APAKAH ANJURAN APOSTOLIK PAUS SOAL SINODE
AMAZON, SEBUAH KELEGAAN ATAU PUNCAK DARI GUNUNG ES?
Satu peringatan besar dalam
semuanya ini, yang dimaksudkan untuk menghindari penambahan minyak ke dalam api
yang sudah berkobar: itu adalah berupa ambiguitas.
Thu Feb 13, 2020 - 9:26 pm EST
·
13 Februari 2020 (The
Catholic Thing) - Querida
Amazonia, Nasihat Apostolik
paus Francis Pasca-Sinode, dengan membaca sekali, sebagian besar isinya adalah
berupa sebuah kejutan yang menyenangkan. Ini menunjukkan sedikit tindakan radikalisme
yang sebagian besar terjadi di aula sinode dan di taman-taman Vatikan, dan
bahkan di jalanan, selama Sinode Oktober lalu. Ia mengutip secara berlebihan
dari teks-teksnya sendiri, pastinya, tetapi juga dari St. Yohanes Paulus II dan
Paus Benediktus XVI, sedemikian rupa hingga Kardinal Gerhard Mueller, sebuah suara
yang lantang dalam perdebatan Gereja saat ini, telah menyebut nasihat apostolik
itu sebagai upaya rekonsiliasi.
Itu mungkin - atau mungkin juga tidak. Begitulah.
Dalam nasihat apostolik itu tidak ada
penyebutan tentang viri probati yang
menikah, sebagai obat bagi kekurangan imam di Amazon - tetapi juga tidak ada disebut
tentang selibat imam. Sebaliknya, untuk saat ini, paus menginginkan para uskup
di wilayah itu untuk menekankan panggilan imamat dan tanggung jawab para imam
dari wilayah itu untuk tetap berada di sana, bukannya pindah ke Amerika Utara
dan Eropa. Dan paus mengajak para imam yang cenderung menyukai tugas misioner,
untuk pergi ke Amazon.
Pertanyaan tentang para diaken wanita, sebenarnya
berbalik ke arah yang berlawanan dengan arah yang ditujunya. Francis mengatakan
bahwa inovasi di sepanjang garis itu (mengijinkan diakon wanita) akan menjadi ‘klerikalisasi’
– sebuah istilah yang berkonotasi sangat negatif bagi Francis - dari kontribusi
sejati yang telah dibuat dan terus dilakukan oleh wanita sesuai dengan sifat
sejati mereka, yang patut diperhatikan karena ‘kekuatan kelembutan’ kaum
wanita.
Ada petunjuk di sana-sini tentang adaptasi
liturgi, tetapi bukan ‘Ritus Amazon’ yang banyak diperdebatkan selama sinode yang
lalu (suatu kemustahilan yang tampaknya diberikan pada ratusan suku dan kelompok
bahasa yang berbeda di Amazon yang harus diakomodasi).
Dan ada sedikit dari apa yang bisa disebut ‘sinkretisme atau
penyatuan sementara’ – sebuah bentuk toleransi kesabaran terhadap campuran praktik pribumi dan Katolik dengan
tujuan untuk melakukan pemurnian atas cara-cara pribumi, dimana tindakan
sinkretisme ini kadang-kadang diperbolehkan oleh para misionaris dan tidak
perlu menjadi masalah, jika Anda yakin tentang tujuan akhirnya. Dan mengapa itu
dilakukan? Oleh siapa?
Satu peringatan besar
dalam semuanya ini, yang dimaksudkan untuk menghindari penambahan minyak ke
dalam api yang sudah berkobar: itu adalah berupa ambiguitas – sebuah merek dagang khas dari
Bergoglian - dalam hal ini berkaitan dengan Laporan Akhir Sinode Amazon, yang
isinya jauh lebih radikal dan kontroversial pada poin-poin ini. (Sangat berbeda
dari anjuran apostoliknya yang terbit kemudian.) Paus mengatakan di awal, bahwa
dia tidak akan mengutip dari Laporan Akhir Sinode Amazon karena dia ingin kita
membaca semuanya. Dan setelah membaca: "Semoga para pastor, pria dan
wanita religius dan umat beriman dari wilayah Amazon, akan berusaha untuk
menerapkannya, dan semoga itu menginspirasi, dalam berbagai cara, setiap orang
dengan niatan yang baik."
Jadi, ada cabang zaitun (perdamaian) yang
ditawarkan disini, setidaknya di permukaan. Atau mungkin ada rasa ketakutan di
Roma bahwa jika mereka mendesak lebih jauh lagi pada saat ini, mungkin hal itu
akan membawa Gereja kepada titik ledaknya. Salah satu prinsip panduan paus
adalah: "Lebih penting memulai proses daripada mendominasi ruang-ruang yang
ada," seperti yang dia katakan dalam Amoris
Laetitia (§261). Apa yang sebenarnya terjadi di sini hanya akan menjadi
lebih jelas ketika proses perjuangan untuk ‘menerapkan’
Laporan Apostolik - bukan Nasihat Apostolik – telah terbentuk.
