Wednesday, October 20, 2021

Uskup Agung Viganò Memperingatkan Akan Datangnya Kediktatoran Ekologis

 

Uskup Agung Viganò Memperingatkan Akan Datangnya Kediktatoran Ekologis 

https://www.lifesitenews.com/opinion/745041/ 

 


“Pelacur kekuasaan ini, yang tidak dipilih oleh siapa pun dan yang berhutang pengangkatan mereka kepada elit globalis yang menggunakan mereka sebagai pelaksana perintah yang keji, sejak 2017 telah menyatakan dengan tegas masyarakat yang ingin mereka capai.” 

 

Mon Oct 18, 2021 - 8:28 am EDT

 

TURIN, Italy (LifeSiteNews) — This is a translated transcription of Archbishop Viganò’s video message for the October 15, 2021 “No Fear Day” in Turin (Torino), Italy. 

 

Anda telah berkumpul, dalam jumlah besar, di piazza di Turin ini, saat ratusan ribu orang di seluruh dunia menunjukkan penentangan mereka terhadap pembentukan sebuah tirani global.

 

Selama berbulan-bulan hingga sekarang, terlepas dari sikap keheningan media yang memekakkan telinga, jutaan warga dari setiap negara berteriak "TIDAK!" Tidak untuk kebodohan pandemi, tidak untuk penguncian wilayah, untuk jam malam, untuk pemaksaan vaksin, untuk paspor kesehatan, untuk pemerasan kekuatan totaliter yang diperbudak oleh kaum elit global. Ini adalah kekuatan yang mengungkapkan dirinya sebagai kejahatan intrinsik, yang dijiwai oleh ideologi neraka dan didorong oleh tujuan kriminal. Sebuah kekuatan yang sekarang menyatakan telah melanggar kontrak sosial dan menganggap kita bukan sebagai warga negara, tetapi sebagai budak kediktatoran yang hari ini adalah kediktatoran kesehatan dan besok akan menjadi kediktatoran ekologis.

 

Kekuatan ini begitu yakin bahwa sekarang ia telah berhasil dalam kudeta diam-diamnya sehingga tanpa malu-malu menampar wajah kita tidak hanya dengan ideologi yang memotivasinya, tetapi juga dengan agama yang mengilhaminya. Hari ini juga di Bukit Quirinal – Istana yang pernah menjadi kediaman Paus Tertinggi di Kota Roma – sebuah pameran sedang dibuka yang secara simbolis berjudul “Inferno (neraka),” yang pusatnya adalah patung Auguste Rodin The Gates of Hell, yang diselesaikan antara 1880 dan 1890. Karya ini dimaksudkan sebagai pintu masuk Museum Seni Hias di Paris, dan modelnya juga dipresentasikan pada Pameran Paris 1900 untuk memeterai sifat Masonik dan anti-Katolik dari peristiwa itu. Terlebih lagi, selama bertahun-tahun hingga sekarang idola Moloch dari setting lokasi syuting untuk film Cabiria telah berdiri di Colosseum. Jadi kita memiliki iblis yang melahap anak-anak, “Gerbang Neraka” yang terinspirasi oleh puisi Charles Beaudelaire Fleurs du mal (Bunga Iblis), dan juga “Festival Penghujatan” beberapa hari yang lalu di Naples. Di kota San Gennaro (Santo Januarius), dengan seizin pemerintah kota setempat, poster-poster dipajang yang menunjukkan penghujatan yang mengerikan terhadap Tuhan, untuk merayakan kebebasan berpikir dan berbicara dengan cara menghina Tuhan.

 

Mereka memberi tahu kita dengan jelas: mereka adalah pelayan iblis, dan karena itu mereka mengklaim hak untuk menegaskan diri mereka sendiri, untuk dihormati, dan untuk menyebarkan ide-ide mereka. Dan bukan hanya ini: atas nama kekuasaan yang mereka rampas – kekuasaan yang menurut Konstitusi seharusnya menjadi milik rakyat – mereka menuntut kepatuhan kita sampai pada titik melukai diri sendiri, perampasan hak-hak paling dasar, dan pembatalan dari identitas kita.

