These Last Days News - September 30, 2021
Great Reset Semakin Cepat Menuju Tirani Global
https://www.tldm.org/news51/the-great-res+et-is-accelerating-into-global-tyranny.htm
ConservativePlaylist.com reported on September 29, 2021:
by Dr. Joseph Mercola
SEKILAS KISAH
- Agenda Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2030 mencakup
diktum bahwa Anda “tidak akan
memiliki apa-apa dan bahagia.” Implikasi yang tidak disebutkan adalah
bahwa sumber daya dunia akan
dimiliki dan dikendalikan oleh elit teknokratis, dan Anda harus membayar
untuk penggunaan sementara atas segalanya.
- Agenda 2030 WEF adalah bagian dari apa yang sekarang
diiklankan sebagai The Great Reset.
- Juga bagian dari The Great Reset adalah berupa suatu
transisi dari kapitalisme pemegang saham kepada “kapitalisme pemangku
kepentingan”, yang diklaim oleh para pemimpin dunia akan memberikan
“kesetaraan” untuk semua orang.
- Pada kenyataannya, kapitalisme pemangku kepentingan
itu hanya menghancurkan kebebasan dan mengalihkan kekuasaan atas negara
dari pemerintah yang
dipilih oleh
rakyat kepada perusahaan swasta dan “pemangku kepentingan”
lain yang tidak dipilih oleh
rakyat, seperti WEF.
- Sejak kuartal pertama tahun 2020, kami telah
mengetahui apa arti The Great Reset bagi kesehatan masyarakat. Premis
dasarnya adalah keadaan biosekuriti, di mana “pemangku kepentingan” yang
tidak dipilih oleh
rakyat itu, memutuskan apa yang terbaik untuk semua orang.
Agenda Forum Ekonomi Dunia 2030 mencakup diktum aneh yang
tidak menyenangkan bahwa Anda akan “tidak memiliki apa-apa dan bahagia.”
Implikasi yang tidak dikatakan di sini adalah bahwa sumber daya dunia akan dimiliki dan dikendalikan
oleh elit teknokratis, dan Anda harus membayar untuk penggunaan sementara dari
segalanya.
Tidak ada yang benar-benar akan menjadi milik Anda pribadi. Semua barang dan sumber daya harus digunakan oleh
kolektif, bersama orang-orang lain, sementara kepemilikan aktual dibatasi untuk lapisan atas
kelas sosial. Bagaimana perbudakan yang dipaksakan ini akan membuat Anda bahagia?
Sekali lagi, implikasi yang tidak disebutkan dalam
promosi Great Reset adalah bahwa kurangnya kepemilikan adalah kenyamanan
— mereka hanya membuat hidup Anda lebih mudah. Anda hanya diharuskan menyewa sebuah pot, lalu kembalikan. Anda tidak perlu ruang penyimpanan!
Bayangkan kebebasannya! Mereka bahkan menjanjikan kenyamanan pengiriman drone
otomatis langsung ke pintu rumah Anda.
Kecerdasan buatan — yang menyedot data Anda tentang setiap aspek keberadaan Anda melalui hampir setiap bagian dari teknologi dan gadget yang Anda miliki — akan menjalankan hidup Anda, memprediksi setiap suasana hati dan keinginan Anda, memenuhi setiap keinginan Anda. Ah, sebuah kemewahan! karena Anda tidak harus membuat keputusan apa pun!
Pencurian yang Direncanakan Di Bawah
Kedok Pandemi
Ini
adalah pola pikir yang mereka coba programkan ke dalam diri Anda. Sebagai salah
satu contoh saja, dalam pengumuman video pertengahan November 2020, Perdana
Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan:
“Pandemi ini telah memberikan peluang bagi sebuah Reset Besar. Ini adalah kesempatan kita untuk mempercepat upaya pra-pandemi kita untuk membayangkan kembali sistem ekonomi yang benar-benar mengatasi tantangan global seperti kemiskinan ekstrem, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim.”
Namun,
beberapa orang mulai menyadari bahwa narasi tentang "membangun kembali
dengan lebih baik" dan "Menyetel ulang" ekonomi untuk memastikan
terbentuknya "keadilan," ini hanyalah perangkap tikus yang terkenal.
Setelah Anda menggigit keju, Anda akan terjebak, dirampas kebebasan Anda
selamanya.
