Paus Leo XIII, Bunda Maria Fatima & Suster
Lucia
These Last Days News - August 7, 2017
FATIMA DAN ‘TANDA-TANDA
ZAMAN’ PERLU DICERMATI LEBIH DEKAT ...
by Pastor Regis
Scanlon, OFMCap
Prolog:
Mencari Titik Tolak Dan Dialog Bersama
Sementara kita hendaknya tidak dengan sembarangan mencari
tanda-tanda dari Allah, Alkitab dan Konsili Vatikan II keduanya menyatakan
bahwa adalah bijaksana untuk membaca ‘tanda-tanda zaman’ (Mat 16: 3).
Bagaimanapun juga, jika Allah menawarkan tanda zaman itu kepada kita, akan ada
konsekuensi serius jika kita tidak mengenali dan mengindahkannya.
Jadi,
apakah ‘tanda zaman’ bagi kita pada dekade kedua dari milenium ketiga ini, pada
awal 2017?
Saya percaya bahwa ‘tanda-tanda zaman’ bagi kita di abad ke-21 ini adalah tanda-tanda yang diungkapkan kepada Paus Leo XIII pada
tahun 1884, dan kepada anak-anak di Fatima pada
tahun 1916 dan 1917. Saya menganggap
bahwa adalah sebuah kesalahan bagi dunia - terutama bagi Gereja – jika
mengabaikan pengalaman mistis Paus Leo
XIII serta penampakan Bunda Maria di
Fatima. Namun, justru itulah yang terjadi. Khususnya berkaitan dengan Fatima,
banyak, jika tidak sebagian besar, dalam hierarki Vatikan tampaknya telah
mengabaikan rincian peringatan Bunda Maria (termasuk yang disebut sebagai Rahasia
Ketiga) atas hal-hal yang terjadi saat
ini.
Saya
percaya tidak ada yang bisa bergerak semakin jauh dari kebenaran. Mengabaikan
pesan Fatima hari ini adalah seperti kita mengabaikan suara alarm kebakaran dan
detektor asap yang berbunyi pada saat yang bersamaan di rumah seseorang. Pada tahap
yang mengerikan, sebenarnya dunia telah melakukan pelanggaran terhadap
kemurnian dan pernikahan yang diperingatkan oleh Bunda Maria di Fatima. Saat ini,
seabad kemudian, kita melihat dampaknya yang terjadi sekitar kita: penghinaan
terhadap makna pernikahan yang sebenarnya, dukungan yang semakin meluas
terhadap kebobrokan seksual, dan ketidakpedulian serta pengabaian terhadap
penerimaan Komuni Kudus secara layak.
Kecuali
Gereja mau kembali kepada pengakuan akan pentingnya peristiwa dan pesan Fatima,
dan pewartaan yang antusias akan pesan Fatima (dan terutama penentangan sengit
terhadap semua kegiatan setan, seperti yang dikatakan oleh Paus Leo XIII), maka
iman saya mengatakan kepada saya bahwa kita akan ditakdirkan untuk menderita segala
akibatnya. Namun, Tuhan tidak ingin kita menderita hal ini! Saya percaya hal ini
dan itulah sebabnya Dia memberi kita tanda-tanda penting di abad ke-19 dan awal
abad ke-20, agar kita dapat bertobat dan memperbaiki diri kita di abad ke-21. Karena
itu, saya memohon kepada hierarki Gereja, kepada setiap imam dan otoritas mengajar
di dalam Gereja, untuk mempertimbangkan kembali ketidakpedulian mereka terhadap
tanda-tanda yang diberikan di Fatima bagi saat ini, serta pengalaman dari Paus
Leo XIII. Setiap umat awam Katolik harus mempertimbangkan hal ini juga.
Tanda-tanda
penting ini telah disahkan oleh Gereja, dan ia memiliki relevansi besar bagi
kita dewasa ini. Paus Leo XIII menerima tanda dari Tuhan pada tahun 1884, dan
33 tahun kemudian, tiga anak gembala di Fatima, Lucia, Jacinta, dan Francisco,
menerima tanda-tanda melalui penampakan dari Malaikat, dan dari Bunda Maria,
yang berlangsung dari tahun 1915 hingga 1917.
Secara
keseluruhan, pesan kepada Paus Leo XIII, dan penampakan Malaikat dan Bunda
Maria di Fatima, mengungkapkan rencana setan: bahwa setan akan berusaha
menghancurkan Gereja selama periode 100 tahun.
