These Last Days News - October 22, 2021
Kaum Kiri Telah Mengatur Berbagai Masalah di Amerika Untuk Mengantar Masuk Pemerintahan Tunggal Dunia
LifeSiteNews.com reported on October 21, 2021:
by E. Jeffrey Ludwig
Agenda
2030 PBB masih berlaku, dan waktu terus berjalan menuju pemberdayaannya
— hanya tinggal delapan tahun dan dua bulan lagi. Agenda ini adalah untuk pembentukan
pemerintahan dunia baru, yang akan menerapkan kebijakan-kebijakan Agenda 2030.
Pemerintahan
baru di cakrawala kita ini telah menunjukkan banyak kegagalan dalam kebijakannya
di bulan-bulan pertama pemerintahan Biden ini. Kegagalan-kegagalan tersebut
tidak didasarkan pada kesalahan, melainkan pada sabotase yang disengaja untuk
melemahkan negara kita, melemahkan kekuatan yang menopang kedaulatan kita, dan
mempersiapkan kita untuk menerima pemerintahan tunggal dunia.
Benih-benih
ide untuk Agenda 2030 dimulai dengan Presisden Liga Bangsa-Bangsa, Woodrow
Wilson, dalam usulan Empat Belas Poinnya pada akhir Perang Dunia I. Komunitas
bangsa-bangsa dapat memberikan tekanan bagi perdamaian di dunia yang tidak
dapat dilakukan oleh sistem perjanjian atau aliansi, seperti yang ditunjukkan
oleh terjadinya Perang Dunia Pertama. Sementara gagasan ini berlaku di Eropa dan
negara-negara lain, ia tidak dapat memperoleh daya tarik yang cukup di AS sendiri
karena harus menghadapi perlawanan dari pihak Republik di Senat AS dengan
alasan bahwa hal itu akan mengarah pada pelemahan kedaulatan AS.
Dengan
manfaat dari ‘tinjauan 20-20’ ke belakang, semua orang yang berpikiran benar
dapat melihat bahwa langkah besar pertama Woodrow Wilson menuju globalisme
ditolak dengan benar. Liga Bangsa Bangsa adalah kegagalan total dalam hal
membawa perdamaian ke dunia. Bagi pemerintah Nazi Jerman, Liga Bangsa Bangsa adalah
lelucon. Jepang meninggalkan Liga Bangsa Bangsa setelah invasi mereka ke Cina
ditolak. Namun kekuasaan Partai Republik atas pemerintahan AS menjadi berkurang
dengan pemilihan empat kali Franklin D. Roosevelt sebagai presiden AS dan
hegemoni partai Demokrat selama dua puluh tahun 1933-1953.
Setelah
Perang Dunia II, PBB dianggap memiliki tugas dan fungsi yang tidak dimiliki
Liga Bangsa Bangsa. PBB akan menopang dunia secara nyata dengan pembentukan
Dana Moneter Internasional untuk memperkuat mata uang di seluruh dunia dan Bank
Dunia untuk membiayai dan mendukung proyek-proyek konstruksi besar-besaran. Lembaga-lembaga
ini akan bersama-sama menumbuhkan perdamaian dan "komunitas" di dunia
kita yang terfragmentasi (bisikan klise "dibutuhkan desa" yang akan
bertahan beberapa dekade kemudian). Lagi pula, bukankah kemiskinan pada
akhirnya menjadi penyebab konflik di dunia kita? Ya, AS dan kaum kiri tidak
logis lainnya di seluruh Barat dan bagian lain dunia menerima gagasan Marxis
bahwa perang disebabkan oleh persaingan sengit untuk merebut sumber-sumber daya
yang langka. Bahkan ekonom besar Harvard, Walt Rostow, pada 1950-an dan 1960-an
memiliki visi lembaga keuangan global melalui sponsor dari PBB sebagai ide yang
bisa membawa negara-negara termiskin ke "tahap lepas landas." Hanya
ada satu masalah dengan visi Prof. Rostow yang diteliti dengan baik dan secara
teoritis: lepas landas itu tidak pernah terjadi. Semua penelitian Harvard yang
hebat itu tidak sebanding dengan kertas yang ditulisnya. Kesenjangan kekayaan
antara negara maju, negara kurang berkembang (LDC), dan negara kurang
berkembang tetap ada.
Sebagai
akibat dari stratifikasi yang dirasakan masyarakat dunia, terjadilah pergeseran
paradigma dalam memahami hubungan antara berbagai tingkat kekayaan masyarakat.
Banyak orang beraliran kiri percaya bahwa jika seluruh dunia adalah satu, maka
kemelaratan dan keputusasaan yang diakibatkan oleh negara-negara miskin tidak
dapat dianggap sebagai kegagalan pemerintah negara-bangsa setempat untuk
memberlakukan kebijakan yang baik atau mengurangi korupsi. Jika, bisa
dikatakan, semua negara berada di bawah atap yang sama atau payung yang sama,
pemikiran “itu masalah mereka” tidak dapat dengan mudah diperoleh.
“Masalah
mereka” secara otomatis akan menjadi “masalah kita”, karena kita semua
bersama-sama di bawah satu pemerintahan. Ini adalah pembaruan dari gagasan yang
pertama kali dikemukakan di Prancis abad ke-18 oleh Jean-Jacques Rousseau bahwa
pemerintahan terbaik bukanlah pemerintah yang berpusat pada kebebasan,
individualistis, dan berorientasi pada hak seperti yang diproyeksikan oleh John
Locke; alih-alih, pemerintah terbaik melewati semua eksploitasi dengan
mengungkapkan Kehendak Umum — ini adalah visi yang melampaui sekadar kerja tim,
visi semua untuk semua. Menurut Rousseau, setiap jenis individualisme atau
pencapaian pribadi adalah borjuis dan merusak kemajuan sejati.
Hal inilh
yang kemudian membawa kita kepada Agenda 2030. Agenda ini mengajukan rencana untuk
pemerintahan dunia lunak baru pada tahun 2030. Itu adalah rencana yang diadopsi
dengan suara bulat oleh PBB pada 25 September 2015 dan memiliki 91 bagian.
Agenda ini
mencakup setiap aspek pengalaman manusia, dan dengan demikian adalah
pemerintahan tanpa menggunakan kata ‘pemerintah.’ Alih-alih menekankan kata
"hak" secara keseluruhan, seperti yang dilakukan dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia PBB, kata "hak" hanya muncul satu kali
dalam Agenda 2030, di Bagian 19. Alih-alih "hak", dua kata kunci yang
muncul di seluruh Agenda adalah “kebutuhan” dan “keberlanjutan”. “Kebutuhan”
bergema dengan diktum Marxis Komunis “dari masing-masing orang sesuai dengan
kemampuannya, kepada masing-masing orang menurut kebutuhannya.” Sama seperti
negara-negara yang lebih kaya dan maju terlibat dalam berbagai program sosialis
dan kesejahteraan sosial untuk memenuhi kebutuhan warganya yang lebih miskin,
negara-negara kaya akan merasa lebih berkewajiban dan diharapkan untuk
berkontribusi lebih banyak untuk kebutuhan sesama warganya di negara global
yang baru ciptaan mereka. Identitas trans-nasional setiap orang akan
menggantikan identitas nasional. Kebutuhan orang akan menjadi yang paling utama
dalam pikiran orang, bukan lokasi mereka di dunia, etnis, agama, adat istiadat,
suku, diet, penampilan, dan identitas gender. Semua perbedaan menjadi bagian
dari kebutuhan dalam visi baru tentang dunia tunggal ini.
“Keberlanjutan”
juga membawa kita ke dalam lingkup kesamaan daripada perbedaan. Kita semua
menempati satu lingkungan yang sama. Masalah dengan lautan di dekat satu tempat
mungkin berdampak pada kualitas udara di tempat lain — hingga jauh —. Kita
semua harus menghirup udara di Planet Bumi. Kita saling mempengaruhi di seluruh
dunia melalui emisi karbon dan melalui kebiasaan membuang sampah. Sumber-sumber
daya alam mungkin tersedia untuk beberapa negara lebih dari yang lain, tetapi
sejauh kita semua adalah penghuni satu planet, sumber-sumber daya tersebut pada
akhirnya menjadi milik semua orang di seluruh dunia. Keberlanjutan menurut visi
ini merupakan isu global, dan harus ditangani sebagai isu global melalui
pemerintahan dunia yang terpusat.
Dengan
evolusi PBB di depan kita, tidakkah kita lebih mampu memahami mengapa kaum kiri
begitu nyaman dengan runtuhnya perbatasan kita di Amerika Serikat? Dengan
penangkapan dan ketersediaan begitu banyak peralatan militer AS di Afghanistan?
Dengan penggulingan hukum dan ketertiban di kota-kota kita sehingga kita
semakin terlihat seperti negara dunia ketiga yang sulit diatur setiap tahun?
Dengan anggaran kita yang begitu meningkat sehingga menimbulkan inflasi dan
keruntuhan mata uang hampir pasti?
Ya,
penulis ini mengusulkan bahwa "kesalahan" baru-baru ini terkait
dengan tujuan pemerintahan tunggal dunia, yang telah diucapkan dan
ditandatangani oleh AS. Disintegrasi yang kita hadapi di berbagai sektor, saya
yakin, adalah bagian dari langkah menuju runtuhnya kedaulatan kita demi
pemerintahan tunggal dunia seperti yang digariskan dalam Agenda 2030. Itu
adalah cita-cita komunisme.
Paus Pius X menentang agama tunggal dunia
dan penindasan terhadap yang lemah, dan semua orang yang bekerja keras dan menderita. Kita tahu betul bengkel-bengkel gelap di mana doktrin-doktrin jahat ini dijabarkan yang seharusnya tidak boleh merayu pikiran yang jernih." (Mandat Apostolik, Paus St. Pius X, 1910).
PBB – SARANG ULAR BELUDAK
"Amerika, kamu harus menyingkirkan dirimu sendiri, sebagai sebuah negara, dari keturunan ular berbisa di kotamu yang telah mengatur dirinya sendiri untuk mengatur masyarakat dunia dan membawa orang banyak kepada kehancuran." - Our Lady of the Roses, Bayside, 7 Desember 1971
------------------------------
Silakan membaca artikel lainnya di sini:
Francis
Menunjuk Jeffrey Sachs Sebagai Anggota Akademi Kepausan
Imam
Memaksa Para Seminaris Untuk Berenang Telanjang
Garda
Swiss Mengundurkan Diri Karena Menolak Vaksinasi COVID