Dalam video
di atas, penulis Douglas Kruger menjelaskan mengapa kebebasan tidak
mungkin ada tanpa hak kepemilikan pribadi. Kaum elit teknokrat tentu saja tidak
ingin Anda memahami konsekuensi dunia nyata dari apa yang telah mereka
rencanakan, itulah sebabnya mereka mencoba menjual ide jahat ini sebagai
sesuatu yang akan menguntungkan masyarakat luas dan akhirnya membuat hidup adil
bagi semua orang. Ini adalah narasi yang menarik, tetapi fantasi yang berbahaya untuk diterima. Sebagaimana dicatat November
16, 2020, oleh File Nasional:
“… Trudeau menyarankan
virus COVID-19 memberikan 'kesempatan untuk melakukan sebuah Reset atau
‘penyetelan ulang’… untuk membayangkan kembali sistem ekonomi.' Ini diambil
sebagai dukungan dari rencana Forum Ekonomi Dunia untuk memusatkan sebagian besar
properti pribadi di tangan perusahaan-perusahaan Teknologi Besar.
Rencana 'Reset Besar'
melibatkan kolaborasi antara pemerintah nasional dan badan-badan internasional
untuk 'Reset kapitalisme' dengan negara kesejahteraan/pengawasan teknokratis
transnasional yang terintegrasi pada tahun 2030 …
Perusahaan-perusahaan
anggota WEF dan para mitra pemerintah akan mencapai 'Reset' ini dengan
menggunakan kebijakan ekonomi untuk secara virtual menghapuskan kepemilikan
individu dan memusatkan hampir semua kekayaan di tangan perusahaan-perusahaan
besar internasional.
Idenya adalah untuk
memanfaatkan ‘negara kesejahteraan’ dan ‘ekonomi pertunjukan’ untuk
menggantikan status quo ekonomi kepemilikan individu dengan status di mana sebagian
besar kebutuhan individu disewa sebagai gantinya.”
Belajar Mengenali Kata Kunci Reset Besar
Agenda
WEF 2030 adalah bagian tak terpisahkan dari apa yang sekarang diiklankan
sebagai The Great Reset, sebuah rencana yang berasal dari sesuatu yang disebut
Inisiatif Desain Ulang Global, yang dirancang oleh WEF setelah krisis ekonomi
2008. Situs web Transnational Institute menggambarkan inisiatif ini sebagai
“multi-stakeholderisme” sebagai “bentuk baru tata kelola global.”
Pada
sebuah catatan pinggir, ketika saya memasukkan referensi Institut
Transnasional, saya perhatikan URL menyertakan kata-kata "cadangan istilah
taksonomi dihapus kemudian." Saya tidak tahu apakah itu berarti sesuatu,
tetapi saya mengarsipkan halaman itu untuk berjaga-jaga. Istilah dan slogan
lain yang menggambarkan berbagai segi dari agenda pengambilalihan global ini
antara lain:
- Revolusi
Industri Keempat ( Revolusi Industri
4.0), yang merupakan bagian dari gerakan transhumanis. Dalam video di
atas, pendiri WEF, Klaus Schwab, menjelaskan rencana ini.
- Building Back Better (Membangun Kembali Lebih Baik).
- The Green New Deal (Kesepakatan Baru Hijau).
- "Ekuitas."
- Kapitalisme pemangku kepentingan.
Dalam beberapa hari terakhir, kita telah melihat banyak pemimpin dunia keluar bersama-sama untuk mengecam kapitalisme, dengan mengatakan bahwa kita membutuhkan “kapitalisme pemangku kepentingan.” Di antara mereka adalah Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, yang pada 17 September 2021 berbicara menentang kapitalisme pada sebuah pertemuan di London.
“Di Amerika, kapitalisme adalah sistem kami, ini adalah sistem
ekonomi kami, tetapi tidak melayani ekonomi kami sebagaimana mestinya,”
katanya. “Jadi yang ingin kita lakukan bukan berangkat dari itu, tapi
memperbaikinya.
Anda tidak dapat memiliki sistem di mana
keberhasilan beberapa orang muncul dari eksploitasi pekerja dan muncul dari
eksploitasi lingkungan dan yang lain-lainnya, dan kita harus memperbaikinya.”