Tiga
Peristiwa Penting
Saya ingin membahas, secara terperinci, peristiwa-peristiwa di
balik tanda-tanda ini, karena saya percaya kita belum melihat kesimpulan dari
pesan-pesan itu. Inilah sebabnya mengapa sangat mendesak bagi Gereja untuk mencermati
kembali peristiwa-peristiwa ini. Kecuali jika Gereja mau memimpin umatnya untuk
mengakui peringatan-peringatan ini, dan menuntun umat di jalan yang menuju
pertobatan besar, maka kita masih akan menghadapi berbagai konsekuensinya.
Peristiwa
pertama adalah visi (atau lokusi) dari Paus Leo XIII pada 13 Oktober 1884. Yang
kedua adalah penampakan Malaikat kepada ketiga anak di Fatima pada tahun 1916;
dan tanda ketiga dan terakhir adalah penampakan Bunda Maria kepada anak-anak
Fatima pada 13 Oktober 1917. Peristiwa dan tanda terakhir ini menyajikan pesan
yang sangat mendesak dan dramatis karena termasuk keajaiban berputarnya
matahari, yang terjadi di hadapan ribuan orang (termasuk banyak orang atheis), dimana
matahari itu meluncur ke arah bumi, seolah-olah akan menghancurkan umat
manusia.
Peristiwa pertama: Dalam
visi atau lokusi setelah komuni, Paus Leo XIII pada 13 Oktober 1884, dia
mendengar percakapan antara Tuhan dan setan di mana setan menantang Tuhan
dengan mengatakan bahwa dia dapat menghancurkan Gereja jika dia diberi waktu
dan kekuatan. Dia meminta kepada Tuhan waktu 100 tahun untuk mencobai Gereja,
dan Tuhan mengijinkannya — kemungkinan besar adalah demi kehormatan dan
kemuliaan-Nya.
Pesan Ilahi
kepada Leo XIII ini menunjukkan bahwa, pada akhirnya, St. Michael, Malaikat
Agung, akan mengalahkan setan, dan kuasa Tuhan akan bersinar di dunia. Pesan
ini menggemakan kisah-kisah dalam Alkitab di mana St. Michael mengalahkan setan
(Why. 12: 7-12), dan menguncinya selama seribu tahun (Why 20: 1-3). Karena inilah,
tidak diragukan lagi, mengapa Leo XIII menulis sebuah doa kepada St. Michael,
yang diberikan kepada Gereja setelah dia merenungkan lokusinya pada 13 Oktober
1884 — doa yang hendaknya didaraskan setiap akhir Misa hingga saat KV II.
(setidaknya, di AS), dan kemudian kebiasaan mendaraskan doa itu menghilang
secara misterius — meskipun doa itu tetap hidup di dalam hati banyak sekali umat
Katolik yang setia di seluruh dunia, yang selalu mendaraskannya secara teratur,
bahkan setiap hari. Jelaslah bahwa doa ini harus dihidupkan lagi pada akhir
setiap Misa di seluruh dunia saat ini.
St.Michael, Malaikat Agung, belalah kami pada
hari pertempuran ini. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan dari
si jahat. Dengan rendah hati kami mohon, kiranya Allah menghardiknya, dan
semoga engkau, hai panglima pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah, mencampakkan
kedalam neraka setan dan semua roh jahat lainnya, yang berkeliaran di dunia,
yang hendak membinasakan jiwa-jiwa. Amin.
Peristiwa Kedua: Tiga
puluh satu tahun kemudian, pada tahun 1915, dan lagi pada tahun 1916, sementara
Lucia, Jacinta, dan Francisco menggembalakan domba-domba mereka di Fatima,
mereka menerima penampakan dari Malaikat, setiap tahun. Selama penampakan kedua,
malaikat muncul dengan sebuah Piala yang di atasnya tergantung Hosti Kudus,
dari mana beberapa tetes Darah jatuh dari Hosti itu ke dalam piala di bawahnya.
Sementara piala dan Hosti Kudus itu menggantung diam di udara, malaikat itu bersujud
menyembah dan memuji di hadapan Hosti dan piala itu, dan meminta kepada anak-anak
Fatima itu untuk melakukan hal yang sama. Dia kemudian meminta anak-anak itu untuk
mengulangi bersamanya tiga kali:
Tritunggal Yang Mahakudus — Bapa, Putra, dan Roh Kudus — aku memuji Engkau.
Aku mempersembahkan Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Yesus Kristus yang amat berharga,
yang hadir di semua tabernakel di dunia, sebagai silih atas segala penghinaan, pencemaran,
dan ketidakpedulian yang menentang Dia. Dan melalui jasa yang tak terhingga
dari Hati-Nya Yang Mahakudus, dan Hati Maria Yang Tak Bernoda, aku mohon
kepada-Mu demi pertobatan orang-orang berdosa.
Malaikat
itu kemudian mengambil Hosti Kudus, dan memberikan-Nya kepada Lucia, dan
memberikan piala kepada Jacinta dan Francisco, dan berkata:
Terimalah
Tubuh dan Darah Yesus Kristus, yang sangat dihinakan oleh orang-orang yang
tidak tahu berterima kasih. Lakukanlah silih bagi dosa-dosa mereka, dan
hiburlah Allahmu.
Karena
itu, Allah sangat tersinggung oleh mereka yang menerima Komuni Kudus secara tidak
layak, dan mereka harus bertobat atas semua sakrilegi yang mereka lakukan. Pesan
yang jelas di sini adalah bahwa penghujatan terhadap Ekaristi tidak akan
dibiarkan begitu saja. Seseorang harus melakukan penebusan dosa atas pelanggaran-pelanggaran
ini.
Peristiwa Ketiga: Tahun
berikutnya, pada 13 Oktober 1917, hanya 33 tahun setelah lokusi Leo XIII, Bunda
Terberkati menampakkan diri kepada tiga anak gembala Fatima. Pesan Bunda Maria
di Fatima cukup sederhana. Dunia harus bertobat atas dosa-dosanya, atau Tuhan
akan menghukum dunia. Bunda Maria meminta anak-anak itu untuk ‘berdoa Rosario
dan melakukan penebusan dosa untuk perdamaian dunia.’ Kemudian ketika Jacinta
terbaring sekarat di rumah sakit di Lisbon, Bunda Maria mengatakan kepadanya,
bahwa dosa yang paling menyinggung Allah adalah ‘dosa daging,’ Dan bahwa banyak
pernikahan yang tidak baik. Jadi, bagaimana Jacinta yang berusia pra-remaja yang
sedang sekarat saat itu, yang berusia 10 tahun, bisa mengetahui tentang hal-hal
ini pada tahun 1920?
Dia
sering bertanya kepada saya tentang masalah ini, dan saya pikir, sekarang,
bahwa ketika di Lisbon dulu, mungkin terpikir olehnya untuk mengajukan
pertanyaan itu kepada Bunda Maria sendiri, dan bahwa inilah jawaban yang
diterimanya.
Ini
tidak berarti bahwa ‘dosa daging’ atau ‘perkawinan yang bermasalah’ adalah dosa
yang terburuk, tetapi bahwa itu adalah dosa yang paling banyak dan paling sering
dilakukan orang, dengan akibat yang mengerikan di dalam hukuman kekal.
Bunda
Maria memberi anak-anak Fatima itu sebuah tanda — yang telah dia umumkan
sebelumnya — sehingga banyak orang datang untuk melihat dan mempercayai
pesannya. Selama penampakan itu, Lucia menunjuk ke arah langit, dan pada saat
itu awan-awan nampak bergulung kembali, dan matahari tampak berputar-putar, dan
bergerak mendekati bumi seakan mau menabraknya.
Antara
lima puluh dan tujuh puluh lima ribu orang, yang berkumpul pada hari itu, kemudian
menjadi percaya. Lautan lumpur tempat mereka berdiri segera mengering, begitu
pula pakaian mereka, yang basah kuyup karena hujan selama tiga hari, menjadi
kering. Orang-orang atheis yang mencetak laporan dari acara tersebut di surat
kabar sekuler mereka, adalah termasuk di antara para saksi. Seseorang bahkan
dapat menemukan foto-foto dari cerita surat kabar di buku-buku tentang mukjizat
Fatima.
Makna
dari ‘hujan turun’ dan ‘ancaman bumi ditabrak oleh matahari,’ dalam konteks
peringatan Bunda Maria tentang menghindari dosa, dapat dipahami oleh mereka
yang akrab dengan Kitab Suci. Karena orang-orang pada zaman Nuh yang dihukum
oleh banjir karena mengambil nyawa manusia, dan Sodom dan Gomora yang dihukum
oleh api dari langit karena ‘dosa-dosa kedagingan,’ terutama tindakan sodomi
yang merupakan nama yang diberikan untuk tindakan homoseksual (Kej 6-9; 18-19).
Ancaman itu merupakan gaung dari ajaran St. Paulus dalam Perjanjian Baru bahwa
"murka Allah" akan menimpa semua orang yang melakukan
"amoralitas seksual, kenajisan, dan nafsu" dan terutama "nafsu
yang tidak wajar" atau aktivitas homoseksualitas (Kol 3: 5 -5; Rm 18-28). Jadi,
“murka Allah” turun ke dunia ketika pembunuhan dan kenajisan seksual — terutama
tindakan homoseksual — menjadi merajalela. Mengapa? Mungkin karena pelanggaran kepada
kehidupan dan kasih ini akan mengakhiri dunia, jika hal itu dibiarkan
berlanjut. Karena itu, Bunda Maria memperingatkan Gereja bahwa setan akan
berusaha menghancurkan Gereja, terutama melalui "dosa kedagingan,"
seperti perkawinan yang tidak wajar – yang diperparah dengan banyaknya tindakan
Komuni sakrilegi. Pesannya adalah bahwa Tuhan sangat tersinggung oleh kejahatan
ini, dan jika hal itu tidak diperbaiki, Dia akan menghukum dunia seperti pada
zaman Nuh, serta zaman Sodom dan Gomora.
Tiga Tanda
Itu Adalah Peringatan Dari Tuhan
Dengan mengumpulkan semua informasi ini bersama, kita dapat mengasumsikan
bahwa serangan setan ini akan terjadi pada zaman sejarah kita sendiri, sekarang
ini. Bahwa waktunya adalah sekarang ini, itu sulit disangkal, ketika kita
menganggap bahwa tanda-tanda itu mengungkapkan bahwa senjata ‘ganda’ dari setan itu akan berupa "dosa-dosa kedagingan" dan "Komuni
sakrilegi."
Kenyataannya,
dua kejahatan besar ini ada di sekitar kita, hari ini. Pada saat yang sama, hanya
ada sedikit sekali perbaikan atas kejahatan ini dalam beberapa waktu terakhir,
terutama dari para pemimpin Gereja. Tidak ada yang dapat meragukan bahwa kita
masih jauh dari dipersatukan, dalam doktrin kita. Hal ini sangat meresahkan
karena, menurut tiga tanda yang membentang dari tahun 1884 hingga 1917, kecuali
Gereja dan otoritas dunia mau bertindak untuk menentang dan memperbaiki
kejahatan-kejahatan ini, maka Bunda Maria tidak akan dapat “tetap memegangi
tangan Putranya yang Terkasih agar tidak menimpa dunia ini" melalui pengadilan-Nya.
Kemudian bumi akan dimurnikan, dan Tuhan akan sekali lagi dihormati dan
disembah sebagaimana Dia seharusnya.
Jika
tangan Tuhan jatuh ke atas dunia, itu pasti akan dianggap sebagai hukuman,
tetapi itu adalah benar-benar tindakan belas kasihan Tuhan. Mengapa? Karena,
jika umat manusia diizinkan untuk melanjutkan jalan hidupnya yang anti-kehidupan
seperti saat ini lebih lama lagi, maka hasil akhirnya pasti akan berupa
kematian pada skala dunia. Baik akal maupun iman memberi tahu kita bahwa jika
manusia menggunakan kehendak bebasnya untuk mempromosikan kematian, maka
kematian adalah apa yang akan kita bawa ke atas diri kita sendiri.
Ingatlah
bahwa Paus Paulus VI meramalkan hampir 50 tahun yang lalu, dalam Humanae Vitae no.17, bahwa kontrasepsi
akan menyebabkan keruntuhan pernikahan dan keluarga, dan bahwa perempuan akan
mengalami kekerasan, dan diperlakukan seperti benda. Sekarang, lihatlah bahwa kita
hidup dengan keadaan yang menyedihkan ini setiap hari. Sekarang, ditambah lagi
dengan segala bentuk kejahatan lain yang telah diterima secara universal di
dunia kita sejak tahun 1968. Kita telah berjalan jauh melampaui kejahatan kontrasepsi,
penerimaan sterilisasi, aborsi, genosida, euthanasia, bunuh diri dengan bantuan,
pernikahan homoseksual, dan yang terbaru, “disfungsi gender."
Hari
ini kita berada di tengah-tengah apa yang dilihat oleh Yohanes Paulus II pada
tahun 1995, dan memperingatkan tentang Evangelium
Vitae No.28 — pertumbuhan yang terus berkembang dari “budaya kematian.” Hal
ini telah menjadi badai kejahatan yang sempurna di seluruh dunia, dan sama
sekali tidak mengada-ada bagi orang beriman untuk percaya bahwa penerimaan
kejahatan yang merajalela ini menuntun kita ke arah semacam bunuh diri dunia,
mungkin saling bunuh diri dengan senjata nuklir. Jelas, umat manusia tidak akan
selamat dari kontaminasi nuklir — meski mereka tidak akan mau. Ini adalah
bagian dari peringatan yang diberikan Bunda Maria kepada Sr. Lucia setelah dia masuk
ke dalam biara. Kasusnya telah terjadi saat ini, dimana kita memiliki pilihan
antara "Fatima atau Bunuh Diri Dunia."
Maka
dari itu, kejahatan harus ditentang. Jika manusia tidak akan melakukannya,
Tuhan yang akan melakukannya. Jika Tuhan melakukannya, bentuknya mungkin akan berupa
penderitaan besar di seluruh dunia. Tetapi apa pun yang terjadi, Hati Bunda
Maria yang Tak Bernoda akan menang, dan "zaman damai akan diberikan kepada
dunia."
Peringatan
Itu Dimaksudkan Untuk Kita Hari Ini
Hari
ini, kita melihat peringatan-peringatan Bunda Maria sedang berlaku di sekitar
kita. Statistik menunjukkan penghinaan terhadap pernikahan, dan perceraian yang
meluas. Perzinaan dan percabulan adalah hal biasa. Sementara itu meski "sodomi"
telah ada sejak jaman dahulu, namun pada tahun 1917 (zaman Fatima) gagasan tentang
"perkawinan homoseksual" yang legal - terutama pada skala dunia – masih
belum bisa dibayangkan akan terjadi. Demikian pula, sementara aborsi telah
memainkan peran yang menyedihkan sepanjang sejarah manusia, kecuali untuk
beberapa budaya pagan yang brutal, aborsi jelas tidak didukung penuh oleh
masyarakat, dan aborsi masih dilarang oleh pemerintah, sebagai "hak
hukum" pada tahun 1917 (zaman Fatima). Namun saat ini, aborsi dilindungi,
bahkan di negara-negara Katolik tradisional, yang telah menyebabkan jumlah
mengerikan: 1,5 miliar bayi dibunuh di seluruh dunia sejak 1980. Dan setelah Air Bah, Tuhan berkata kepada Nuh: "Tetapi
mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala
binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa
sesama manusia.”(Kej. 9: 5).
Dan renungkan
pula banyaknya penghujatan terhadap Tuhan kita dalam Komuni Kudus. Pada tahun
1917, saya ragu Anda bisa menemukan seorang Katolik yang taat, pada masa itu,
yang tidak akan ngeri mendengar bahwa seorang Katolik secara teratur menerima
Komuni tanpa ada yang menegur, meskipun dia bercerai dan menikah lagi, atau
mempraktikkan percabulan, perzinahan, atau tindakan homoseksualitas.
Namun saat
ini, semua tindakan keji ini diabaikan, diremehkan, atau ditutup-tutupi, dan
tidak hanya oleh umat Katolik biasa yang duduk di bangku-bangku gereja, tetapi juga
oleh banyak sekali pastor dan pemimpin Gereja! Seolah-olah Gereja berada di
arah yang berlawanan dari apa yang dianjurkan oleh Malaikat di Fatima.
