KITA TELAH
BERADA DALAM PERPECAHAN
APA YANG LEBIH BURUK LAGI ADALAH BAHWA PERPECAHAN INI BERLANGSUNG SECARA SILUMAN ATAU TERSEMBUNYI
by Pastor
Richard Heilman -- March 5, 2017
Hari ini, Pastor
Dwight Longenecker telah menyampaikan buah pikirannya, bahwa telah ada sebuah
skisma atau perpecahan di dalam Gereja Katolik. (Silakan lihat disini
atau disini).
Saya sangat setuju dengan pendapat beliau.
perpecahan
siluman atau perpecahan tersembunyi
Dalam sebuah artikel saya yang berjudul
“An Open Letter to All Those Looking to Restore a Sense of
the Sacred,”
saya memaparkan keadaan-keadaan yang terjadi saat ini serta apa yang saya
anggap sebagai jawabannya. Saya berpendapat bahwa yang menjadi dasar dari
semuanya ini adalah sebuah kejahatan yang semakin dalam, sebuah kesesatan yang
lama dan sulit diatasi, yang kemudian memunculkan semua akibat yang ada
sekarang. Banyak orang yang menunjuk kepada apa yang disebut ‘Modernisme’
sebagai bidaah zaman kita kini. Modernisme, dalam segala bentuknya, pada
intinya adalah sebuah pemisahan atau penolakan terhadap masa lalu untuk menerima
segala sesuatu yang baru. Sementara Modernisme saat ini nampak semakin meluas,
maka saya menganggap bahwa hal itu merupakan sebuah gejala dari ancaman yang
lebih fundamental lagi.
Apa yang saya maksudkan disini adalah
sesuatu yang berakibat pada keberadaan dari manusia itu sendiri, serta
kesempatan bagi keselamatan kita semua. Saya menyebutnya sebagai ‘Arianisme
Siluman’. Para ahli sejarah tahu tentang kesesatan Arianisme, yaitu sebuah
krisis terburuk dalam Gereja sebelum zaman sekarang ini. Aliran itu berpendapat
bahwa Yesus Kristus hanyalah suatu makhluk ciptaan, tidak sama dengan Allah
Bapa. Maka Arianisme Siluman saat ini mengikuti kesesatan yang sama fatalnya,
namun dengan dipelesetkan sedikit: kaum Arian abad ke 4 dulu secara terbuka
menyangkal keilahian Kristus, namun kaum Arian zaman ini di dalam mulutnya
mereka mengakui Yesus sebagai Allah, namun di dalam perbuatannya mereka
menyangkal hal itu. Dengan kata lain, bahwa mereka tidak menyadari bahwa
dirinya adalah penganut arianisme.
Anda semua tahu jika kita mengecilkan
identitas Kristus sebagai Putera Allah, maka kita akan menganggapNya sebagai
tokoh sejarah yang biasa saja, seseorang yang baik, seorang guru yang layak
dihormati, dan sebagai contoh yang baik untuk diikuti. Kemudian agama Kristiani
akan menjadi sekedar sebuah organisasi yang baik saja, yang melakukan hal-hal
yang baik bagi orang banyak, seperti halnya organisasi atau perguruan
psikoterapi yang menyampaikan aktualisasi-diri bagi para pengikutnya. Dan
sesungguhnya, bukan bagi semua ini Dia datang kepada kita, tetapi Dia datang
bagi sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu.
Bagaimana kita bisa mengetahui semakin
meluasnya Arianisme Siluman ini? Ada sebuah kisah yang patut direnungkan yang
terjadi pada dua orang yang bersahabat. Seorang imam Katolik dan sahabatnya
seorang rohaniwan dari agama tetangga. Mereka berdua berdiri di depan pintu
sebuah Gereja Katolik sambil memandang ke arah tabernakel di altar. Rohaniwan
dari tetangga ini bertanya kepada si imam Katolik: “Apakah kamu percaya bahwa
Tuhan ada di dalam tabernakel itu?” Si imam terkejut dan dengan segera dia
menjawab: “Apa maksudmu? Tentu saja saya sangat percaya.” Lalu rohaniwan
tetangga itu berkata lagi: “Dengar, seandainya saya percaya bahwa itu adalah
Tuhan, maka saat inipun dan di tempat inipun saya akan bersujud hingga wajah
saya menyentuh lantai dan saya akan merangkak menuju tabernakel itu, dengan air
mata bahagia membasahi wajah saya… ternyata kamu tidak percaya bahwa itu adalah
Tuhan.”
Selama lebih dari 50 tahun belakangan
ini Arianisme Siluman telah melakukan segala sesuatu dengan segenap kemampuannya
untuk menghilangkan pengalaman dan pemahaman Katolisitas dari kehidupan kita,
segala sesuatu yang menjurus kepada keilahian Kristus, serta kualitas
supernatural dari iman kita. Banyak sekali yang telah dihilangkan dari
Gereja-gereja kita. Karya-karya seni yang suci, arsitektur yang suci,
musik-musik liturgi yang suci, berbagai macam tindakan dan seruan-seruan yang
suci di dalam dan selama Kurban Misa Kudus berlangsung, hingga kita saat ini
berada di tengah padang gurun ‘kedangkalan-makna-spirituil’ yang masih tersisa.
Terlebih lagi Arianisme Siluman sengaja
memasukkan ajaran-ajaran mereka dengan cara yang kacau, ambigu dan sulit
dipahami, untuk mementingkan ‘kepekaan pastoral’ (bukan ajaran Kristus, Doktrin
atau Tradisi Suci) sebagai nilai yang paling tinggi diantara yang lainnya,
hingga membuat umat merasa baik-baik saja mengenai dirinya yang boleh
bertingkah laku apa saja; dan umat semacam ini pastilah tidak siap jika ditantang
untuk menjalani kehidupan seperti orang-orang kudus dahulu. Di tengah keadaan
umat yang kacau dan serba tidak pasti itu, mereka akan cenderung untuk
berkompromi dengan dunia ini.
Apakah nubuat Uskup Agung Fulton Sheen
mengenai keadaan Gereja saat ini?
“Setan akan mendirikan sebuah
lawan-Gereja yang merupakan tiruan dari Gereja Katolik… ia (gereja tiruan itu)
akan memiliki berbagai sifat dan tulisan-tulisan seperti Gereja Katolik, namun dalam hal yang
sebaliknya dan ia tak memiliki bobot ilahiah sama sekali.”
Kita sedang hidup di saat-saat
Apokalips, hari-hari terakhir dari zaman kita. Dua kekuatan besar – Tubuh
Mistik Kristus dan tubuh mistik antikris – telah menarik garis pertempuran bagi
sebuah pertandingan yang mematikan.
Nabi palsu itu akan memiliki sebuah
agama tanpa salib. Sebuah agama tanpa dunia yang akan datang. Sebuah agama
untuk menghancurkan agama-agama. Akan muncul sebuah gereja palsu.
Gereja Kristus, Gereja Katolik, adalah
satu; dan nabi palsu itu akan menciptakan gereja yang lain.
Gereja palsu itu akan bersifat duniawi,
ekumenis, serta global. Ia akan merupakan sebuah persekutuan yang longgar antar
gereja-gereja dan agama-agama, membentuk semacam asosiasi global.
Sebuah parlemen gereja-gereja sedunia.
Ia tak akan memiliki bobot iIahiah sama sekali, ia akan menjadi tubuh mistik antikris. Tubuh
Mistik Kristus di dunia saat ini akan memiliki Judas Iskariot-nya sendiri, dan
dialah nabi palsu itu. Setan merekrut dia dari antara uskup-uskup kita.
Antikris tidak akan disebut namanya
seperti itu. Sebab jika begitu, dia tak akan memiliki pengikut. Dia tidak akan
mengenakan pakaian merah ketat, atau memuntahkan belerang dari mulutnya, atau
membawa tongkat trisula, atau mengayun-ayunkan
ekornya yang berujung panah seperti Mephistopheles dari kisah Faust.
Penyamaran yang dilakukan oleh antikris
akan menolong setan meyakinkan manusia bahwa setan itu tidak ada. Ketika tidak
ada manusia yang bisa mengenali setan, maka semakin besarlah kekuatan setan.
Allah telah memperkenalkan DiriNya sebagai ‘AKU ADALAH AKU’ maka setan
memperkenalkan dirinya sebagai ‘aku bukanlah aku.’
Tidak ada di dalam Kitab Suci yang
menjamin realita dari mitos populer mengenai iblis sebagai suatu badut
berpakaian merah. Tetapi Kitab Suci menjelaskan bahwa dia adalah sebagai
malaikat yang durhaka dan terusir dari Surga dan menjadi Pangeran dari dunia
ini, yang kesukaannya adalah ngomong kepada kita bahwa tak ada dunia yang
lainnya. Logikanya adalah sederhana saja: jika tak ada Surga maka tak ada
neraka. Jika tak ada neraka, maka tak ada dosa. Jika tak ada dosa maka tak ada
penghakiman. Jika tak ada penghakiman maka yang jahat adalah baik dan yang baik
adalah jahat. Namun disamping semua penjelasan ini, Tuhan telah berkata kepada
kita bahwa setan akan meniru DiriNya hingga dia bisa menipu bahkan orang
pilihan sekalipun – dan yang pasti: tak ada iblis di dalam buku-buku gambar
yang bisa menipu orang-orang pilihan. Bagaimana setan datang di zaman ini untuk
merebut para pengikutnya, agar memeluk agamanya?
Rusia sebelum zaman Komunis dulu, mereka
percaya bahwa antikris akan datang dengan menyamar sebagai tokoh kemanusiaan yang
hebat. Dia akan berbicara tentang perdamaian, kesejahteraan, kelimpahan, namun
semua itu bukan sebagai sarana yang menuntun kita kepada Allah, tetapi sebagai tujuan
akhir itu sendiri.
Godaan ketiga yang dilancarkan oleh setan
adalah meminta agar Kristus menyembahnya dan seluruh kerajaan-kerajaan di dunia
akan menjadi milikNya; dan saat ini godaan itu berbentuk iming-iming untuk memeluk
sebuah agama baru tanpa salib, sebuah liturgi tanpa dunia yang akan datang, sebuah agama untuk menghancurkan agama, atau
sebuah politik yang berperanan sebagai agama, seperti zaman Caesar dulu,
termasuk dalam hal-hal yang menjadi milik Allah.
Di tengah tingkah lakunya yang seolah-olah
dia mengasihi seluruh umat manusia, dimana mulutnya selalu berbicara soal
kebebasan dan persamaan hak, antikris memiliki satu rahasia besar yang tak
pernah dikatakan kepada siapapun: bahwa dia tidak percaya kepada Tuhan. Karena agamanya adalah persaudaraan tanpa peranan Kebapaan
dari Allah, maka dia akan bisa menipu orang-orang pilihan. Dia akan
mendirikan sebuah ‘lawan-gereja’ yang merupakan bentuk peniruan atas Gereja, karena
dia, iblis, adalah sebagai peniru Allah. ‘Lawan-Gereja’ atau ‘gereja tiruan’
itu akan memiliki berbagai sifat dan tulisan-tulisan seperti Gereja Katolik,
namun dalam hal yang sebaliknya dan ia tak memiliki bobot ilahiah sama sekali. Ia
adalah tubuh mistik antikris yang dari luar ia akan menyerupai Tubuh Mistik Kristus
…
Abad ke dua puluh akan menyatu dengan ‘lawan-gereja’
ini karena ia mengaku tak bisa salah padahal kepalanya berbicara ex cathedra
dari Moskow
mengenai masalah ekonomi dan politik, dan dia adalah sebagai pemimpin gembala dari
komunisme dunia.
(Fulton J. Sheen, Communism and the Conscience of the West [Bobbs-Merril
Company, Indianapolis, 1948], pp. 24-25)
Kini ‘lawan-gereja’ ini sedang muncul, dan
inilah Lepanto bagi kita saat ini. Pada 1571 Paus St. Pius V mengajak dunia untuk mengerahkan
kekuatan guna menghadapi serangan terakhir.
Pada 1571 Persekutuan Kudus (Holy League)
ini merupakan sebuah
kumpulan sisa kekuatan Kristianitas yang secara ajaib bisa mengalahkan kekuatan
yang jauh lebih besar saat itu, yang berusaha untuk memberikan pukulan terakhir
kepada Kristianitas di dalam perang Lepanto yang terkenal itu, pada 7 Oktober
1571. Di zaman kita sekarang, inilah pertempuran spirituil itu. Setan telah
memperoleh banyak sekali tempat berpijak dengan pasukan-pasukan sekulernya yang
telah masuk di dalam Gereja kita. Uskup Agung Fulton Sheen mengatakan hal ini sebagai
‘sebuah Gereja yang tak memiliki bobot ilahiah’. Maka kita harus merebut
kembali tanah rampasan itu, tanah yang kudus itu, yaitu nilai supernatural dari
Gereja.
Uskup Agung Fulton Sheen percaya bahwa inilah
tempat dimana kita akan memenangkan perang ini. “Kamu harus menjalani berbagai pertempuran,
tetapi janganlah khawatir, karena pada akhir nanti kamu akan memenangkan perang
itu di hadapan Sakramen Terberkati…
Tak ada pengetahuan teologis saja ataupun
tindakan sosial saja yang bisa mempertahankan kasih kita kepada Kristus, kecuali
kedua hal itu didahului oleh sebuah perjumpaan pribadi dengan Dia. Pemahaman teologis
diperoleh bukan hanya melalui isi dari sebuah buku, tetapi dari lutut yang bertekuk
di depan altar. Maka tindakan devosi di dalam Jam Kudus menjadi semacam tangki
oksigen yang meniupkan napas Roh Kudus di tengah atmosfer dunia yang telah
berbau busuk dan pengap ini.
Sering-seringlah mengaku dosa, jadilah
murni, sediakan waktu bagi Bunda Maria, didepan Sakramen Terberkati.
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment