Monday, February 17, 2020

APAKAH ANJURAN APOSTOLIK PAUS SOAL SINODE AMAZON...



APAKAH ANJURAN APOSTOLIK PAUS SOAL SINODE AMAZON, SEBUAH KELEGAAN ATAU PUNCAK DARI GUNUNG ES?


Satu peringatan besar dalam semuanya ini, yang dimaksudkan untuk menghindari penambahan minyak ke dalam api yang sudah berkobar: itu adalah berupa ambiguitas.

 
·        
By Robert Royal

13 Februari 2020 (The Catholic Thing) - Querida Amazonia, Nasihat Apostolik paus Francis Pasca-Sinode, dengan membaca sekali, sebagian besar isinya adalah berupa sebuah kejutan yang menyenangkan. Ini menunjukkan sedikit tindakan radikalisme yang sebagian besar terjadi di aula sinode dan di taman-taman Vatikan, dan bahkan di jalanan, selama Sinode Oktober lalu. Ia mengutip secara berlebihan dari teks-teksnya sendiri, pastinya, tetapi juga dari St. Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI, sedemikian rupa hingga Kardinal Gerhard Mueller, sebuah suara yang lantang dalam perdebatan Gereja saat ini, telah menyebut nasihat apostolik itu sebagai upaya rekonsiliasi.

Itu mungkin - atau mungkin juga tidak. Begitulah.

Dalam nasihat apostolik itu tidak ada penyebutan tentang viri probati yang menikah, sebagai obat bagi kekurangan imam di Amazon - tetapi juga tidak ada disebut tentang selibat imam. Sebaliknya, untuk saat ini, paus menginginkan para uskup di wilayah itu untuk menekankan panggilan imamat dan tanggung jawab para imam dari wilayah itu untuk tetap berada di sana, bukannya pindah ke Amerika Utara dan Eropa. Dan paus mengajak para imam yang cenderung menyukai tugas misioner, untuk pergi ke Amazon.

Pertanyaan tentang para diaken wanita, sebenarnya berbalik ke arah yang berlawanan dengan arah yang ditujunya. Francis mengatakan bahwa inovasi di sepanjang garis itu (mengijinkan diakon wanita) akan menjadi ‘klerikalisasi’ – sebuah istilah yang berkonotasi sangat negatif bagi Francis - dari kontribusi sejati yang telah dibuat dan terus dilakukan oleh wanita sesuai dengan sifat sejati mereka, yang patut diperhatikan karena ‘kekuatan kelembutan’ kaum wanita.

Ada petunjuk di sana-sini tentang adaptasi liturgi, tetapi bukan ‘Ritus Amazon’ yang banyak diperdebatkan selama sinode yang lalu (suatu kemustahilan yang tampaknya diberikan pada ratusan suku dan kelompok bahasa yang berbeda di Amazon yang harus diakomodasi).

Dan ada sedikit dari apa yang bisa disebut ‘sinkretisme atau penyatuan sementara’ – sebuah bentuk toleransi kesabaran terhadap campuran praktik pribumi dan Katolik dengan tujuan untuk melakukan pemurnian atas cara-cara pribumi, dimana tindakan sinkretisme ini kadang-kadang diperbolehkan oleh para misionaris dan tidak perlu menjadi masalah, jika Anda yakin tentang tujuan akhirnya. Dan mengapa itu dilakukan? Oleh siapa?

Satu peringatan besar dalam semuanya ini, yang dimaksudkan untuk menghindari penambahan minyak ke dalam api yang sudah berkobar: itu adalah berupa ambiguitas – sebuah merek dagang khas dari Bergoglian - dalam hal ini berkaitan dengan Laporan Akhir Sinode Amazon, yang isinya jauh lebih radikal dan kontroversial pada poin-poin ini. (Sangat berbeda dari anjuran apostoliknya yang terbit kemudian.) Paus mengatakan di awal, bahwa dia tidak akan mengutip dari Laporan Akhir Sinode Amazon karena dia ingin kita membaca semuanya. Dan setelah membaca: "Semoga para pastor, pria dan wanita religius dan umat beriman dari wilayah Amazon, akan berusaha untuk menerapkannya, dan semoga itu menginspirasi, dalam berbagai cara, setiap orang dengan niatan yang baik."

