Tuesday, June 29, 2021

Orang Kudus Yang Pernah Mengunjungi Neraka...

These Last Days News - February 15, 2019

 

 

 

Orang Kudus Yang Pernah Mengunjungi Neraka Dan Kembali Untuk Menceritakannya

 

https://www.tldm.org/news41/the-saint-who-visited-hell-and-came-back-to-talk-about-it.htm

 

 

by Ted Flynn

 

Kitab Suci dan tradisi di gereja menunjukkan dengan jelas bahwa ada tempat yang disebut neraka. Orang-orang berbicara tentang surga sepanjang waktu, tetapi mereka jarang menyebut neraka, kecuali dalam bahasa sehari-hari, yang merupakan bagian dari kutukan, atau sebagai bahasa umpatan dalam percakapan sehari-hari. Sering dikatakan bahwa pencapaian terbesar iblis adalah membuat orang berpikir bahwa neraka itu tidak ada. Itu mungkin penilaian yang benar karena jika seseorang benar-benar tahu apa yang dikatakan mistikus zaman dahulu tentang neraka, maka orang-orang akan jauh lebih serius dengan perbuatan mereka sehari-hari. Blaise Pascal, pria dari zaman Renaisans Prancis, memiliki pemikiran yang sama tentang Tuhan. Dia berkata bahwa ‘jika tidak ada Tuhan maka tidak ada yang penting, tetapi jika ada Tuhan, maka tidak ada yang lain yang penting.’

 

Pada awal abad keempat belas, Dante Alighieri menulis puisi epik The Divine Comedy. Selama ratusan tahun karya itu dianggap sebagai salah satu karya klasik terbesar (bukan hanya di dunia Kristen) yang pernah ditulis dalam peradaban barat. Ini adalah kisah penyair Romawi Virgil yang membimbing Dante melalui neraka lebih dulu, dan kemudian diikuti oleh Api Penyucian, dan kemudian Surga (Paradiso).

Deskripsi neraka sangat jelas dan gamblang, dan itu adalah sumber dari banyak percakapan dan pelajaran kelas tentang seperti apa neraka itu. Kitab Suci menyebut neraka pada beberapa kesempatan, tetapi tidak memberikan banyak deskripsi seperti apa atau apa yang terjadi di sana. Dante menggambarkan neraka yang terdiri dari sembilan lingkaran siksaan konsentris bagi mereka yang tidak mengakui Tuhan dan mengejar nafsu dosa. Setiap lingkaran menjadi jauh lebih parah dengan siksaan spiritual dan fisik daripada yang sebelumnya, sementara orang terus berjalan semakin dalam ke jurang maut.

 

Sebagai seorang Katolik seumur hidup, saya rasa saya belum pernah mendengar khotbah dari atas mimbar tentang neraka. Namun Yesus mengatakan dengan jelas bahwa itu ada. Dalam dunia relativisme moral, hal ini tidaklah mengejutkan. Terakhir kali saya ingat, sering mendengar kata neraka sebagai kenyataan, adalah ketika pendiri majalah Playboy, Hugh Hefner meninggal pada September 2017. Banyak yang merasa dia akan segera menjadi pengunjung di neraka karena percabulan tak terhitung banyaknya dan kebusukan moral yang dia bawa kepada budaya manusia secara global. Hefner membuka portal dosa bagi banyak orang muda di usia rentan, di mana dari kebiasaan kemudian muncullah kecanduan — yang kemudian mengarah kepada dosa yang lebih besar.

 

 

Penglihatan Santa Faustina Tentang Neraka Dari Apa Yang Yesus Ajarkan Kepadanya

 

Di zaman relativisme yang meluas saat ini, dan kurangnya pembinaan spirituil bagi mayoritas umat Katolik, maka hanya sedikit orang yang menyadari konsep dosa sebagai realitas fisik. Namun, seorang biarawati muda dari Polandia bernama Suster Faustina (Santa Faustina) diberi jauh lebih banyak informasi oleh Yesus sendiri daripada yang bisa diberikan Dante.

 

Deskripsinya bisa menggerakkan jiwa yang paling keras seperti batu. Sebagai novis muda pada tahun 1925, malaikat pelindungnya membawa Suster Faustina ke Api Penyucian. Setelah itu, dalam apa yang menjadi praktik seumur hidupnya, dia menjadikannya sebagai rutinitas untuk berdoa bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Surga juga membawanya ke neraka dan dia menulis, “Saya, Suster Faustina, atas perintah Tuhan, telah mengunjungi jurang neraka hingga saya dapat memberi tahu jiwa-jiwa di dunia tentang tempat itu, dan bersaksi tentang keberadaannya. Itu adalah tempat siksaan besar…  

 

Jenis-jenis penyiksaan yang saya lihat:

 

