aktivis liberal, dan kelompok hukum LGBT yang didanai secara besar-besaran, akan melakukan sisanya.


Itu akan menambah kekuatan besar dari pemerintah federal AS dalam upaya mereka, dan memanfaatkan kepengecutan dan kompromi manusiawi yang selalu harus dihadapi umat Kristen sejati. Bahkan para pemimpin gereja yang setia akan terpancing untuk menyerah, dengan kebangkrutan sebagai alternatifnya. (Pikirkan bagaimana uang itu dapat digunakan untuk membantu orang miskin, seperti yang pernah diusulkan oleh Judas Iskariot.)

Gereja-gereja yang menyerah tidak akan mati dengan cara yang keras dan mendadak, tetapi dengan cara yang sederhana dan perlahan.

 

--------------------------------- 

 

John Zmirak is a senior editor at The Stream, and author or co-author of ten books, including The Politically Incorrect Guide to Immigration and The Politically Incorrect Guide to Catholicism. He is co-author with Jason Jones of “God, Guns, & the Government.”

 

---------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Santa Jacinta Layak Menjadi Santa Pelindung Untuk Bermeditasi Tentang Neraka

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

Imam-Imam Berbicara