Volume 1 : Misteri Keadilan Allah
Bab 35
Penebusan dosa
Ingin dihormati
didalam berdoa
Bunda Agnes dari Yesus
dan Sr.Angelique – St.Severin dari Cologne Frances dari Pampeluna Venerabilis
dan para imam – Pastor Streit SJ
Hendaknya kita memperlakukan hal atau benda yang suci dengan cara yang suci
pula. Segala sikap tidak hormat didalam perbuatan rohani kita sangat tidak
menyukakan Allah. Ketika Agnes dari Langeac Venerabilis yang telah pernah kita
ceritakan diatas, menjadi Kepala biara, dia sangat menganjurkan kepada seluruh
anggota biara itu untuk menghormati dan bersemangat didalam berhubungan dengan
Allah, dan mengingatkan mereka akan Sabda Kitab Suci ini :”Terkutuklah dia yang
memandang karya-karya Allah dengan sikap acuh”. Ada seorang Suster dari komunitas
itu yang bernama Angelique meninggal. Suster Kepala yang suci itu berdoa
didekat kuburnya, dan tiba-tiba dia melihat Suster yang meninggal itu ada
dihadapannya, dengan berpakaian seragam biara. Dia berlutut dan pada saat yang
sama seolah ada suatu nyala api menyentuh wajahnya. Sr.Angelique
berterima-kasih kepadanya karena telah mendorongnya untuk bersemangat dan
terutama membuatnya sering mengulangi kalimat ini :”Terkutuklah dia yang
memandang karya-karya Allah dengan sikap acuh”. “Teruskanlah ibu”, kata jiwa
itu, “untuk mendorong para Suster lainnya agar bersemangat. Semoga mereka
melayani Allah dengan sikap yang sangat berhati-hati, mengasihi Tuhan dengan
segenap hati mereka dan dengan segenap kemampuan jiwa mereka. Jika saja mereka
tahu betapa kerasnya siksaan-siksaan yang ada didalam Api Penyucian ini, maka
mereka tak akan berbuat jelek dengan bersikap acuh, sekecil apapun juga”.
Peringatan yang terus berlangsung ini dicontohkan atas diri para imam,
dimana relasi mereka dengan Allah bersifat berkelanjutan dan amat luhur
sifatnya. Semoga mereka selalu mengingat hal itu, tak pernah melupakannya,
apakah mereka mempersembahkan kemenyan, doa, ataupun membagikan Harta Ilahi
dari Sakramen-sakramen, atau apakah mereka diatas altar untuk merayakan misteri-misteri
Tubuh dan Darah Yesus Kristus Lihatlah apa yang diceritakan oleh St.Peter
Damianus didalam suratnya yang ke 14 kepada Desiderius.
St.Severin, Uskup Agung Cologne, karena memuliakan Gerejanya dengan sebuah
contoh keutamaan kehidupan apostoliknya, kerja kerasnya demi penyebar-luasan
Kerajaan Allah didalam jiwa-jiwa, telah mendatangkan kehormatan kanonisasi
baginya. Begitulah, setelah kematiannya, dia menampakkan diri kepada salah satu
imam didalam katedral dan meminta doa-doanya. Imam ini tidak bisa mengerti
bahwa ada seorang pejabat Gereja seperti Severin itu yang masih membutuhkan
doa-doanya. Lalu jiwa dari Uskup Severin menjawab :”Memang benar Tuhan telah
memberiku rahmat untuk bisa melayani Dia dengan segenap hatiku dan untuk
bekerja di kebun anggurNya. Namun aku sering menentangNya dengan sikap
tergesa-gesa ketika aku berdoa. Tugas pekerjaanku sehari-hari amat menyita
perhatianku sehingga ketika saat berdoa itu tiba, aku sering melalaikan tugas
yang besar itu, yaitu berdoa, dan kemudian mengalihkan doa itu pada saat yang
lain, tidak seperti yang dianjurkan oleh Gereja. Saat ini aku sedang menebus
dosa-dosaku atas ketidak-setiaan itu, dan Tuhan mengijinkan aku untuk datang
kepadamu dan meminta bantuan doa-doamu”. Didalam biografi itu diceritakan pula bahwa
Severin berada 6 bulan didalam Api Penyucian karena satu kesalahan itu saja.
Sr.Frances dari Pampeluna Venerabilis, yang telah kita sebutkan diatas,
suatu hari melihat didalam Api Penyucian ada seorang imam yang malang yang
jari-jarinya digerogoti oleh borok yang mengerikan. Dia dihukum seperti itu
didalam Api Penyucian karena diatas altar imam itu telah membuat tanda salib
dengan tidak menaruh perhatian sama sekali pada gerakan tangannya. Sr.Frances
mengatakan bahwa pada umumnya para imam berada didalam Api Penyucian lebih lama
dari pada umat awam, dan bahwa siksaan mereka adalah sesuai dengan kemuliaan
dari profesi mereka. Tuhan juga menyatakan kepadanya akan keadaan dari beberapa
jiwa imam yang telah meninggal. Salah satu dari mereka harus menjalani 40 tahun
penderitaan didalam Api Penyucian karena dengan kelalaiannya dia telah
membiarkan seseorang meninggal tanpa menerima Sakramen-sakramen. Ada lagi imam
yang menjalani hukuman 45 tahun karena telah melakukan tugas-tugas perutusannya
yang mulia itu dengan kemalasan. Ada seorang Uskup dimana kedermawanannya telah
membuatnya dijuluki ‘almoner’ telah ditahan didalam Api Penyucian selama 5
tahun karena dia ingin mencari popularitas dirinya. Yang lain lagi, ada seorang
imam yang kurang bersikap murah hati dan dia dihukum selama 40 tahun karena
alasan itu.
Tuhan berkehendak agar kita melayani Dia dengan segenap hati kita, dan agar
kita menghindari, sejauh kelemahan manusiawi mengijinkan, segala bentuk
ketidak-sempurnaan, sekecil apapun. Hendaknya kita selalu berusaha menyukakan
Allah dan takut mengecewakan Dia diserta dengan kepercayaan akan kerahimanNya.
Yesus Kristus telah menganjurkan kita untuk mendengarkan para imam yang
telah ditunjuk oleh Tuhan untuk menempati posisiNya, untuk menjadi penuntun
rohani kita, dan untuk mematuhi petunjuk dari atasan kita atau bapa pengakuan
kita dengan kepercayaan yang penuh. Maka rasa takut yang berlebihan adalah
justru melawan kerahimanNya.
Pada tanggal 12 Nopember 1643, Pastor Philip Streit dari the Society of Jesus, seorang religius
yang bijaksana, meninggal di the Novitiate of Brunn di Bohemia. Setiap hari dia
selalu merenungkan suara hatinya dengan sangat berhati-hati, dan melalui cara
ini dia mendapatkan kemurnian jiwa. Beberapa jam setelah kematiannya, dia
menampakkan diri dengan bercahaya berkilauan kepada salah satu Pastor dari
ordonya, Pastor Martin Strzeda Venerabilis. “Satu kesalahan”, katanya, “telah
mencegah diriku untuk masuk ke Surga, dan menahan aku selama 8 jam didalam Api Penyucian.
Hal itu karena aku kurang cukup percaya akan perkataan Kepala biara, yang pada
saat-saat terakhir kehidupanku berusaha untuk menenangkan sedikit masalah dalam
hal suara hatiku. Seharusnya aku memperhatikan perkataannya itu sebagai suara
Tuhan sendiri”.
No comments:
Post a Comment