Siapakah
yang dapat menyangkal, hari ini, bahwa Gereja nampak jelas mendorong terjadinya
Komuni sakrilegi? Mayoritas Uskup Jerman menginginkan agar orang yang bercerai
dan menikah lagi secara tidak sah, dapat menerima Komuni, bahkan tanpa
pembatalan atas perkawinannya yang bermasalah, dan tanpa melakukan pantang sex
secara lengkap. Ide-ide yang serupa juga muncul di negara-negara lain, seperti
di Amerika Serikat misalnya. Beberapa
uskup di negara-negara ini mempromosikan perbuatan sakrilegi (mungkin tanpa
sepengetahuan orang banyak) dengan menafsirkan dan mengikuti dokumen kepausan,
Amoris Laetitia, seakan dokumen itu memberi izin kepada pasangan yang menikah
secara tidak sah, hidup dalam perzinaan yang obyektif, untuk menerima Komuni
melalui apa yang disebut "bentuk solusi internal" di dalam pengakuan
dosa. Yang lain lagi bahkan bertindak lebih jauh dengan memperdebatkan komuni terbuka, dengan menentang hukum Kanon
915, yang isinya meminta para pastor untuk menolak orang menerima Komuni jika orang
tersebut bersikap keras kepala, dan di depan umum, hidup dalam dosa obyektif. Bahkan
kepala Departemen Pernikahan dan Kehidupan Keluarga Vatikan sekalipun, tampaknya
mengatakan bahwa, dalam beberapa kasus, orang yang hidup dalam perkawinan yang
tidak sah dapat menerima Komuni tanpa persyaratan untuk hidup sebagai kakak dan
adik.
Nampak jelas bahwa ada sejumlah uskup yang
berpikir bahwa, jika orang tidak percaya, atau tidak tahu, bahwa mereka hidup
dalam perzinaan, maka mereka bebas untuk menerima Komuni Kudus, karena tidak
ada tindakan jahat dari pihak orang tersebut, dan oleh karena itu, tidak ada
tindakan sakrilegi yang dilakukan. Yang benar adalah, bahwa sementara seseorang
bisa bebas dari dosa karena ketidaktahuan mereka, tetapi tindakan itu sendiri masih
tetap merupakan tindakan yang secara intrinsik adalah jahat. Perbuatan itu
sendiri masih sangat menentang Tuhan! Padahal Gereja dengan jelas mengajarkan
bahwa: Karena itu, merupakan kesalahan untuk menilai moralitas tindakan manusia
dengan hanya mempertimbangkan niat yang mengilhami mereka, atau keadaan
(lingkungan, tekanan sosial, paksaan atau darurat, dll) yang mendasari konteks pemikiran
mereka.
Selanjutnya,
Gereja mengajarkan bahwa:
... ada
tindakan-tindakan, yang dalam dirinya sendiri, terlepas dari keadaan dan niat
mereka, selalu terlarang dengan alasan dari objek mereka; seperti penistaan,
pembunuhan dan perzinahan. Karena itu sebaiknya seseorang tidak pernah
melakukan kejahatan agar kebaikan dapat dihasilkan darinya.
Dan
ketika tindakan-tindakan jahat yang obyektif dikombinasikan dengan penerimaan
Tubuh dan Darah Yesus Kristus dalam Komuni Kudus, maka itu selalu merupakan
penistaan. Hal itu membawa kerugian besar bagi Gereja, dan mengundang hukuman
yang adil dari Allah.
Adalah
sebuah misteri dan tanda dari masa-masa sulit kita sekarang, bahwa ajaran yang
berbahaya ini belum diperbaiki. Ini merupakan pukulan terhadap ajaran Gereja
yang otentik, dan mengabaikan kebenaran bahwa Kitab Suci, dan St. Paulus, tidak
mungkin salah. Menyatunya dosa perzinaan dengan Komuni Kudus seakan mengipasi
api ‘murka’ Tuhan atas Gereja, dan dunia. Tentunya, inilah sebabnya mengapa ada
begitu banyak kebingungan dan ketidakharmonisan di antara para pemimpin Gereja,
dan mengapa dunia menderita dengan meningkatnya perbuatan amoralitas,
perselisihan, kekerasan, pertumpahan darah, dan perang saat ini.
Tanggal
13 Oktober 1917 Mungkin Adalah Pilihan Setan
Oleh
karena itu, mengingat merebaknya kejahatan dan penistaan di dunia sejak tahun
1917, hal itu tidaklah berada di luar kemungkinan — dan pada kenyataannya,
sepertinya benar — bahwa setan memilih untuk memulai perang 100 tahunnya di dalam
Gereja pada 13 Oktober 1917.
Mungkin, tanggal itu memiliki makna setan karena menandai tahun ke 33
sejak Leo XIII menerima lokusi. Mungkin,
setan ingin mengejek 33 tahun Tuhan kita berada di bumi? Bukanlah hak kita
untuk mengetahui hal ini, tetapi kita bisa berspekulasi. Apakah Bunda Maria
ikut campur tangan dalam melawan rencana setan ini dengan meminta dan menerima
izin dari Allah Bapa, untuk memperingatkan dunia? Dan apakah dia melakukannya
melalui berbagai penampakan dan pesannya kepada anak-anak Fatima pada 13
Oktober 1917? Saya percaya bahwa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini adalah
"ya."
Jika demikian, itu berarti bahwa 13 Oktober 2017
akan menandai berakhirnya 100 tahun pemerintahan setan. Karena
itu, hari itu, yang juga akan menandai peringatan 100 tahun keajaiban matahari
di Fatima, akan menjadi penting sebagai peringatan Maria yang besar, dan sebagai hari peringatan bagi dunia juga. Sekali
lagi, ada begitu banyak hal yang tidak boleh kita ketahui, kecuali bahwa kita
dapat mengamati keadaan dunia kita, dan kita tahu bahwa sampai sekarang, manusia
belum juga bertobat dari dosa-dosa daging, atau dari Komuni sakrilegi.
Sebaliknya, semua dosa itu semakin tumbuh lebih buruk, dan dengan kecepatan
yang semakin besar.
Jadi,
Apa Yang Harus Dilakukan?
Gereja harus meninjau kembali pesan-pesan mendesak dari Paus
Leo XIII ini, dan pesan dari Fatima, dan menindaklanjuti peringatan tersebut.
Dengarkan ucapan John Paul II, yang saat itu masih sebagai Kardinal Karol
Wojtyla, yang berbicara pada tahun 1976 di Kongres Ekaristi di Philadelphia:
Kita
sekarang berdiri di hadapan sebuah konfrontasi historis terbesar yang pernah
dialami oleh manusia. Saya tidak berpikir bahwa lingkaran luas Masyarakat
Amerika, atau seluruh lingkaran luas Komunitas Kristiani, menyadari hal ini
sepenuhnya. Kita sekarang menghadapi konfrontasi terakhir antara Gereja melawan
anti-gereja, antara Injil melawan anti-Injil, antara Kristus melawan
Antikristus. Konfrontasi ini berada dalam rencana Kuasa Penyelenggaraan Ilahi.
Karena itu, dalam Rencana Tuhan, hal itu tentunya berupa pencobaan yang harus
dialami oleh Gereja, dan harus dihadapi dengan berani.
Di manakah
keberanian di Gereja dewasa ini? Tentu saja, ada banyak, banyak orang
pemberani, para pastor, kaum religius, dan umat awam yang hidup selaras dengan
hukum-hukum Allah. Tetapi gambaran umum
Gereja di dunia adalah bahwa ia menganggap "perubahan iklim" sebagai
masalah yang lebih serius daripada masalah agama, perpecahan keluarga atau pernikahan
yang tidak suci! Orang-orang menjadi kebingungan, dan memang kenyataan, dimana banyak
dari mereka hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah harus bertanggung jawab
kepada Allah atas tindakan mereka.
Namun, hierarki Gereja tampaknya tidak berdaya sama
sekali dalam menghadapi keruntuhan moral dunia. Mereka bahkan tampaknya telah
kehilangan minat untuk melakukan lebih banyak dalam melaksanakan pesan Fatima.
Pada 13
Mei 2000, sebuah dokumen Vatikan menyatakan:
Karena
kita tidak mengindahkan seruan Pesan Fatima ini, kita melihat bahwa pesan itu
telah digenapi, Rusia telah menginvasi dunia dengan kesesatannya. Dan jika kita
belum melihat penggenapan sepenuhnya dari bagian akhir dari nubuat ini, maka kita
sedang menuju ke sana, sedikit demi sedikit, dengan langkah-langkah besar.
Ini adalah sebuah kalimat yang sangat ambigu.
Penting untuk dicatat bahwa Vatikan sendiri merasa tidak pasti bahwa dunia
telah melihat ‘penggenapan penuh’ dari nubuat Fatima. Sekali lagi, tampaknya
ada fokus fatalistik pada kesimpulan negatif yang tersisa dari ramalan itu, bukannya
berfokus pada solusi seperti yang diminta Bunda Maria.
Fokus perhatian
Vatikan ini adalah salah. Karena kenyataannya, pesan Fatima telah mencapai
klimaksnya. Demikian pula, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa janji
"masa damai" oleh Bunda Maria Fatima ini bisa saja merujuk pada
pertempuran terakhir antara kebaikan melawan kejahatan, yang dimulai dengan
"masa damai," yang berupa "inklusi penuh" orang-orang
Yahudi dan “jumlah penuh orang-orang non-Yahudi” akan dibawa kepada
Gereja.“Masa damai” ini tidak diketahui durasinya. Itu bisa berlangsung
berbulan-bulan, puluhan tahun, bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad.
Satu-Satunya
Solusi
Apakah ini berarti bahwa pada 13 Oktober 2017 hukuman akan terjadi?
Kita tidak bisa tahu, tetapi kita bisa membaca tanda-tanda zaman. Jika Gereja
bersatu, dan dengan berani mulai mengajarkan kebenaran, maka 13 Oktober 2017
dapat menandai dimulainya sebuah era baru, ketika kerajaan setan akan mulai
hancur melalui karya-karya Gereja yang berani.
Namun,
jika para pemimpin Gereja, dan dunia gagal menghentikan kejahatan-kejahatan
ini, maka Tuhan sendiri akan melakukannya dengan “menyerahkan” umat manusia
kepada tindakan yang lebih “memalukan” dan “sesat,” yaitu mengalami “kemerosotan
dan kehancuran bersama tubuh mereka” dan “merendahkan” tubuh mereka melalui hawa
nafsu — yang bahkan melampaui tindakan homoseksual yang disebutkan oleh St.
Paul (1 Rm. 1: 24-32). Tuhan akan "menyerahkan" manusia kepada setan,
untuk mendorong dunia kembali kepada Allah, melalui berbagai malapetaka,
bencana, dan penyakit di seluruh dunia.
Bunda
Maria memperingatkan dunia agar dunia dapat menghindari hukuman ini. Solusi
yang diminta oleh Bunda Maria dan St. Michael sudah jelas. Ini adalah solusi
yang sama yang telah mereka minta dari kita — dan tidak dilaksanakan oleh kita
— sejak 1917: menerima Komuni secara layak dan setiap hari, adorasi harian kepada
Sakramen Mahakudus sebagai silih atas semua kebiadaban dan sakrilegi yang
dilakukan terhadap Sakramen Mahakudus; dan doa Rosario setiap hari. Hanya kali
ini, lebih baik kita melakukannya karena hukumannya pasti akan lebih besar
daripada yang terakhir, yaitu penyebaran komunisme, perang, dan penghancuran atas
banyak negara.
Beberapa
orang pasti akan mengatakan bahwa melakukan tindakan rohani ini ‘setiap hari’ adalah
terlalu banyak atau terlalu berat untuk bisa diharapkan. Kenapa musti ‘harian’?
Jawabannya adalah: sekarang ini kita sudah terlambat untuk bertindak setengah
langkah. Kita harus melakukan permintaan Bunda Maria ini sedekat mungkin dengan
‘harian.’ Masih ada waktu tersisa. Ingatlah akan rahmat Tuhan. Kita tidak boleh
putus asa. Ketika tugas-tugas ini kita terima dan kita praktikkan dengan penuh
sukacita, bersama dengan penebusan dosa bagi segala kesalahan dalam kehidupan
kita, maka Tuhan akan berkenan. Ketika ada cukup orang dari seluruh Gereja,
yang dipimpin oleh Paus, uskup, imam, dan diakon, dan melakukan upaya ini di
seluruh dunia, pastilah kuasa setan akan berakhir. Kita pasti bisa menghindari
hukuman yang dituntut oleh keadilan, dan perdamaian akan datang ke dunia.
Namun jika
para pemimpin Gereja kita masih menolak untuk melakukan apa yang diminta oleh Bunda
kita sejak 1917, maka saya percaya, bahwa kita harus bersiap untuk menerima penebusan
dosa — banyak dari itu — dan segera.
*****
FATIMA
"Anakku, berapa banyak peringatan yang telah kuberikan kepada
dunia, namun hal itu tidak diindahkan.
"Aku berharap agar kamu mengumumkan, atau menyegarkan
ingatan anak-anakku atas kunjunganku ke Fatima."
*****