Presiden
Biden adalah presiden AS pertama yang menganut kapitalisme pemangku
kepentingan, dan tokoh Demokrat terkemuka, termasuk Wakil Presiden Kamala
Harris dan Senator Elizabeth Warren, telah mempresentasikan proposal kebijakan
yang akan memasukkan kapitalisme pemangku kepentingan ke dalam undang-undang.
Apa itu Kapitalisme Pemangku Kepentingan?
Tapi apa
itu kapitalisme pemangku kepentingan? Jika itu lebih adil dan membuat semua
orang lebih sejahtera daripada sistem kapitalisme pemegang saham, yang kita
miliki selama ini, bukankah kita semua harus mendukungnya? Masalahnya adalah
cara itu dijelaskan bukan cara kerjanya di dunia nyata. Kedengarannya bagus
secara teori, tetapi hasil akhirnya tidak akan menguntungkan orang banyak atau
masyarakat biasa.
Seperti dilansir Ivan Wecke pada Open Democracy, dalam artikel berjudul ““Conspiracy Theories Aside, There Is Something Fishy About the Great Reset”
“Kumpulan teori konspirasi
di sekitar Great Reset samar-samar dan sulit dijabarkan,
tetapi dengan menyatukannya
memberi kita suatu kesimpulan seperti ini: Reset Besar adalah rencana elit
global untuk menerapkan tatanan dunia
komunis dengan menghapuskan kepemilikan pribadi sambil menggunakan COVID-19
untuk mengatasi kelebihan populasi dan memperbudak sisa-sisa umat manusia
dengan vaksin.
Penasaran … Saya memutuskan untuk mencari tahu apa sebenarnya rencana Great Reset WEF. Inti dari teori konspirasi adalah agenda rahasia dan niat jahat.
Meskipun ini mungkin tidak ada dalam inisiatif Great Reset WEF, apa yang saya temukan adalah sesuatu yang hampir sama menyeramkannya yang bersembunyi di depan mata. Malah lebih seram karena nyata dan sedang terjadi sekarang. Dan itu melibatkan hal-hal mendasar seperti makanan kita, data pribadi kita, dan vaksin kita. Kata-kata ajaibnya adalah 'kapitalisme pemangku kepentingan', sebuah konsep yang telah diketukpalu oleh ketua WEF Klaus Schwab selama beberapa dekade dan yang menempati tempat kebanggaan dalam rencana Great Reset WEF mulai Juni 2020.
Idenya adalah bahwa kapitalisme global harus dirubah sehingga perusahaan tidak lagi hanya fokus melayani pemegang saham tetapi menjadi penjaga masyarakat dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, pemasok, karyawan, komunitas, dan 'pemangku kepentingan' lainnya.
Cara WEF melihat kapitalisme pemangku kepentingan dilakukan adalah melalui serangkaian 'kemitraan multi-pemangku kepentingan' yang menyatukan sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil di semua bidang tata kelola global.
Gagasan kapitalisme pemangku kepentingan dan kemitraan multi-pemangku kepentingan mungkin terdengar hangat dan tidak jelas, sampai kita menggali lebih dalam dan menyadari bahwa ini sebenarnya berarti memberi perusahaan lebih banyak kekuasaan atas masyarakat, dan institusi demokrasi lebih sedikit.”
Kapitalisme Pemangku Kepentingan
Meningkatkan Kekuatan Korporasi
Inisiatif
Desain Ulang Global, yang menjadi dasar untuk Reset Besar, telah digambarkan
sebagai “proposal paling komprehensif untuk mendesain ulang tata kelola global
sejak perumusan Perserikatan Bangsa-Bangsa selama Perang Dunia II.” Jadi, ini
bukan masalah cubitan kecil. Ini adalah perombakan total tentang cara kita
menjalankan bisnis dan mengatur negara, tidak hanya di AS tetapi juga secara
global.
Dalam
model multi-stakeholder ini, pemerintah hanyalah salah satu pemangku
kepentingan di antara banyak pemangku kepentingan lainnya. Pemangku kepentingan
lain yang harus diperhitungkan termasuk organisasi non-pemerintah seperti WEF
itu sendiri dan berbagai perusahaan multinasional. Dengan kata lain, pemangku
kepentingan lain ini akan memiliki suara dalam hal bagaimana negara harus diatur.
Perhatikan bahwa para pemimpin dunia akan menekankan bahwa para pemangku kepentingan adalah termasuk juga lingkungan dan pekerja. Kenyataannya, bagaimana pun, adalah bahwa kebutuhan dan keinginan pekerja dan alam hampir tidak menjadi pusat perhatian dari model ini. Seperti yang dijelaskan oleh Wecke:
“Alih-alih perusahaan melayani banyak pemangku kepentingan, dalam model tata kelola global multi-pemangku kepentingan, perusahaan dipromosikan menjadi pemangku kepentingan resmi dalam pengambilan keputusan global, sementara pemerintah diturunkan menjadi salah satu dari banyak pemangku kepentingan.
Dalam praktiknya, perusahaan-perusahaan swasta menjadi pemangku kepentingan yang utama, sementara pemerintah mengambil peran di belakang, dan masyarakat sipil sebagian besar hanya sebagai etalase belaka.”
Kapitalisme Pemangku Kepentingan
Diambil alih oleh Siluman
Wecke
menunjukkan bahwa ekosistem multi-stakeholder ini telah diterapkan dan
berkembang setiap hari. Itu bukan sesuatu yang mereka usulkan untuk diterapkan
di masa depan. Sebaliknya, mereka pada dasarnya hanya memberi tahu kita apa
yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun ini.
“Kelompok
multi-stakeholder telah tersebar di semua sektor sistem tata kelola global,”
kata Wecke, seraya mencatat bahwa sudah ada “lebih dari 45 kelompok
multi-stakeholder global yang menetapkan standar dan menetapkan pedoman dan
aturan di berbagai bidang.”
Kelompok-kelompok
ini, yang tidak memiliki akuntabilitas demokratis, terdiri dari perusahaan
multinasional besar, milik swata, yang merekrut orang dalam di dalam
pemerintahan, masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan. Bersama-sama, mereka
mengklaim untuk memecahkan segala macam masalah yang mengganggu masyarakat.
Pada
dasarnya, mereka percaya bahwa mereka tahu apa yang terbaik untuk semua orang,
dan tanpa dipilih mereka berbicara dan bertindak atas nama kita, mereka membuat
keputusan sepihak yang akan menentukan bagaimana kita hidup, tumbuh, dan
sejahtera.
Sejak kuartal pertama tahun 2020, kita telah merasakan apa arti Reset Besar bagi kesehatan masyarakat. Ini pada dasarnya, didasarkan pada premis bahwa kita hidup dalam keadaan biosekuriti, di mana 'pemangku kepentingan' yang tidak dipilih oleh rakyat ini memutuskan apa yang terbaik untuk kita, terlepas dari bagaimana perasaan kita tentang hal itu.
Salah
satu contoh “ekosistem” multi-stakeholder yang sudah berjalan adalah inisiatif
COVAX, yang bertujuan untuk mempercepat peluncuran vaksin COVID-19. Inisiatif
ini dibuat oleh dua kelompok pemangku kepentingan, GAVI dan Koalisi untuk
Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dalam kemitraan dengan Organisasi
Kesehatan Dunia dan didanai oleh pemerintah-pemerintah.
GAVI dan
CEPI keduanya terikat dengan WEF, Bill & Melinda Gates Foundation dan
daftar panjang perusahaan obat. Seperti dicatat oleh Wecke, sementara
pemerintah mendanai inisiatif COVAX, koalisi yang berpusat pada perusahaan
(GAVI dan CEPI) mengawasi dan menuai keuntungan besar dari pekerjaan tersebut.
Kita
telah diberi gambaran sekilas tentang masalah inti dengan sistem ini, yaitu
bahwa itu sepenuhnya didorong oleh keuntungan. Pada tahun 2020, Afrika Selatan
dan India berusaha untuk mencabut aturan kekayaan intelektual pada teknologi
vaksin COVID-19 untuk meningkatkan manufaktur di negara berkembang. GAVI, Gates
sendiri, dan industri obat-obatan sangat menentang, seperti yang Anda duga.
Mengapa?
Karena kesehatan masyarakat bukanlah insentif atau motivasi utama mereka.
Keuntungan adalah tujuan utama. Keuntungan adalah kepentingan utama mereka, dan
sebagai “pemangku kepentingan” utama, kepentingan mereka harus diperhitungkan dengan
kepentingan pemangku kepentingan lainnya, seperti keinginan dan selera
masyarakat untuk tidak sakit dan tidak cepat mati. Dan, yah, mereka berada di
pusat struktur kekuasaan, jadi tebaklah kepentingan siapa yang menang, dan akan
selalu menang?
Kapitalisme Pemangku Kepentingan Akan
Menghancurkan Kebebasan Individu
Wecke
menggambarkan multi-stakeholderisme sebagai “pembaruan multilateralisme WEF,”
yang merupakan sistem di mana negara-negara di dunia saat ini bekerja sama. Pada
intinya ada PBB disana.
Sejauh ini, sistem
ini masih demokratis, setidaknya secara teori, karena para pemimpin terpilih
adalah orang-orang yang disatukan untuk membuat keputusan global. Masalah yang
kita hadapi adalah bahwa kapitalisme pemangku kepentingan yang sekarang
diusulkan tidak akan memperdalam
demokrasi melainkan menghilangkannya sama sekali. Desainnya mengesampingkan
pemerintah dan menempatkan pemangku kepentingan yang tidak dipilih, terutama
perusahaan-perusahaan transnasional, di kursi pengemudi, memberi mereka
otoritas tertinggi untuk membuat keputusan bagi dunia secara keseluruhan, yang
justru semakin sering kita alami selama pandemi ini. Seperti yang dijelaskan
oleh Wecke:
“Terus terang, kemitraan multi-stakeholder adalah kemitraan publik-swasta di panggung global. Dan mereka memiliki implikasi dunia nyata tentang bagaimana cara sistem pangan kita diatur, seberapa besar teknologi diatur dan bagaimana vaksin dan obat-obatan kita didistribusikan.”
Kita Juga Sedang Menjalani Reset (Pengaturan
Ulang) Bidang Medis
Sejak
kuartal pertama tahun 2020, kita telah mengetahui apa arti The Great Reset bagi
kesehatan masyarakat. Ini pada dasarnya didasarkan pada premis bahwa kita hidup
dalam keadaan biosekuriti, di mana
“pemangku kepentingan” yang tidak dipilih rakyat ini memutuskan apa yang
terbaik untuk kita, terlepas dari bagaimana perasaan kita tentang hal itu.
Misalnya,
rumah sakit di seluruh AS diinstruksikan untuk menggunakan perawatan COVID
paling mematikan yang bisa dibayangkan, dan dokter yang melanggar pedoman dan
benar-benar melakukan yang terbaik untuk pasien, mereka terancam izin medisnya.
Hanya berbicara tentang perawatan COVID yang efektif saja sudah akan
menempatkan sasaran tembak yang tepat di punggung seorang dokter.
Di
negara-negara di mana-mana, orang-orang diberitahu bahwa suntikan vaksin COVID
adalah satu-satunya jalan ke depan, dan paspor vaksin – yang pernah dicemooh
sebagai teori konspirasi paranoid – sedang diterapkan. Siapa yang membuat
keputusan ini? Tidak ada yang mengakui sumber sebenarnya dari
keputusan-keputusan penting ini, tetapi kita dapat yakin bahwa itu berasal dari
sebuah pusat kendali, dijalankan oleh orang-orang yang tidak pernah dipilih
untuk berkuasa.
Di
seluruh dunia, permainan pikiran bengkok ini sedang dimainkan, di mana para
pemimpin dunia sekarang memberi tahu kita bahwa paspor vaksin adalah
"tiket menuju kebebasan" kita, dan sama sekali mengabaikan fakta
bahwa kebebasan kita tidak, dan tidak dapat, didasarkan pada pilihan medis
kita.
Trudeau,
misalnya, baru-baru ini menyatakan bahwa paspor vaksin adalah berbicara tentang
"semua hal" yang memberi tahu Anda bahwa "jika Anda telah
melakukan hal yang benar, Anda akan aman" ke mana pun Anda pergi. Dan
mereka yang menolak untuk melakukan "hal yang benar ini," yah, mereka
sama sekali tidak berhak atas "kebebasan" yang sama.
Bahwa
penanggulangan penyakit yang kita lihat saat ini untuk COVID-19 tidak akan
berakhir dengan COVID-19 saja, itu sudah jelas. Baru saja, presiden Biden telah
menandatangani perintah eksekutif yang menambahkan campak ke dalam daftar penyakit
di mana seseorang dapat dikarantina dan/atau dipaksa untuk mengasingkan diri
“untuk melindungi kesehatan masyarakat.”
