by Jules Gomes • ChurchMilitant.com • June 2, 2021
PENELITIAN MENUNJUKKAN BAHWA KOMUNI DI LIDAH, DALAM POSISI BERLUTUT, ADALAH CARA PALING AMAN SELAMA KRISIS COVID
https://www.churchmilitant.com/news/article/study-confirms-communion-on-tongue-is-safer
BERGEN, Norwegia (ChurchMilitant.com) - Sebuah studi terobosan telah menghancurkan kesalahpahaman yang saat ini tersebar luas bahwa memberikan Komuni Kudus di tangan adalah lebih aman daripada memberikan Komuni Kudus di lidah.
Aturan protokol COVID-19 yang
memaksa umat Katolik yang setia, di seluruh dunia, untuk menerima Tubuh Kristus
di tangan, telah dipatuhi dengan penuh ketaatan oleh para uskup dan imam yang
terlalu bersemangat hingga mengabaikan bukti ilmiah terbaik yang tersedia, dari
studi peer-review dalam Journal of Religion and Health menunjukkan.
Contoh ilustrasi dari keamanan Komuni tradisionil (di
lidah)
Berlawanan dengan konsensus yang berlaku saat ini di antara para uskup Katolik, ternyata, menerima Komuni dengan lidah dan dalam posisi berlutut, secara ilmiah, adalah metode yang paling aman dan paling higienis, yang "tidak mungkin menimbulkan risiko tinggi penularan infeksi," demikian berbagai penelitian baru menunjukkan.
Makalah yang berjudul "Keselamatan dan Penghormatan: Bagaimana Liturgi Katolik Roma Dapat Menanggapi Pandemi COVID-19," yang diterbitkan Senin lalu oleh akademisi Sergey Budaev, juga meminta kepada para imam untuk menghadap ke altar (ad orientem) dan melarang asisten imam (umat awam) untuk ikut memberikan Komuni selama pandemi dengan alasan demi keamanan.
Tidak ada risiko jika umat melepas masker setelah mengambil tempat duduk mereka, kata Budaev, sambil bersikeras untuk secara ketat mematuhi pembatasan keselamatan yang diusulkan oleh pihak regulator kesehatan -- termasuk menjaga jarak sosial dan mengenakan masker saat memasuki dan meninggalkan gereja.
Kurangnya Bukti Ilmiah
“Sangat mengecewakan bahwa kesan yang dibuat selama ini, bahwa beberapa orang di Gereja menggunakan krisis ini sebagai kesempatan untuk menyelesaikan masalah, terutama untuk menentang praktik tradisional menerima Komuni Suci di lidah,” Joseph Shaw, ketua Latin Mass Society Inggris dan Wales mengatakan kepada Church Militant.
Umat Katolik yang peduli, berulang kali meminta kepada para uskup untuk menunjukkan bukti yang menjadi dasar upaya mereka untuk melarang praktik tersebut. GabTweet
“Umat Katolik yang peduli, termasuk Masyarakat Misa Latin, berulang kali meminta kepada para uskup untuk menunjukkan kepada kita bukti yang menjadi dasar upaya mereka untuk melarang praktik tersebut—sesuatu, yang pada kenyataannya, justru mereka tidak memiliki wewenang untuk melakukan perintah pembatasan itu. Bukti itu tidak pernah diberikan, dan studi ini menegaskan bahwa bukti itu memang tidak ada," tambah Dr. Shaw, seorang akademisi di Universitas Oxford.
Budaev, seorang peneliti di Departemen Ilmu Biologi di Universitas Bergen, Norwegia, juga mencatat bahwa rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi para petugas pembagi Hosti Kudus untuk mengenakan sarung tangan sekali pakai, hanya berlaku dalam konteks penguburan.
Karena imam memang seharusnya "mengambil tindakan pencegahan maksimal untuk menjaga kebersihan tangan sebagai elemen normal dari penghormatan kepada Sakramen Mahakudus" dan tidak menyentuh benda asing yang terkontaminasi selama Misa, maka kebutuhan untuk mengenakan sarung tangan saat memberikan Komuni "dipertanyakan," kata Budaev mengamati.
Budaev, yang mengkhususkan diri dalam meneliti "interaksi biologis yang kompleks dalam komunitas simbion dan parasit," juga menjelaskan bagaimana para uskup telah salah dalam memahami kutipan WHO tentang praktik yang ada di gereja-gereja tertentu tentang Komuni sebagai dukungan.
“Nampak bahwa ini adalah tindakan yang membabi buta guna mengikuti rekomendasi umum tanpa menyesuaikannya dengan Gereja Katolik Roma,” tulisnya, dan dia mengecam pemberian Komuni di tangan sebagai “dijelaskan oleh protokol kebersihan yang tidak jelas dan tanpa bukti ilmiah” dan kurang “transparansi, diskusi dan kesepakatan dengan seluruh masyarakat.”
Asumsi bahwa Komuni di tangan tidak membawa atau sedikit risiko, tidaklah beralasan dan sebenarnya hal itu dapat menciptakan rasa aman yang salah. GabTweet
"Asumsi bahwa Komuni di tangan tidak membawa atau sedikit risiko, tidaklah beralasan dan sebenarnya hal itu dapat menciptakan rasa aman yang salah, dan ini berpotensi memprovokasi perilaku yang lebih sembrono baik dari para petugas pembagi Komuni maupun umat," katanya menekankan.
Di sisi lain, Budaev mencatat, "cara yang biasanya digunakan dalam ritus Luar Biasa – dimana pastor mendekati umat yang mau menerima komuni yang sudah berlutut – hal itu bisa menghindari kontak tatap muka sepenuhnya dan memberikan perlindungan lebih besar."
Perlindungan Dijelaskan
Ilmuwan itu menjelaskan mengapa cara Komuni tradisional (di lidah) lebih aman: Pertama, Hosti yang digunakan dalam ritus Latin dalam keadaaaan kering dan karenanya cenderung memiliki daya rekat rendah dengan partikel dari luar, yang selanjutnya hal ini bisa mengurangi risiko infeksi.
Misa Latin Tradisionil: aman dan penuh hormat
Kedua, saat menerima Hosti, komunikan biasanya menjulurkan lidah ke depan, membutuhkan upaya untuk menahan napas untuk beberapa saat, sehingga hal mengurangi kemungkinan hembusan pernapasan (karena COVID-19 terutama ditularkan oleh droplet pernapasan kecil selama kontak tatap muka yang dekat dan transmisi udara melalui aerosol yang dihembuskan).
Ketiga, karena umat beriman berlutut saat menerima Hosti, ini memberikan jarak spasial sekitar 20 inci, dan wajah komunikan terletak setinggi dada imam atau bahkan lebih rendah lagi. Karena komunikan hanya berkata sangat sedikit (‘AMIN’), setiap kemungkinan tetesan dan aerosol hanya terarah ke dada pastor, yang menimbulkan risiko yang jauh lebih rendah daripada di wajah.
Sebaliknya, komunikan yang menerima Hosti dengan tangan dalam keadaan berdiri, dia berada dalam "interaksi langsung, dekat, tatap muka" dengan imam dan setiap interaksi antara imam dan komunikan akan mengarahkan tetesan dan aerosol langsung ke wajah imam dan Hosti Kudus.
Jika komunikan batuk atau bersin, wajah pastor dan Hosti Kudus menjadi "target langsung dari tetesan balistik yang halus maupun yang lebih besar" yang "sangat tidak mungkin terjadi jika komunikan dalam posisi berlutut," menurut penelitian tersebut.
"Dapat dikatakan bahwa perkembangan panjang dari ritus Latin tradisional lama terjadi di bawah ancaman kesehatan yang berkelanjutan, tanpa adanya vaksinasi, intervensi farmakologis yang efisien, dan teknologi lainnya, yang sekarang kita anggap remeh," Budaev menyimpulkan.
Larangan (yang melanggar hukum) dari Gereja nampaknya 'Tidak Siap'
"Masalah yang disajikan oleh COVID kepada liturgi seharusnya tidak membuat Gereja begitu tidak siap, mengingat epidemi 'flu babi' pada tahun 2007 dan pandemi SARS yang lebih baru. Maka bersiaplah untuk berpikir dengan hati-hati tentang risiko spesifik yang terlibat, daripada bereaksi dalam cara spontan, karena hal itu akan harus membayar ongkos kerugian tertentu," kata Shaw.
Hal ini
sangat mengecewakan, dimana kesan diciptakan bahwa beberapa oknum di Gereja menggunakan
krisis ini sebagai kesempatan untuk menyelesaikan skor ‘kekalahan’ mereka. GabTweet
Para ‘uskup COVID’ yang pengecut di seluruh dunia melarang umat Katolik untuk menerima Komuni di lidah bahkan pada Misa Tradisional Latin (TLM) selama krisis COVID-19.
Church Militant melaporkan beberapa kasus, termasuk larangan oleh uskup Bernard Longley di Oratorium Birmingham St. John Henry Newman yang terkenal di dunia, yang selama ini melakukan misa TLM dan memberikan Hosti Kudus di lidah.
Di bawah Cdl. Vincent Nichols, uskup agung Westminster, diberlakukan pedoman resmi yang dikeluarkan oleh Konferensi Waligereja Inggris dan Wales (CBCEW) yang mengharuskan Komuni "diberikan secara diam-diam (imam tidak berkata’Tubuh Kristus’ dan umat tidak menjawab ‘Amin’) di tangan saja, dengan komunikan dalam posisi berdiri dan menghindari kontak fisik apa pun."
Para imam atau uskup tidak
memiliki wewenang untuk menolak Komuni Kudus dengan lidah, sesuai
hukum Gereja.
-----------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Kardinal
Pell: Kita Tidak Harus Setuju Dengan Semua Yang Dilakukan Francis.
Francis
Mempromosikan Lagi Seorang Wali Gereja Yang Anti-Katolik
Prospek
Dari Sebuah Agama Baru
Waspadalah
Ketika Para Pemimpin Gereja Memanipulasi Kata