 

Para pelacur kekuasaan ini, yang tidak dipilih siapa pun dan yang berhutang pengangkatan mereka kepada elit globalis yang menggunakan mereka sebagai pelaksana perintah yang keji, sejak 2017 telah menyatakan dengan tegas masyarakat yang ingin mereka capai. Dalam dokumen tentang Agenda 2030 yang ditemukan di situs web Forum Ekonomi Dunia, kita membaca: “Saya tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki privasi, dan hidup tidak pernah lebih baik.” Hak milik pribadi, dalam rencana kaum globalis yang dipromosikan oleh Klaus Schwab Rothschild, pencetus The Great Reset, harus dihapuskan dan diganti dengan pendapatan universal yang memungkinkan orang untuk menyewa rumah, bertahan hidup, dan membeli apa yang telah diputuskan untuk dijual oleh kaum elit, bahkan mungkin sinar matahari dan udara yang dihirup orang kebanyakan, harus minta ijin dan mengemis kepada kaum elit itu.

 

Ini bukanlah mimpi buruk dystopian: inilah yang sedang mereka persiapkan untuk dilakukan, dan bukan kebetulan bahwa dalam minggu-minggu ini kita mendengar pembicaraan tentang revisi perkiraan pendaftaran tanah dan insentif untuk restrukturisasi real estat di Amerika Serikat dan Eropa. Pertama mereka membuat kita berhutang dengan fatamorgana yang seolah mau memulihkan rumah kita, kemudian bank menyita dan menyewakan rumah yang sama kepada kita. Hal yang sama terjadi dengan pekerjaan: hari ini mereka memberi tahu kita bahwa kita dapat bekerja asalkan kita memiliki "paspor hijau", sebuah penyimpangan yuridis yang menggunakan psiko-pandemi untuk mengendalikan kita, melacak setiap gerakan kita, dan memutuskan siapakah kita, di mana, dan kapan kita bisa keluar dan pulang. Agenda 2030 juga memasukkan uang elektronik, tentu saja, dengan kewajiban untuk membeli dan menjual dengan kartu yang terkait dengan “paspor hijau” dan kredit sosial. Karena darurat kesehatan dan darurat ekologi yang akan segera terjadi secara efektif melegitimasi mereka yang memegang kekuasaan untuk menciptakan sebuah sistem guna mengevaluasi perilaku kita, seperti yang sudah berlaku di Cina dan Australia. Masing-masing dari kita akan memiliki skor tertentu, dan jika seseorang tidak divaksinasi, jika dia makan terlalu banyak daging, jika dia tidak menggunakan mobil listrik, skor poinnya akan berkurang, dan dia tidak akan dapat menggunakan layanan tertentu, bepergian dengan pesawat atau kereta api berkecepatan tinggi, atau dia harus membayar perawatan medisnya sendiri atau mengundurkan diri dari makan kecoak dan cacing tanah untuk mendapatkan kembali poin yang memungkinkannya untuk hidup. Saya ulangi: ini bukan hipotesis dari beberapa "teori konspirasi", tetapi fakta yang sudah terjadi, sementara media massa milik rezim memuji kegunaan chip di bawah kulit yang menyederhanakan segalanya, menggabungkan paspor hijau, kartu identitas, kartu kredit, dan catatan pajak.

 

Tetapi jika hari ini adalah mungkin untuk mencegah kita bekerja hanya karena kita tidak tunduk pada aturan yang tidak sah, diskriminatif, dan menindas, menurut Anda apa yang akan menghentikan para tiran ini untuk memutuskan bahwa suatu hari nanti kita tidak dapat pergi ke restoran atau pergi bekerja? jika kita telah berpartisipasi dalam demonstrasi yang tidak sah, atau jika kita telah menulis postingan di media sosial yang mendukung pengobatan rumahan, menentang kediktatoran, atau mendukung mereka yang memprotes pelanggaran hak-hak mereka? Apa yang akan menghentikan mereka dari menekan tombol dan mencegah kita menggunakan uang kita, hanya karena kita tidak terdaftar di partai politik tertentu atau karena kita tidak mau menyembah Ibu Pertiwi, idola "hijau" baru yang dihormati terutama oleh Bergoglio.

 

Mereka ingin merampas sumber penghidupan kita, memaksa kita menjadi apa yang tidak kita inginkan, hidup seperti yang tidak kita inginkan, dan memaksa agar kita percaya pada hal-hal yang kita anggap sebagai bidaah yang menghujat.