Sekali
lagi, apa yang sedang dibangun di sekitar kita adalah keadaan biosekuriti yang
akan mengendalikan setiap aspek kehidupan kita di bawah alasan “melindungi
kesehatan masyarakat,” tanpa mereka melakukan
hal-hal seperti itu. Tidak dapat disangkal bahwa tindakan pencegahan COVID
telah menghasilkan kehancuran yang jauh lebih besar daripada yang sebenarnya
dilakukan oleh virus itu sendiri, dan tindakan pencegahan ini terus
menghancurkan kehidupan dan membunuh orang banyak secara tidak perlu, semuanya
di bawah panji menjaga kita “aman” dari penyakit.
Fakta
bahwa orang-orang sekarat karena bunuh diri, kelaparan, masalah medis yang
tidak diobati, dan cedera akibat vaksin, yah, itu tidak masuk hitungan. Mereka
melindungi kita dari COVID! Dan tentu saja, itu akan bisa diperluas untuk
melindungi kita dari infeksi lainnya.
Sebagai
penutup, kapitalisme pemangku kepentingan ini pada dasarnya adalah suatu bentuk
fasisme global, di mana negara-negara tidak dijalankan oleh pemerintah yang
dipilih saja, tetapi oleh perusahaan-perusahaan yang tidak dipilih rakyat untuk
memimpin, dalam kemitraan dengan pemerintah. Adapun "ekuitas," saya
tidak akan menahan napas lagi untuk itu karena ia telah menjadi kenyataan.
Kesetaraan yang mereka bicarakan adalah kita
semua berada dalam posisi menyedihkan yang sama, tidak memiliki apa-apa dan
tidak memiliki hak asasi manusia.
Senator Warren Mengancam Amazon agar
menutup fakta 'Kebenaran Soal COVID-19'
Sejak
penerbitan buku terbaru saya, “The Truth
About COVID-19,” yang menjadi best seller instan di Amazon.com telah
terjadi peningkatan yang signifikan dalam seruan untuk penyensoran dan serangan
kejam terhadap diri saya.
Baru-baru
ini, apa yang disebut Senator AS "progresif" Elizabeth Warren, D-Mass,
dalam upaya yang keterlaluan, fitnah, dan pada dasarnya tidak konstitusional
untuk menekan kebebasan berbicara, mengirim surat ke Amazon, menuntut
"peninjauan segera" dari algoritme mereka untuk menyingkirkan
buku-buku yang menjajakan “informasi yang salah tentang COVID.”
Warren
secara khusus memilih buku saya “Kebenaran
Tentang COVID-19” sebagai contoh utama dari “buku-buku berperingkat tinggi
dan ditandai dengan baik berdasarkan kepalsuan tentang vaksin dan pengobatan
COVID-19” yang ingin dia larang untuk dijual.
Dua hari
kemudian, Perwakilan AS Adam Schiff, D-Calif., mengikuti jejak Warren, mengirim
surat kepada Facebook dan Amazon, menyerukan penyensoran informasi tentang vaksin
yang lebih gencar. Bahkan Presiden Joe Biden baru-baru ini menggunakan laporan
yang dibantah sebagai satu-satunya sumbernya untuk menyerukan penyensoran tulisan-tulisan
saya.
Sayangnya,
serangan-serangan ini dilakukan oleh orang-orang yang dipilih untuk melindungi
demokrasi dan hak-hak konstitusional kita. Pada dasarnya, apa yang mereka minta
adalah pembakaran buku modern. Ini adalah demokrasi, bukan monarki.
Begitulah, “Kebenaran Tentang COVID-19” mengungkap
agenda tersembunyi di balik pandemi, menunjukkan bahwa tindakan pencegahan yang
mereka laksanakan tidak ada hubungannya dengan kesehatan masyarakat dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan upaya mengantarkan sistem sosial dan ekonomi baru
berdasarkan kontrol totaliter yang dipimpin oleh teknokrasi. Jadi, bukan
informasi yang salah yang mereka takutkan. Tetapi adalah kebenaran yang ingin mereka cegah agar tidak menyebar.
--------------------------------
Silakan membaca
artikel lainnya di sini:
Sadarlah
Francis, sang pendukung vaksin!
Status
HIV: Pastor promotor Pesta Seks Homo Diselidiki
Pesan
dari Santo Gabriel, Malaikat Agung kepada pastor Michel Rodrigue
Bencana-Bencana
Alam Terbaru Di Dunia
4
Khasiat Minyak Bunga Geranium Untuk Kesehatan