Jadi, ada cabang zaitun (perdamaian) yang ditawarkan disini, setidaknya di permukaan. Atau mungkin ada rasa ketakutan di Roma bahwa jika mereka mendesak lebih jauh lagi pada saat ini, mungkin hal itu akan membawa Gereja kepada titik ledaknya. Salah satu prinsip panduan paus adalah: "Lebih penting memulai proses daripada mendominasi ruang-ruang yang ada," seperti yang dia katakan dalam Amoris Laetitia (§261). Apa yang sebenarnya terjadi di sini hanya akan menjadi lebih jelas ketika proses perjuangan untuk ‘menerapkan’ Laporan Apostolik - bukan Nasihat Apostolik – telah terbentuk. Karena sebagian besar gunung es konseptual ini terletak di bawah permukaan air.

‘Laporan apostolik’ itu berbicara hampir secara kompulsif tentang perlunya ‘mendengarkan’ masyarakat adat, sehingga Anda akan bertanya-tanya mengapa mereka membutuhkan misionaris atau orang luar sama sekali. Nasihat apostolik itu ingin ‘mendengarkan’ juga, tetapi dengan menambahkan:

Jika kita membaktikan hidup kita demi pelayanan kepada mereka, untuk bekerja demi keadilan dan martabat yang layak mereka terima, maka kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa kita melakukannya karena kita melihat Kristus di dalam mereka dan karena kita mengakui martabat besar yang telah mereka terima dari Tuhan, Bapa yang mengasihi mereka dengan kasih tak terbatas. Mereka memiliki hak untuk mendengarkan Injil.... Tanpa pernyataan yang penuh semangat ini, setiap struktur gerejawi akan menjadi sekadar LSM dan kita tidak akan mengikuti perintah yang diberikan oleh Kristus: “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada seluruh ciptaan.”

Namun, sebagian besar Nasihat ini dikhususkan untuk berbagai tema keadilan sosial. Dari empat babnya, hanya yang terakhir yang menyentuh langsung masalah-masalah penting dalam Gereja. Setiap bab dianimasikan oleh sebuah ‘mimpi,’ yang kadang-kadang diilustrasikan dengan ktipan-kutipan dari penyair besar Amerika Latin, seperti Pablo Neruda Chili dan Vinicius de Moraes Brasil:

Saya memimpikan sebuah wilayah Amazon yang memperjuangkan hak-hak orang miskin, penduduk asli dan saudara dan saudari kita yang paling kecil, di mana suara mereka dapat didengar dan martabat mereka ditingkatkan.
Saya memimpikan sebuah wilayah Amazon yang dapat melestarikan kekayaan budayanya yang khas, di mana keindahan kemanusiaan kita bersinar dalam begitu banyak cara.
Saya memimpikan sebuah wilayah Amazon yang dengan cemburu dapat melestarikan keindahan alamnya yang luar biasa dan kehidupannya yang berlimpah di sungai dan hutannya.
Saya memimpikan komunitas-komunitas Kristiani yang mampu melakukan komitmen yang murah hati, menjelma di wilayah Amazon, dan memberi Gereja wajah-wajah baru dengan fitur-fitur Amazon.

Seperti halnya ensiklik paus tentang lingkungan, Laudato Si, gagasan yang agak romantis ini dengan tepat mengingatkan dunia modern bahwa kehidupan jenis lain memiliki nilai. Dan bahwa kita perlu memulihkan sebuah rasa dunia sebagai Ciptaan, bukan hanya sebagai materi dan energi, untuk dimanipulasi bagi tujuan apa pun, terlepas dari perintah Tuhan. Gerakan ‘transgender’ adalah stasiun perhentian terakhir untuk kereta itu, di mana orang dapat mengklaim dirinya sebagai sesuatu, jadi laki atau perempuan atau jadi keduanya, sesuka hati mereka, meski klaim ini disangkal oleh tubuh jasmani mereka hingga ke tingkat molekuler.

Kita semua dapat belajar dari satu sama lain, tentu saja, tetapi model komunitas primitif, harmoni dengan alam, dan buen vivir (‘kehidupan yang baik’) yang telah dikaitkan oleh Roma seakan memiliki sejarah sastra yang panjang, tetapi itu hanyalah pelajaran yang sangat umum bagi dunia dengan 7 miliar orang. Akan lebih baik untuk mengakui itu di suatu tempat yang lain, bukan di bumi ini.

Dan akan lebih baik jika Roma menjelaskan bahwa kekurangan imam di Amazon juga memiliki pelajaran tertentu bagi Gereja global. Proses yang sedang berjalan perlu dipandu oleh sesuatu yang mantap dan berbeda dari yang telah kita lihat sejauh ini. Dengan Nasihat apostolik yang baru ini, kami masih tidak dapat mengatakan apakah hal itu bisa muncul atau tidak. Tapi tidak diragukan lagi bahwa kita akan segera melihatnya.

Published with permission from The Catholic Thing.


*****







1 comment:

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete