Bentrokan Keras di Roma Menandai Pembukaan Sinode Oleh Paus
https://www.churchmilitant.com/news/article/violent-clashes-mar-popes-synod-kick-off
NEWS: WORLD NEWS
by Jules Gomes • ChurchMilitant.com • October 10, 2021
Francis
menghancurkan 'tradisi', menyerukan keterbukaan terhadap 'semangat zaman.'
VATICAN
CITY (ChurchMilitant.com) – Paus Francis memulai Sinode 2021–2023 yang
banyak dibicarakan, yaitu tentang Sinode tentang Sinodalitas, sambil
menyerang (seperti biasanya) kecenderungan untuk mengadopsi
"solusi lama" dan dia menyerukan "Gereja yang mendengarkan,"
sementara itu bentrokan kekerasan terhadap tirani medis Italia meletus di Roma.
Paus memimpin refleksi tentang sinode di aula sinode Vatikan
Berbicara
tentang tema sinode — "Untuk Gereja Sinode: Persekutuan, Partisipasi dan
Misi" — pada hari Sabtu, Paus mengutip teolog liberal Prancis, pastor Yves Congar, dan berkata mendesak: "Kita tidak boleh membuat Gereja lain,
kita harus membuat Gereja yang berbeda." (sebuah kalimat yang sangat
ambigu).
Dalam
serangan terselubung kepada kaum tradisionalis, paus Francis mengecam slogan
"Segala sesuatunya selalu dilakukan dengan cara ini," dan Francis menyebut
hal itu sebagai "racun dalam kehidupan Gereja."
"Orang-orang
yang melakukan ini membuat kesalahan dengan tidak menganggap serius zeitgeist (semangat
zaman), dimana sikap seperti itu berisiko mengadopsi solusi lama untuk masalah
baru," kata paus, dan dia bersikeras bahwa Gereja harus menjadi
"tempat terbuka, di mana semua orang merasa berada di rumah dan dapat
berpartisipasi."
Francis
mengakhiri refleksinya dengan berdoa agar Roh Kudus akan "membangkitkan
bahasa baru dan meletakkan kata-kata kehidupan di bibir kita, melindungi kita agar
tidak menjadi sebuah ‘Gereja musium’, indah tetapi sunyi, dengan begitu banyak
masa lalu dan masa depan yang sedikit."
Paus Francis mendesak dibentuknya persekutuan
Pada
hari Minggu, paus Francis merayakan Misa Kudus secara resmi untuk meresmikan
Sidang Umum Biasa XVI Sinode Para Uskup, dengan merenungkan perjumpaan,
mendengarkan, dan penegasan, sebagai "tiga kata kerja yang menjadi ciri
sinode ini."
Berkhotbah
tentang pembacaan
Injil Markus, tentang orang kaya yang bertanya kepada Yesus apa yang
harus ia lakukan untuk mewarisi hidup yang kekal, Francis mengulangi
penolakannya terhadap slogan: "Kami selalu melakukannya dengan cara
ini."
Sebaliknya, "Yesus pertama kali bertemu orang kaya di jalan, dia kemudian mendengarkan pertanyaannya dan, akhirnya, dia membantunya menentukan apa yang harus dia lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal," demikian khotbah paus.
Kita tidak boleh membuat Gereja lain; kita harus membuat Gereja yang berbeda. GabTweet
“Kita
juga dipanggil untuk menjadi ahli dalam seni perjumpaan,” seru Francis.
"Beginilah cara Tuhan yang begitu sering menunjukkan jalan baru dan
mengundang kita untuk meninggalkan kebiasaan lama kita."
"Yesus mendengarkan pertanyaan orang kaya dan kekhawatiran religius dan eksistensial yang ada di baliknya. Dia tidak memberikan jawaban tanpa komitmen atau menawarkan solusi yang sudah dikemas sebelumnya. ... Mari kita bertanya: di dalam Gereja, apakah kita telah pandai dalam mendengarkan?" Francis bertanya.
Para pekerja menyerbu markas besar Konfederasi Umum Buruh Italia sayap kiri di Roma
Paus
mengakhiri homilinya dengan mencatat bahwa Yesus membantu orang kaya dalam membedakan
melalui dialog dan dengan menemukan bahwa "ia tidak dapat mencapai
kebahagiaan dengan mengisi hidupnya dengan lebih banyak ibadah, tetapi dengan
mengosongkan dirinya sendiri, membuang apa pun yang menempati ruang di dalam
hatinya, dalam rangka untuk memberi ruang bagi Tuhan."
Kontras antara kata dan perbuatan Francis
Sementara itu, polisi Italia menyerang sebagian besar demonstran damai hari Sabtu sore itu dengan meriam air, gas air mata dan pentungan saat ada lebih dari 100.000 orang Roma berkumpul di Piazza del Popolo untuk memprotes tindakan keras pemerintah Italia terhadap hak-hak para pekerja.
Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang betapa jauh dan tersingkirnya paus ini dari rakyat jelata selain sinode yang sengaja diadakan di ruang yang bergema. GabTweet
Polisi
dengan perlengkapan anti huru hara lengkap di luar kediaman resmi Perdana
Menteri Mario Draghi di Istana Chigi dengan brutal memukuli para pengunjuk rasa
yang berdiri dengan tangan terangkat untuk menunjukkan sikap antikekerasan
mereka.
Novelis
Italia, Elisabetta Sala, mengecam paus Francis "kurangnya kesadaran diri
dalam memberikan peran kepausannya, sebagai uskup Roma, pada sinodalitas"
sementara dia "mengabaikan seruan para pekerja biasa di Italia."
Sala,
penulis buku Elizabeth the Bloody: The Creation of a Myth, the
Persecution of a People, mengatakan kepada Church Militant:
Anak-anak
meminta roti kepada Bapa Suci, tetapi dia memberi mereka seekor ular — lebih
banyak basa-basi dalam anjurannya soal budaya mendengarkan, menemani dan membedakan. Francis meminta kita untuk
mendengarkan. Tapi dia hanya mau mendengarkan suara kuasi-diktator globalis di
koridor kekuasaan, dan sambil berpaling Francis menutup telinganya terhadap
orang banyak di depan pintunya, yang sedang melawan tirani kekuasaan.
Ribuan orang berdemonstrasi menentang Italy's Green Pass di Roma
Francis
bersedia menemani para pembunuh janin, seperti Joe Biden dan Nancy Pelosi,
bukan bertindak seperti Cdl. Zen yang berani memerangi despotisme komunis. Francis
tidak dapat membedakan panggilan sirene dari Big Pharma yang membunuh ratusan
ribu orang melalui vaksin eksperimental dari suara kenabian para pembicara
kebenaran seperti penemu teknologi vaksin mRNA Dr. Robert Malone.
"Tidak
ada ilustrasi yang lebih baik tentang betapa jauh dan tersingkirnya paus ini dari
orang biasa selain sinode yang sengaja diadakan di ruang yang bergema,"
kata Sala, yang novelnya L'esecuzione Della Giustizia
(Eksekusi Keadilan) akan dirilis pada Bahasa Inggris oleh Gondolin Press.
Pemaksaan paspor COVID
Sementara
Francis bersedia bertemu dengan pembicara Katolik dan pro-aborsi dari Dewan
Perwakilan Amerika Serikat pada hari Sabtu (Nancy Pelosi), dia tidak
menunjukkan dukungannya sama sekali terhadap protes para pekerja yang datang
beberapa hari sebelum Italia memberlakukan paspor kesehatan sebagai prasyarat
untuk memasuki tempat kerja. Green Pass itu menunjukkan bahwa seseorang telah
divaksinasi, pulih dari virus dalam enam bulan terakhir atau dinyatakan negatif
dalam 48 jam terakhir.
Media arus utama dan politisi globalis mencela pekerja Italia biasa yang berpartisipasi dalam protes itu sebagai "ekstrem sayap kanan" dan "fasis."
Anak-anak meminta roti kepada Bapa Suci, tetapi dia memberi mereka ular. GabTweet
"Jelas
bahwa kelompok neo-fasis bersembunyi di balik apa yang disebut
anti-vaxxers," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Italia, Carlo Sibilia.
Sekelompok
kecil pemrotes menyerbu markas besar Konfederasi Umum Buruh Italia (CGIL) —
serikat buruh sayap kiri yang dibentuk oleh kesepakatan antara partai sosialis,
komunis dan demokrat Kristen dalam Pakta Roma Juni 1944.
Polisi paramiliter tiba untuk membubarkan pemrotes di CGIL.
Pemimpin Maurizio Landini mengecam protes itu sebagai "tindakan premanisme
fasis, serangan terhadap demokrasi dan dunia kerja." "Tidak seorang
pun harus berpikir bahwa mereka dapat mengembalikan negara kita ke masa lalunya
yang fasis," katanya.
CGIL
memicu kemarahan setelah mengkhianati hak-hak pekerjanya atas vaksinasi paksa
dan menyerah pada mandat pemerintah Italia tentang izin kesehatan.
Draghi
yang sekolah di Yesuit, yang dilaporkan menjadi sekutu paus Francis, bersumpah
untuk membasmi penentangan terhadap kampanye vaksinasi pemerintah.
"Hak
untuk mendemonstrasikan ide seseorang tidak boleh berubah menjadi tindakan
agresi dan intimidasi," kata Draghi, mengecam intimidasi terhadap serikat
pekerja, yang dia gambarkan sebagai "garnisun fundamental demokrasi."
Polisi Roma pada hari Minggu mengatakan bahwa mereka menangkap 12 orang, termasuk dua pemimpin partai Forza Nuova, Giuliano Castellino dan Roberto Fiore, yang hadir selama protes hari Sabtu.
-------------------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Giselle
Cardia - 3, 6, 9, 12 Oktober 2021
Shelley
Anna - 17, 18, 20, 30 September 2021 & 19 Oktober 2021
Uskup
Schneider: Francis Mengikuti Pandangan Materialistik
Pelapor
Pfizer Mengatakan Bahwa Vaksin 'Bersinar'
Laporan
Baru Mengungkapkan Bahwa COVID-19 Adalah Senjata Biologis
Francis
Mengkritik Aborsi, Tapi Mencintai Para Politisi pro-Aborsi