Sunday, October 17, 2021

Bentrokan Keras di Roma Menandai Pembukaan Sinode Oleh Paus

 

Bentrokan Keras di Roma Menandai Pembukaan Sinode Oleh Paus 

https://www.churchmilitant.com/news/article/violent-clashes-mar-popes-synod-kick-off

 

NEWS: WORLD NEWS 

 

 

 

by Jules Gomes  •  ChurchMilitant.com  •  October 10, 2021 

 

Francis menghancurkan 'tradisi', menyerukan keterbukaan terhadap 'semangat zaman.'

 

VATICAN CITY (ChurchMilitant.com) – Paus Francis memulai Sinode 2021–2023 yang banyak dibicarakan, yaitu tentang Sinode tentang Sinodalitas, sambil menyerang (seperti biasanya) kecenderungan untuk mengadopsi "solusi lama" dan dia menyerukan "Gereja yang mendengarkan," sementara itu bentrokan kekerasan terhadap tirani medis Italia meletus di Roma.

 

 

Paus memimpin refleksi tentang sinode di aula sinode Vatikan 

 

Berbicara tentang tema sinode — "Untuk Gereja Sinode: Persekutuan, Partisipasi dan Misi" — pada hari Sabtu, Paus mengutip teolog liberal Prancis, pastor Yves Congar, dan berkata mendesak: "Kita tidak boleh membuat Gereja lain, kita harus membuat Gereja yang berbeda." (sebuah kalimat yang sangat ambigu).

 

Dalam serangan terselubung kepada kaum tradisionalis, paus Francis mengecam slogan "Segala sesuatunya selalu dilakukan dengan cara ini," dan Francis menyebut hal itu sebagai "racun dalam kehidupan Gereja."

 

"Orang-orang yang melakukan ini membuat kesalahan dengan tidak menganggap serius zeitgeist (semangat zaman), dimana sikap seperti itu berisiko mengadopsi solusi lama untuk masalah baru," kata paus, dan dia bersikeras bahwa Gereja harus menjadi "tempat terbuka, di mana semua orang merasa berada di rumah dan dapat berpartisipasi."

 

Francis mengakhiri refleksinya dengan berdoa agar Roh Kudus akan "membangkitkan bahasa baru dan meletakkan kata-kata kehidupan di bibir kita, melindungi kita agar tidak menjadi sebuah ‘Gereja musium’, indah tetapi sunyi, dengan begitu banyak masa lalu dan masa depan yang sedikit."

 

 

Paus Francis mendesak dibentuknya persekutuan

 

Pada hari Minggu, paus Francis merayakan Misa Kudus secara resmi untuk meresmikan Sidang Umum Biasa XVI Sinode Para Uskup, dengan merenungkan perjumpaan, mendengarkan, dan penegasan, sebagai "tiga kata kerja yang menjadi ciri sinode ini."

 

Berkhotbah tentang pembacaan Injil Markus, tentang orang kaya yang bertanya kepada Yesus apa yang harus ia lakukan untuk mewarisi hidup yang kekal, Francis mengulangi penolakannya terhadap slogan: "Kami selalu melakukannya dengan cara ini."

 

Sebaliknya, "Yesus pertama kali bertemu orang kaya di jalan, dia kemudian mendengarkan pertanyaannya dan, akhirnya, dia membantunya menentukan apa yang harus dia lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal," demikian khotbah paus. 

 

Kita tidak boleh membuat Gereja lain; kita harus membuat Gereja yang berbeda. GabTweet 

 

“Kita juga dipanggil untuk menjadi ahli dalam seni perjumpaan,” seru Francis. "Beginilah cara Tuhan yang begitu sering menunjukkan jalan baru dan mengundang kita untuk meninggalkan kebiasaan lama kita."

 

"Yesus mendengarkan pertanyaan orang kaya dan kekhawatiran religius dan eksistensial yang ada di baliknya. Dia tidak memberikan jawaban tanpa komitmen atau menawarkan solusi yang sudah dikemas sebelumnya. ... Mari kita bertanya: di dalam Gereja, apakah kita telah pandai dalam mendengarkan?" Francis bertanya. 


Para pekerja menyerbu markas besar Konfederasi Umum Buruh Italia sayap kiri di Roma 

Paus mengakhiri homilinya dengan mencatat bahwa Yesus membantu orang kaya dalam membedakan melalui dialog dan dengan menemukan bahwa "ia tidak dapat mencapai kebahagiaan dengan mengisi hidupnya dengan lebih banyak ibadah, tetapi dengan mengosongkan dirinya sendiri, membuang apa pun yang menempati ruang di dalam hatinya, dalam rangka untuk memberi ruang bagi Tuhan."

 

 

Kontras antara kata dan perbuatan Francis

 

Sementara itu, polisi Italia menyerang sebagian besar demonstran damai hari Sabtu sore itu dengan meriam air, gas air mata dan pentungan saat ada lebih dari 100.000 orang Roma berkumpul di Piazza del Popolo untuk memprotes tindakan keras pemerintah Italia terhadap hak-hak para pekerja. 

 

Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang betapa jauh dan tersingkirnya paus ini dari rakyat jelata selain sinode yang sengaja diadakan di ruang yang bergema. GabTweet 

 

Polisi dengan perlengkapan anti huru hara lengkap di luar kediaman resmi Perdana Menteri Mario Draghi di Istana Chigi dengan brutal memukuli para pengunjuk rasa yang berdiri dengan tangan terangkat untuk menunjukkan sikap antikekerasan mereka.

 

Novelis Italia, Elisabetta Sala, mengecam paus Francis "kurangnya kesadaran diri dalam memberikan peran kepausannya, sebagai uskup Roma, pada sinodalitas" sementara dia "mengabaikan seruan para pekerja biasa di Italia."

 

Sala, penulis buku Elizabeth the Bloody: The Creation of a Myth, the Persecution of a People, mengatakan kepada Church Militant:

 

Anak-anak meminta roti kepada Bapa Suci, tetapi dia memberi mereka seekor ular — lebih banyak basa-basi dalam anjurannya soal budaya mendengarkan, menemani dan  membedakan. Francis meminta kita untuk mendengarkan. Tapi dia hanya mau mendengarkan suara kuasi-diktator globalis di koridor kekuasaan, dan sambil berpaling Francis menutup telinganya terhadap orang banyak di depan pintunya, yang sedang melawan tirani kekuasaan.

 

 

Ribuan orang berdemonstrasi menentang Italy's Green Pass di Roma 

 

Francis bersedia menemani para pembunuh janin, seperti Joe Biden dan Nancy Pelosi, bukan bertindak seperti Cdl. Zen yang berani memerangi despotisme komunis. Francis tidak dapat membedakan panggilan sirene dari Big Pharma yang membunuh ratusan ribu orang melalui vaksin eksperimental dari suara kenabian para pembicara kebenaran seperti penemu teknologi vaksin mRNA Dr. Robert Malone.

 

"Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang betapa jauh dan tersingkirnya paus ini dari orang biasa selain sinode yang sengaja diadakan di ruang yang bergema," kata Sala, yang novelnya  L'esecuzione Della Giustizia (Eksekusi Keadilan) akan dirilis pada Bahasa Inggris oleh Gondolin Press.

 

 

Pemaksaan paspor COVID

 

Sementara Francis bersedia bertemu dengan pembicara Katolik dan pro-aborsi dari Dewan Perwakilan Amerika Serikat pada hari Sabtu (Nancy Pelosi), dia tidak menunjukkan dukungannya sama sekali terhadap protes para pekerja yang datang beberapa hari sebelum Italia memberlakukan paspor kesehatan sebagai prasyarat untuk memasuki tempat kerja. Green Pass itu menunjukkan bahwa seseorang telah divaksinasi, pulih dari virus dalam enam bulan terakhir atau dinyatakan negatif dalam 48 jam terakhir.


Media arus utama dan politisi globalis mencela pekerja Italia biasa yang berpartisipasi dalam protes itu sebagai "ekstrem sayap kanan" dan "fasis." 

 

Anak-anak meminta roti kepada Bapa Suci, tetapi dia memberi mereka ular. GabTweet 

 

"Jelas bahwa kelompok neo-fasis bersembunyi di balik apa yang disebut anti-vaxxers," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Italia, Carlo Sibilia.

 

Sekelompok kecil pemrotes menyerbu markas besar Konfederasi Umum Buruh Italia (CGIL) — serikat buruh sayap kiri yang dibentuk oleh kesepakatan antara partai sosialis, komunis dan demokrat Kristen dalam Pakta Roma Juni 1944.

 

Polisi paramiliter tiba untuk membubarkan pemrotes di CGIL. Pemimpin Maurizio Landini mengecam protes itu sebagai "tindakan premanisme fasis, serangan terhadap demokrasi dan dunia kerja." "Tidak seorang pun harus berpikir bahwa mereka dapat mengembalikan negara kita ke masa lalunya yang fasis," katanya.

 

CGIL memicu kemarahan setelah mengkhianati hak-hak pekerjanya atas vaksinasi paksa dan menyerah pada mandat pemerintah Italia tentang izin kesehatan.

 

Draghi yang sekolah di Yesuit, yang dilaporkan menjadi sekutu paus Francis, bersumpah untuk membasmi penentangan terhadap kampanye vaksinasi pemerintah.

 

 

  

"Hak untuk mendemonstrasikan ide seseorang tidak boleh berubah menjadi tindakan agresi dan intimidasi," kata Draghi, mengecam intimidasi terhadap serikat pekerja, yang dia gambarkan sebagai "garnisun fundamental demokrasi."

 

Polisi Roma pada hari Minggu mengatakan bahwa mereka menangkap 12 orang, termasuk dua pemimpin partai Forza Nuova, Giuliano Castellino dan Roberto Fiore, yang hadir selama protes hari Sabtu.  

 


-------------------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

LDM, 12 Oktober 2021

Giselle Cardia - 3, 6, 9, 12 Oktober 2021

Shelley Anna - 17, 18, 20, 30 September 2021 & 19 Oktober 2021

Uskup Schneider: Francis Mengikuti Pandangan Materialistik

Pelapor Pfizer Mengatakan Bahwa Vaksin 'Bersinar'

Laporan Baru Mengungkapkan Bahwa COVID-19 Adalah Senjata Biologis

Francis Mengkritik Aborsi, Tapi Mencintai Para Politisi pro-Aborsi