Karena sebagian besar gunung es konseptual ini terletak di bawah permukaan air.
‘Laporan apostolik’ itu berbicara hampir secara kompulsif
tentang perlunya ‘mendengarkan’ masyarakat adat, sehingga Anda akan bertanya-tanya
mengapa mereka membutuhkan misionaris atau orang luar sama sekali. Nasihat apostolik
itu ingin ‘mendengarkan’ juga, tetapi dengan menambahkan:
Jika kita membaktikan hidup kita demi pelayanan kepada mereka,
untuk bekerja demi keadilan dan martabat yang layak mereka terima, maka kita
tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa kita melakukannya karena kita melihat
Kristus di dalam mereka dan karena kita mengakui martabat besar yang telah
mereka terima dari Tuhan, Bapa yang mengasihi mereka dengan kasih tak terbatas.
Mereka memiliki hak untuk mendengarkan Injil.... Tanpa pernyataan yang penuh
semangat ini, setiap struktur gerejawi akan menjadi sekadar LSM dan kita tidak
akan mengikuti perintah yang diberikan oleh Kristus: “Pergilah ke seluruh dunia
dan wartakanlah Injil kepada seluruh ciptaan.”
Namun, sebagian besar Nasihat ini dikhususkan untuk berbagai tema keadilan sosial. Dari
empat babnya, hanya yang terakhir yang menyentuh langsung masalah-masalah penting
dalam Gereja. Setiap bab dianimasikan oleh sebuah ‘mimpi,’ yang kadang-kadang
diilustrasikan dengan ktipan-kutipan dari penyair besar Amerika Latin, seperti
Pablo Neruda Chili dan Vinicius de Moraes Brasil:
Saya memimpikan sebuah wilayah
Amazon yang memperjuangkan hak-hak orang miskin, penduduk asli dan saudara dan
saudari kita yang paling kecil, di mana suara mereka dapat didengar dan
martabat mereka ditingkatkan.
Saya memimpikan sebuah wilayah
Amazon yang dapat melestarikan kekayaan budayanya yang khas, di mana keindahan
kemanusiaan kita bersinar dalam begitu banyak cara.
Saya memimpikan sebuah wilayah
Amazon yang dengan cemburu dapat melestarikan keindahan alamnya yang luar biasa
dan kehidupannya yang berlimpah di sungai dan hutannya.
Saya memimpikan komunitas-komunitas
Kristiani yang mampu melakukan komitmen yang murah hati, menjelma di wilayah
Amazon, dan memberi Gereja wajah-wajah
baru dengan fitur-fitur Amazon.
Seperti halnya ensiklik paus tentang lingkungan, Laudato Si, gagasan yang agak romantis
ini dengan tepat mengingatkan dunia modern bahwa kehidupan jenis lain memiliki
nilai. Dan bahwa kita perlu memulihkan sebuah rasa dunia sebagai Ciptaan, bukan
hanya sebagai materi dan energi, untuk dimanipulasi bagi tujuan apa pun,
terlepas dari perintah Tuhan. Gerakan ‘transgender’
adalah stasiun perhentian terakhir untuk kereta itu, di mana orang dapat
mengklaim dirinya sebagai sesuatu, jadi laki atau perempuan atau jadi keduanya,
sesuka hati mereka, meski klaim ini disangkal oleh tubuh jasmani mereka hingga
ke tingkat molekuler.
Kita semua dapat belajar dari satu sama lain, tentu saja,
tetapi model komunitas primitif, harmoni dengan alam, dan buen vivir (‘kehidupan yang baik’) yang telah dikaitkan oleh Roma
seakan memiliki sejarah sastra yang panjang, tetapi itu hanyalah pelajaran yang
sangat umum bagi dunia dengan 7 miliar orang. Akan lebih baik untuk mengakui
itu di suatu tempat yang lain, bukan di bumi ini.
Dan akan lebih baik jika Roma menjelaskan bahwa kekurangan
imam di Amazon juga memiliki pelajaran tertentu bagi Gereja global. Proses yang
sedang berjalan perlu dipandu oleh sesuatu yang mantap dan berbeda dari yang
telah kita lihat sejauh ini. Dengan Nasihat apostolik yang baru ini, kami masih
tidak dapat mengatakan apakah hal itu bisa muncul atau tidak. Tapi tidak
diragukan lagi bahwa kita akan segera melihatnya.
Published with permission
from The
Catholic Thing.
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802