 

“Anda harus inklusif (masuk dalam hitungan mereka, menuruti mereka),” demikian kata mereka kepada kita; tetapi mereka mencelakai kita, mendiskriminasi kita karena kita ingin tetap waras, karena kita menganggap normal bahwa keluarga terdiri dari seorang pria dan seorang wanita, karena kita ingin melestarikan kepolosan anak-anak kita, karena kita tidak ingin untuk membunuh anak-anak dalam kandungan atau orang tua dan sakit di ranjang rumah sakit mereka.

 

“Model kami untuk masyarakat didasarkan pada persaudaraan,” demikian mereka meyakinkan kita; tetapi dalam masyarakat mereka orang dapat menjadi saudara hanya dengan menyangkal dan menghujat Bapa dan Tuhan kita bersama. Untuk alasan ini kita melihat begitu banyak kebencian terhadap Tuhan kita, Bunda Terberkati, dan para Orang Kudus. Untuk itu, dengan dalih merayakan Sang Penyair Agung, setan, sembahan mereka, mereka tidak membuat pameran tentang Surga, melainkan tentang Neraka, yang telah menjadi tempat yang diinginkan dan dicapai di bumi ini.

 

“Kami menghormati semua budaya dan tradisi agama,” kata mereka menyebutkan; dan memang benar bahwa semua berhala dan takhayul menemukan tempat di Panteon ekumenis dari Agama Universal baru yang diinginkan oleh Freemasonry dan gerejanya Bergoglio. Tetapi hanya ada satu agama yang dilarang: Agama yang benar yang diajarkan Tuhan kita kepada para Rasul, Agama yang diusulkan Gereja kepada kita untuk dipercaya. Memang benar bahwa dalam wadah peleburan globalis semua budaya mendapatkan penerimaan, kecuali budaya kita. Barbarisme poligami, kekasaran, ketidaksopanan, penghinaan, segala sesuatu yang jelek dan cabul dan ofensif memiliki hak untuk memanifestasikan dirinya dan memaksakan dirinya; dan pada saat yang sama, dengan koherensi tertinggi, peradaban – budaya sejati, khazanah seni dan sastra, kesaksian Iman kita yang diungkapkan dalam gereja, monumen, lukisan, dan musik – semua ini harus dilarang agar tidak ada konfrontasi di antara mereka. Tidak ada istilah perbandingan yang menunjukkan betapa mengerikannya dunia yang mereka dambakan, dan betapa nikmatnya dunia yang telah mereka buat, kita tolak dan kita hina.

 

Kebohongan berkuasa, dan tidak ada kewarganegaraan atau tempat berlindung bagi kebenaran. Anda telah mengalami ini sekarang, dalam beberapa bulan terakhir, dengan melihat betapa beraninya media arus utama telah menyampaikan propaganda atas nama narasi pandemi, mengecam setiap suara sumbang; dan hari ini mereka yang tidak setuju dengan Sistem tidak hanya dicemooh dan didiskreditkan, tetapi bahkan dikriminalisasi, dituduh sebagai musuh publik, dan dianggap sebagai orang gila yang harus menjalani perawatan kesehatan jiwa wajib. Ini adalah cara yang digunakan setiap rezim totaliter untuk menghadapi musuh politik dan agama. Semuanya berulang, tepat di depan mata kita, saat ini, dengan cara yang jauh lebih halus dan licin. Sebaliknya, mereka yang tunduk pada tirani dan menawarkan kesetiaan, mereka dipuji di depan umum, terlihat di semua program televisi, dan dipamerkan sebagai referensi otoritatif.

 

Protes kita terhadap paspor hijau tidak boleh berhenti pada mempertimbangkan peristiwa khusus ini, betapapun tidak sah dan diskriminatifnya, tetapi harus meluas kepada gambaran keseluruhan, mengetahui bagaimana mengidentifikasi tujuan ideologi globalis, yaitu mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan Tuhan, dan mereka yang merupakan kaki tangan dan yang mungkin menjadi sekutu kita. Jika kita tidak memahami ancaman yang membayangi kita semua, membatasi diri kita untuk memprotes hanya satu detail – meskipun sangat mencolok – dari keseluruhan masalah, kita tidak akan mampu melakukan perlawanan yang kuat dan berani. Sebuah perlawanan yang seharusnya tidak didasarkan pada permintaan sederhana untuk kebebasan – betapa pun sah dan dapat disebarkan - tetapi lebih pada klaim bangga akan penghormatan terhadap identitas, budaya, peradaban, dan Iman kita yang membuat Italia menjadi hebat dan yang menjiwai setiap ekspresi kehidupan nenek moyang kita, dari yang paling rendah hati sampai yang paling mulia.

 

Paspor hijau hanyalah langkah lebih jauh menuju Gerbang Neraka yang ditampilkan hari ini di Bukit Quirinal, sebuah kebiadaban yang dilakukan oleh mereka yang percaya bahwa mereka tidak tergoyahkan dan bahwa mereka menikmati perlindungan yang kuat.

 

Kita tidak memiliki miliaran dolar uang George Soros dan Bill Gates; kita tidak memiliki yayasan filantropi, dan kita tidak menyuap para politisi untuk menjadikan mereka sekutu; kita tidak memiliki stasiun televisi atau media sosial untuk berbagi ide kita; kita tidak terorganisir seperti para pendukung Great Reset, dan kita tidak berhipotesis tentang pandemi atau skenario ekonomi.

 

Tapi, Anda lihat, bahkan dalam kelemahan kita yang tampak, meskipun tidak berhasil memiliki visibilitas di televisi atau media sosial; meskipun tidak terorganisir dan sedikit cenderung untuk berdemonstrasi dan memprotes – karena ini selalu menjadi hak prerogatif kaum revolusioner profesional dan kaum anarkis Kiri – namun kita memiliki sesuatu yang tidak mereka miliki. Kita memiliki Iman, kepastian janji Tuhan kita: “Pintu-pintu neraka tidak akan menang.” Dan kita juga dijiwai oleh kekuatan batin yang bukan milik kita sendiri, dan itu mengingatkan kita akan keberanian yang tenang yang dengannya orang-orang Kristen yang teraniaya menghadapi penganiayaan dan kemartiran – sebuah kekuatan yang menakutkan mereka yang tidak memiliki hati, yang menakutkan mereka yang mengabdi pada sebuah ideologi kematian dan kebohongan, yang tahu dan sadar bahwa mereka berada di pihak yang akan dikalahkan selamanya.

 

Mereka lupa, hamba-hamba Tata Dunia Baru yang celaka ini, bahwa tatanan baru mereka adalah sebuah distopia, memang distopia neraka, yang menjijikkan bagi kita semua justru karena tidak menganggap bahwa kita tidak terbuat dari sirkuit elektromagnetik, melainkan dari daging dan darah, gairah, kasih sayang, dan tindakan kemurahan hati dan kepahlawanan. Karena kita adalah manusia, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tetapi iblis tidak dapat memahami ini: dan karena alasan ini, mereka akan gagal total.

 

Kita menanggapi Gerbang Neraka Rodin dengan Ianua Coeli, Gerbang Surga: gelar yang dengannya kita memanggil Sang Perawan Tersuci. Semoga dia yang dalam Kitab Wahyu menghancurkan kepala Ular kuno, akan menjadi Ratu kita dan Pemimpin kita dalam pertempuran ini, dengan mengingat kemenangan dari Hatinya yang Tak Bernoda.

 

Dan agar hari ini di mana Anda secara terbuka dan dengan berani menunjukkan penentangan Anda terhadap tirani yang akan datang, tidak tetap steril dan kehilangan cahaya supernatural, saya mengundang Anda semua untuk bergabung dengan saya dalam mengucapkan kata-kata yang Tuhan ajarkan kepada kita. Marilah kita melakukannya dengan semangat, dengan dorongan cinta kasih, memohon perlindungan Tuhan kita dan Bunda-Nya yang Mahakudus atas kita semua, keluarga kita, Tanah Air kita, dan seluruh dunia: Bapa kami yang ada di Surga…

 

 

+ Carlo Maria Viganò, Archbishop

 

----------------------------------

 

Silakan membaca artikel lainnya di sini: 

Bertahan dari “Sinodalitas”

Umat Katolik Yang Cacat atau L.A.M.E.

Khayalan ekonomi a la Francis, mengapa itu tidak diterapkan di Vatikan?

Pendidikan Globalis

LDM, 19 Oktober 2021

Freemasonry — Musuh Mematikan Bagi Gereja Katolik

Yuuge: Antipaus Bergoglio Mengakui Bahwa Para Kardinal Secara Khusus...