JOHN-HENRY WESTEN
From the desk of the editor.
LIMA KARDINAL
DAN DUA USKUP TERKEMUKA BERBICARA TENTANG AKHIR ZAMAN
“Gereja terselubung dalam kegelapan modernisme,
tetapi kemenangan itu adalah milik Tuhan dan Mempelai Perempuan-Nya. Kami ingin
untuk tetap bersama dengannya dan bersama Yesus, dalam Getsemani baru di akhir
jaman ini.”
Tue Feb 4, 2020 - 10:53 am EST
·
4 Februari 2020 (LifeSiteNews) - Situasi di Gereja saat ini
begitu parah sehingga lima orang Kardinal dan dua uskup paling terkemuka di
dunia telah membicarakan hal ini sebagai saat akhir zaman.
Ini mungkin salah satu kisah yang paling tidak dilaporkan
pada tahun 2019 (dan saya bertaruh bahkan sebagian besar dari Anda
melewatkannya, karena itu sangat dekat dengan Natal) tetapi Uskup Agung Carlo
Maria Viganò, mantan perwakilan kepausan untuk AS yang meniup peluit kepada
Paus dengan berkata bahwa paus Francis memiliki pengetahuan tentang kasus pelecehan
sexual dari mantan Kardinal Theodore McCarrick, dan dia memberikan ringkasan yang sangat
penting tentang kepausan Francis yang layak didengar oleh semua orang.
Saya merasa sangat beruntung bisa memiliki waktu untuk berbicara
dengan Uskup Agung Viganò ketika saya berada di Munich, Jerman, bulan lalu
untuk acara Acies Ordinata. Dia tetap dalam kesehatan dan semangat yang baik.
Dia tahu betul bahwa pertempuran ini adalah milik Tuhan dan dia mengatakan
betapa dia menghargai semua doa yang didaraskan bagi dirinya oleh banyak umat
Katolik yang berdoa baginya setiap hari.
Tepat sebelum Natal, Uskup Agung Viganò merilis kesaksian lain. Belum pernah sebelumnya saya melihat dari Uskup
Agung Viganò jenis keterbukaan seperti ini. Dalam pernyataannya, dia mengatakan
berikut:
Kisah tragis dari kepausan yang
gagal ini berkembang dengan melalui serangkaian pemutarbalikkan dan
pemelintiran fakta dan ajaran Gereja yang berliku-liku. Tidak satu hari pun
berlalu bahwa dari tahta yang paling agung itu, Paus Agung, berusaha untuk
membongkar Tahta Petrus, menggunakan dan menyalahgunakan otoritas tertingginya,
bukan untuk mengakui tetapi untuk menyangkal; bukan untuk menegaskan tetapi
untuk menyesatkan; bukan untuk menyatukan tetapi untuk memecahbelah; bukan
untuk membangun tetapi untuk menghancurkan.
Ajaran-ajaran sesat, bidaah
formal, penyembahan berhala, kedangkalan dari jenis apa pun: Paus Agung
Bergoglio tidak pernah berhenti, dengan keras kepala, untuk menghina otoritas
tertinggi Gereja. Tindakannya berusaha untuk melanggar Deposit Iman yang kudus dan
untuk mencemarkan Wajah Katolik dari Mempelai Kristus, melalui segala macam perkataan
dan tindakannya, melalui kebohongan dan penipuanya, melalui gerakan-gerakan
teatrikal yang memamerkan spontanitas tetapi dengan cermat disusun dan
direncanakan, dan melalui mana dia meninggikan dirinya dalam pemujaan diri
narsis yang berkelanjutan, sementara figur Paus Roma yang suci dihinakan dan
Kristus yang Manis di bumi dikaburkan.
"Selama lebih dari enam tahun hingga sekarang kita telah
diracuni oleh magisterium palsu," tambahnya.
Tetapi Uskup Agung Viganò menunjukkan bahwa modernisme telah
memengaruhi gereja sejak, setidaknya, Konsili Vatikan II:
Selama beberapa dekade terakhir
ini, Tubuh Mistik perlahan-lahan kehabisan darah kehidupannya melalui
pendarahan yang tak terbendung: Deposit Iman yang kudus secara bertahap
disia-siakan, dogma-dogma dilunturkan, penyembahan dijadikan sekuler dan secara
bertahap dinodai, moralitas direndahkan, imamat dihina dan dicemarkan, Korban
Ekaristi dijadikan seperti Protestan dan dirubah menjadi sebuah Perjamuan makan
yang ramah ...
Sekarang Gereja tidak lagi bernyawa,
ditutupi dengan metastasis kanker dan dihancurkan. Umat Allah meraba-raba, menjadi
buta huruf dalam hal iman, dan dirampok iman mereka, berada dalam gelapnya
kekacauan dan perpecahan. Dalam dekade-dekade terakhir ini, musuh-musuh Allah
telah secara progresif membuat bumi menjadi kering dalam hal Tradisi Gereja
yang telah berjalan selama dua ribu tahun.
Dengan akselerasi yang belum
pernah terjadi sebelumnya, berkat dorongan subversif dari kepausan ini, yang
didukung oleh aparat Yesuit yang kuat, kudeta yang mematikan terhadap rahmat (pukulan
maut) dilontarkan ke arah Gereja.
Dengan Paus Bergoglio - seperti
halnya dengan semua kaum modernis - tidak mungkin lagi untuk mencari kejelasan,
karena tanda khas dari bidaah modernis adalah penipuan dan kepura-puraan. Para
ahli kesalahan dan ahli dalam seni penipuan ‘mereka berusaha untuk membuat apa
yang ambigu diterima secara universal, menghadirkannya dari sisi yang tidak
berbahaya yang akan berfungsi sebagai paspor untuk memperkenalkan sisi beracun
yang pada awalnya disembunyikan.’ (Pater Matteo Liberatore SJ). Dan kebohongan
itu, yang diulang-ulang dengan keras dan obsesif, akhirnya menjadi ‘benar’ dan
diterima oleh mayoritas.
Hasil dari penyalahgunaan ini
adalah apa yang sekarang kita miliki dan kita saksikan di depan mata kita:
Gereja Katolik yang tidak lagi Katolik; sebuah wadah yang dikosongkan dari
konten aslinya dan diisi dengan barang-barang pinjaman dari tetangga.
Munculnya Antikristus tidak bisa dihindari; itu adalah bagian dari epilog
Sejarah Keselamatan. Tetapi kita tahu bahwa itu adalah prasyarat bagi kemenangan universal Kristus dan
Mempelai-Nya yang mulia.
Kita yang tidak membiarkan diri kita dibohongi oleh musuh-musuh Gereja yang tercemar yang bercokol di dalam Tubuh gerejawi ini, harus bersatu padu dan bersama-sama menghadapi si Jahat, yang telah lama dikalahkan namun masih dapat mencelakakan dan menyebabkan kebinasaan kekal atas banyak jiwa-jiwa, namun sebentar lagi kepalanya akan dihancurkan selamanya oleh Perawan Yang Terberkati, Pemimpin kita.
Kita yang tidak membiarkan diri kita dibohongi oleh musuh-musuh Gereja yang tercemar yang bercokol di dalam Tubuh gerejawi ini, harus bersatu padu dan bersama-sama menghadapi si Jahat, yang telah lama dikalahkan namun masih dapat mencelakakan dan menyebabkan kebinasaan kekal atas banyak jiwa-jiwa, namun sebentar lagi kepalanya akan dihancurkan selamanya oleh Perawan Yang Terberkati, Pemimpin kita.
Uskup Agung Viganò menyimpulkan refleksinya, yang dapat Anda
baca secara lengkap dengan mengklik di sini, dengan mengatakan bahwa kita saat ini sedang hidup di
"Getsemani dari akhir zaman."
Tetapi bukan hanya Uskup Agung Viganò saja yang melihat
masa-masa sekarang ini sebagai apokaliptik.
Uskup lain yang suaranya telah diangkat oleh Allah di
masa-masa sulit ini untuk mendapat pengakuan internasional adalah Uskup
Kazakhstan, Athanasius Schneider.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Michael Matt dari
the Remnant's, ditayangkan pada bulan November 2019, Yang Mulia Athanasius
Schneider membuat perbandingan atas bencana di dalam Gereja saat ini dengan kesengsaraan
Kristus dulu. Yang Mulia berbicara dengan mengingatkan pada salah satu isi Katekismus
Gereja Katolik, terutama ketika ia mencatat bahwa Gereja akan “memasuki
kemuliaan kerajaan hanya melalui Paskah terakhir ini, ketika dia akan mengikuti
Tuhannya dalam kematian dan Kebangkitan-Nya."
Katekismus juga menyatakan bahwa kerajaan itu akan digenapi
“bukan dengan kemenangan bersejarah Gereja melalui peningkatan yang progresif,
tetapi hanya dengan kemenangan Allah atas pelepasan kejahatan yang terakhir,
yang akan menyebabkan Mempelai Perempuannya turun dari surga. Kemenangan Allah
atas pemberontakan kejahatan akan mengambil bentuk Penghakiman Terakhir setelah
pergolakan kosmik terakhir dari dunia yang sedang berlalu ini.
Dalam hal para Kardinal Gereja yang berbicara tentang hal
ini, kita beralih terlebih dahulu kepada Kardinal Yang Mulia Raymond Burke.
Pada bulan Juli 2017 pada acara Church
Teaches Forum di Kentucky, Burke mengatakan bahwa “kebingungan, perpecahan,
dan kesalahan” di dalam Gereja berasal dari para gembala itu sendiri, bahkan
pada tingkat-tingkat tertinggi.
Yang Mulia berkata bahwa ini menunjukkan jika kita ‘mungkin’ berada
di akhir jaman. “Kita hidup di masa-masa yang paling sulit di dunia dan juga di
dalam Gereja,” katanya. "Dalam kondisi budaya yang begitu kacau, ada
ketakutan yang jelas terhadap konfrontasi global yang hanya bisa berarti
kehancuran dan kematian bagi banyak orang. Jelas, situasi dunia saat ini tidak
dapat berlanjut tanpa mengarah pada pemusnahan total."
Kardinal Burke mengulangi pernyataan itu pada bulan Desember
2017 dalam sebuah wawancara dengan Paolo Gambi yang diterbitkan dalam the Catholic
Herald di Inggris.
“Saat ini ada kebingungan dan kesalahan tentang ajaran Gereja
yang paling mendasar, misalnya mengenai pernikahan dan keluarga,” kata Yang
Mulia Kardinal Burke. Dia kemudian menggambarkan perdebatan di dalam Gereja
tentang pemberian Komuni dan perceraian-dan- pernikahan kembali (dengan orang
lain).“ Saat ini ada kebingungan mengenai apakah disini ada tindakan yang
secara intrinsik jahat dan ini, tentu saja, adalah dasar dari hukum moral.
Ketika dasar ini mulai dipertanyakan dalam Gereja, maka seluruh tatanan
kehidupan manusia dan tatanan Gereja itu sendiri terancam punah.”
“Jadi ada perasaan bahwa di dunia saat ini, yang didasarkan
pada sekularisme, dengan pendekatan yang sepenuhnya antroposentris ... Gereja
itu sendiri tampaknya bingung. Dalam pengertian itu orang mungkin merasa bahwa
Gereja memberikan kesan tidak mau menuruti mandat Tuhan kita. Maka mungkin kita
telah tiba di saat akhir zaman.”
Perasaan bahwa kita berada di akhir zaman diungkapkan juga
oleh almarhum, Kardinal Carlo Caffarra, salah satu penandatangan dubia.
Berbicara di acara Rome Life
Forum pada bulan Mei 2017, Kardinal
Caffarra mengingat surat Sr. Lucia dari Fatima yang dikirim kepadanya yang berbicara
tentang “pertempuran terakhir antara Tuhan dan kerajaan setan adalah dalam
masalah pernikahan dan keluarga”
Dia mengatakan bahwa sudah menjadi keyakinannya
jika apa yang ditulis oleh Suster Lucia kepadanya itu “sedang digenapi pada
zaman kita sekarang ini.” Perhatikan komentarnya dengan mengklik di sini.
Kardinal ketiga juga berbicara tentang masa-masa ini dengan
referensi apokaliptik.
Menjelang Sinode Amazon (Oktober 2019), Kardinal Walter
Brandmüller mengatakan, “…pertanyaan menakutkan muncul apakah protagonis sinode
ini tidak lebih peduli dengan upaya diam-diam untuk menggantikan agama sebagai
jawaban manusia terhadap panggilan dari Penciptanya dengan ‘agama alami
panteistik dari manusia’ - yaitu, dengan varian baru paham Modernisme dari awal
abad ke-20."
“Sulit untuk tidak memikirkan teks-teks eskatologis
Perjanjian Baru!” serunya.
Ketika skandal Pachamama pecah selama Sinode Amazon, Kardinal
Brandmüller membuat referensi langsung kepada peringatan apokaliptik dari Kristus, dan dia menyebut berhala Pachamama
di Vatikan sebagai "kekejian yang membinasakan yang terjadi di tempat
suci."
Kardinal Walter Brandmüller telah membuat referensi sambil
memuji tindakan kedua pemuda yang melemparkan berhala Pachamama ke Sungai
Tiber. “Kedua 'Makabe' pemberani yang telah menghapus 'kekejian yang
membinasakan di tempat suci' adalah para nabi zaman sekarang,” katanya.
Penggunaan bahasa apokaliptik ini tidak hanya berasal dari
para kardinal dubia. Kardinal Gerhard Müller, yang secara tidak resmi
disingkirkan oleh Paus Francis adalah kepala Kongregasi Vatikan yang kuat untuk
Doktrin Iman, mengeluarkan Manifesto Iman pada Februari
tahun lalu.
Dalam dokumen heroik itu, Yang Mulia Kardinal Gerhard Müller berkata
bahwa, “Untuk bersikap diam tentang kebenaran ini dan kebenaran-kebenaran lain
dari Iman dan tidak mengajar orang lain tentang hal ini, adalah penipuan
terbesar yang diperingatkan oleh Katekismus dengan keras. Ini merupakan cobaan
terakhir Gereja dan membawa manusia kepada khayalan religius yang bohong, Kebohongan religius yang paling buruk datang dari
Anti-Kristus” (CCC 675) “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan
akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu,
dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena
mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (2 Tes: 2:9 -10)
Kardinal kelima kami, kami memiliki Kardinal Willem Jacobus
Eijk dari Belanda.
Menulis dalam the National Catholic Register Mei 2018, Kardinal Eijk mengatakan, “Mengamati bahwa
para uskup dan, di atas segalanya, Penerus Petrus, gagal mempertahankan dan menyampaikan
dengan setia dan dalam kesatuan deposit iman yang terkandung dalam Tradisi Suci
dan Kitab Suci, saya mau tidak mau memikirkan Pasal 675 dari Katekismus Gereja
Katolik."
“Pencobaan terakhir Gereja, sebelum kedatangan Kristus yang
kedua, dimana Gereja harus melewati pencobaan terakhir yang akan mengguncang
iman banyak orang yang percaya. Penganiayaan yang menyertai ziarahnya di bumi
akan mengungkap 'misteri kedurhakaan' dalam bentuk penipuan agama yang memberi
orang solusi nyata untuk masalah mereka dengan ongkos kemurtadan dari
kebenaran."
Dalam wawancara lanjutan dengan koresponden LifeSite Paris, Jeanne Smits, Cardinal
Eijk menjelaskan rujukannya
seperti ini:
“Saya mengutip Katekismus Gereja
Katolik nomor 675. Karena ada beberapa kardinal yang memohon berkat bagi hubungan
homoseksual, maka saya mengacu kepada paragraf Katekismus ini sebagai peringatan.
Disini dikatakan bahwa sesaat sebelum Apokalips, suara-suara akan muncul di
dalam Gereja itu sendiri, dan bahkan di antara otoritas tertinggi Gereja, yang
akan mengungkapkan berbagai pendapat yang berbeda sehubungan dengan doktrin
Katolik. Saya mengatakan ini sebagai peringatan: marilah kita berhati-hati
untuk tidak membiarkan diri kita berada dalam situasi ini."
Seperti yang Anda lihat, setidaknya ada 5 kardinal dan dua
uskup terkemuka yang telah membangkitkan ‘momok akhir jaman.’ Tapi seperti yang
kami katakan di sini sebelumnya, itu bukanlah sesuatu yang bisa dikesampingkan.
Izinkan saya kembali pada kata-kata inspiratif dari Uskup
Agung Viganò yang, setelah menyatakan dengan blak-blakan situasi bencana yang
dihadapi Gereja hari ini, yang diakhiri dengan dorongan semangat.
Sekarang adalah giliran kita. Tanpa ragu-ragu, tanpa
membiarkan diri kita diusir dari Gereja ini dimana kita adalah menjadi anak-anaknya
sah dan di mana kita memiliki hak sakral untuk merasa berada di rumah sendiri,
tanpa gangguan dari gerombolan musuh Kristus yang penuh kebencian yang membuat
kita merasa terpinggirkan, terpecah, dan di-exkom.
Sekarang adalah giliran kita! Kemenangan dari Hati Maria Yang
Tak Bernoda – sebagai Coredemptrix dan Mediatrix dari segala rahmat – melalui ‘anak-anak
kecilnya,’ yang tentu saja lemah dan berdosa tetapi benar-benar menentang para anggota
yang terdaftar dalam pasukan Musuh. ‘Anak-anak kecil’ ini yang dikonsekrasikan tanpa
syarat dan batas apa pun kepada Yang Tak Bernoda, agar bisa menjadi tumitnya,
bagian yang paling dihina dan dicemooh, yang paling dibenci oleh neraka, tetapi
yang bersama-sama dengan Maria akan menghancurkan kepala si Monster jahat dari neraka
itu.
Gereja tengah diselimuti oleh kegelapan modernisme, tetapi
kemenangan itu adalah milik Tuhan dan Mempelai Perempuan-Nya. Kami berharap untuk
terus menganut iman abadi dari Gereja dalam menghadapi kejahatan yang mengaum-ngaum
dan mengepungnya. Kami ingin untuk tetap bersama dengannya dan bersama Yesus,
dalam Getsemani baru dari akhir zaman ini; untuk berdoa dan melakukan penebusan
dosa sebagai ganti rugi atas banyaknya pelanggaran yang dilakukan terhadap Yesus
dan Gereja-Nya.
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802