Siksaan pertama yang mewakili neraka adalah hilangnya kehadiran Tuhan;

Yang kedua adalah penyesalan hati nurani yang terus-menerus;

Yang ketiga adalah bahwa kondisi seseorang di neraka tidak akan pernah berubah;

Yang keempat adalah api yang akan menembus kedalam jiwa tanpa menghancurkannya —– ini adalah penderitaan yang mengerikan, karena ini adalah api spiritual murni, yang dinyalakan oleh murka Tuhan;

Siksaan kelima adalah berupa kegelapan yang terus-menerus dan bau yang menyesakkan dan mengerikan, dan, terlepas dari kegelapan itu, iblis dan jiwa orang terkutuk di neraka bisa melihat satu sama lain dan semua kejahatan yang mereka lakukan, baik kejahatan orang lain maupun kejahatan mereka sendiri;

Siksaan keenam adalah kebersamaan dengan setan;

Siksaan ketujuh adalah keputusasaan yang mengerikan, kebencian kepada Tuhan, kata-kata keji, kutukan, dan hujatan.

 

Ini adalah siksaan yang diderita oleh semua jiwa yang terkutuk bersama-sama. Tetapi itu bukanlah akhir dari penderitaan. Ada siksaan khusus yang diperuntukkan bagi jiwa-jiwa tertentu. Ini adalah siksaan indera. Setiap jiwa mengalami penderitaan yang mengerikan dan tak terlukiskan, terkait dengan cara atau indera di mana ia telah berdosa.

 

Deskripsi Faustina tentang neraka ini sama nyatanya dengan yang dapat disampaikan oleh siapa pun dalam bahasa tertulis. Ini menempatkan segala sesuatu dalam perspektif tentang keberadaan duniawi kita dan tujuan kita dalam hidup ini, dan konsekuensi dari tindakan kita.

 

Suster Faustina memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa Tuhan memerintahkannya untuk menulis hal-hal ini “...agar tidak ada jiwa yang mencari-cari alasan dengan mengatakan tidak ada neraka, atau bahwa tidak ada seorang pun yang pernah ke sana, dan tidak ada yang bisa mengatakan seperti apa rasanya neraka itu….Saya perhatikan satu hal, bahwa sebagian besar jiwa di sana adalah orang-orang yang tidak percaya bahwa neraka itu ada …. “ Suster Faustina menyadari perlunya lebih banyak doa bagi orang-orang untuk mencegah penderitaan ini sehingga dia akan ”terus-menerus memohon belas kasihan Tuhan bagi mereka.” (Diary 741).

 

Lebih lanjut dalam Buku Hariannya ditulis tentang esensi mutlak dari Kerahiman Ilahi dan bagaimana rahmat kerahiman selalu tersedia bagi semua orang hingga saat kematiannya. Faustina menulis, “Rahmat Kerahiman Tuhan terkadang menyentuh orang berdosa di saat-saat terakhirny dengan cara yang ajaib dan misterius. Secara lahiriah, sepertinya semuanya telah musnah, tetapi tidak demikian. Jiwa yang diterangi oleh pancaran rahmat terakhir yang kuat dari Tuhan, akan berpaling kepada Tuhan di saat-saat terakhirnya, dengan kekuatan kasih yang sedemikian rupa sehingga, dalam sekejap dia akan menerima pengampunan atas dosa dan hukuman dari Tuhan, sementara secara lahiriah tidak menunjukkan tanda-tanda pertobatan atau penyesalan, karena jiwa (pada tahap itu) tidak lagi bereaksi terhadap hal-hal eksternal. Oh, betapa di luar pemahaman belas kasihan Tuhan! …Tuhan yang Maha Pengasih memberikan jiwa sebuah momen kehidupan batin seperti itu, sehingga jika jiwa itu berkehendak, dia memiliki kemungkinan untuk kembali kepada Tuhan. Tetapi kadang-kadang sifat keras kepala dalam jiwa begitu besar sehingga secara sadar mereka memilih neraka.” (1698).

 

Neraka adalah pilihan yang disengaja oleh orang yang congkak. Perhatikan bagaimana Faustina (perkataan dari Yesus) di atas mengatakan “...secara sadar mereka memilih neraka.” Orang dapat merenungkan dua pencuri di kayu salib di sebelah Yesus saat Dia disalibkan. Keduanya akan mati dalam waktu satu jam, namun yang satu meminta belas kasihan, yang lain tidak. Yesus tidak pernah menanyakan kejahatan orang yang meminta belas kasihan itu. Yesus langsung memberikan pengampunan karena hal itu diminta oleh si pencuri itu. Pencuri yang bertobat adalah satu-satunya orang di seluruh Perjanjian Baru yang secara khusus diberitahu bahwa dia akan pergi ke surga. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku berjanji kepadamu hari ini kamu akan bersama-sama dengan Aku di surga” (Lukas 23:43). Tidak ada rasul yang pernah secara khusus diberitahu tentang hal ini. Bukan Petrus, bukan Yohanes, bukan Andreas, bukan Matius, bukan Paulus… Pencuri itu ‘mencuri surga’ melalui penyesalan hati yang tulus pada saat kematiannya, karena dia mengenali bahwa Yesus sendiri yang dapat mengabulkan permintaan ini.

 

Kerahiman Ilahi yang diperintahkan Yesus untuk ditulis oleh Suster Faustina adalah tentang belas kasihan yang tak terhingga yang dimiliki Yesus bagi orang-orang. Ia tidak mengenal batas dan tak terhingga. Karena neraka adalah jurang yang tak berujung, maka Kerahiman-Nya juga merupakan lautan kerahiman dan kasih yang tak berujung. Hampir tidak ada batasan untuk pengampunan dan belas kasihan-Nya. Tidak seorang pun diluputkan dari belas kasihan itu, tetapi mereka harus memintanya, dan belas kasihan itu tersedia sepanjang jalan sampai saat kematiannya. Dosa memisahkan kita dari diri kita sendiri, dari orang lain, dan dari Tuhan. Dosa adalah neraka.  

 

Tuhan berkata kepada Yesaya, “Dosamulah yang memisahkan kamu dari Allah” (59:2). Ketika jiwa menjauh dari Tuhan, mereka sering merasa tidak layak untuk mendekati-Nya. Karena alasan inilah ada begitu banyak orang yang menjauh dari Tuhan selama 10, 20, 30, 40, atau bahkan 50 tahun sebelum mereka menyadari bahwa yang tersisa hanyalah Empat Hal Terakhir: Kematian, Penghakiman, Surga, Neraka.

 

Seseorang mungkin merasa dirinya tidak layak untuk meminta Kerahiman Tuhan karena dosa-dosa  sebelumnya. Itu mungkin menghalangi mereka untuk menerima kasih berlimpah yang akan diberikan Tuhan ke dalam hidup mereka, dimana Tuhan sendiri yang ingin memulihkan dan menyembuhkan orang itu. Ini adalah kebohongan Setan yang mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat diampuni.

 

Dosa itu seperti sekantong bulu yang dilepaskan dalam badai angin. Jika dosa terjadi, dan kemana perginya setelah itu, dapat mempengaruhi kehidupan banyak generasi. Itu sangat merugikan, bahkan tanpa orang yang berdosa itu menyadarinya. Dosa itu beriak seperti batu yang dilemparkan ke kolam yang tenang, kemudian meluas ke seluruh bagian kolam air. Kumpulan bulu itu tidak akan pernah bisa diatur dengan cara yang sama lagi. Yesus berkata, “Setan datang untuk membunuh, membinasakan, dan mencuri, tetapi Aku datang untuk memberi kamu hidup, dan memberikannya lebih banyak lagi”  (Yohanes 10:10). Adalah Kerahiman Ilahi Tuhan yang menyambut orang berdosa untuk kembali ke dalam pelukanNya. Tuhan tidak pernah menanyakan masa lalu, tetapi selalu memaafkan ketika seseorang meminta ampun dengan tulus. Tidak peduli beratnya pelanggaran dan dosanya, tidak ada dosa yang terlalu besar bagi Kerahiman-Nya. Karena itu segeralah memanfaatkan Kerahiman-Nya selagi masih ada waktu.

 

 

JESUS, I TRUST IN YOU

 

 

-----------------------------------------

  

 


 

"Kamu hanya memiliki dua takdir terakhir: Surga atau neraka. Ketahuilah bahwa setan terus berusaha menghilangkan realitas keberadaan kerajaannya, neraka, darimu. Jika dia membuat lelucon tentang keberadaan neraka di antara kamu, dia itu menipu kamu agar kamu berdosa lagi dan melepaskan dirimu dari Roh Terang. Dan ketika kamu melepaskan dirimu dari Roh Terang, maka kamu melepaskan dirimu dari kehidupan kekal di dalam Kerajaan Bapamu, Allah yang Mahatinggi di Surga." - Our Lady of the Roses, Bayside, 1 Februari 1975

 

-------------------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Enoch, 21 Juni 2021

Pertempuran Terakhir Setan – Bab 4

Mantan Cendekiawan Anglikan: Mengapa Pertobatan Francis Begitu Sulit

LDM, 25 Juni 2021

DUKUNGAN FRANCIS PADA KONPERENSI YANG MENDUKUNG LGBT

Imam-Imam Berbicara

Kaisar, Mammon, Dan Sodom, Bersatu Dalam Pengaturan Ulang (Reset) Besar Gereja