Monsignor Nicola Bux:
SEORANG
MONSIGNOR DARI ITALIA: HANYA PF YANG BISA MENGHENTIKAN KEMURTADAN YANG
DIAKIBATKAN OLEH PERKATAANNYA.
by Pete
Baklinski
ROME, Italy, June
21, 2017 (LifeSiteNews) — Paus Fransiskus sebenarnya bisa
membendung "kebingungan dan kemurtadan" yang sekarang makin merajalela
di antara para imam dan uskup dengan cara "mengoreksi" berbagai
perkataan dan tindakannya yang "ambigu dan sesat," demikian kata
seorang monsignor Italia dan mantan konsultan Kongregasi untuk Doktrin Iman di
Vatikan (the Congregation for the
Doctrine of Faith) dalam sebuah wawancara yang cukup mengejutkan.
Mgr. Nicola Bux yang cukup disegani, seorang profesor pada Fakultas
Teologi di Puglia, Italia,
mendefinisikan ‘kemurtadan’ dalam kasus ini sebagai ‘ditinggalkannya
pemikiran Katolik’ yang telah dipercaya di mana-mana, selalu, dan oleh semua
orang.
Monsignor
Nicola Bux
Mgr. Nicola Bux mengatakan dalam wawancara
21 Juni dengan wartawan media the National Catholic Register, Ed Pentin, bahwa kemurtadan itu muncul ketika
‘kardinal-kardinal bersikap diam’ dalam menghadapi ajaran sesat, ketika para
uskup ‘mengatakan yang sebaliknya’ tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja,
dan pada saat para imam ‘melanggar tradisi liturgi Gereja.’
"Para rasul telah mendorong kita untuk selalu
setia kepada doktrin yang pasti, jelas, dan murni dari Gereja : yaitu yang didasarkan
kepada ajaran Yesus Kristus, dan bukan kepada pendapat dari dunia ini
(bandingkan dengan Titus 1: 7-11; 2: 1-8). Ketekunan dalam pengajaran dan
ketaatan pada doktrin akan membawa jiwa menuju keselamatan kekal,"
demikian katanya.
"Gereja tidak dapat merubah iman dan pada
saat yang sama meminta agar umat tetap setia kepadanya. Malahan Gereja sangat
berkepentingan untuk selalu berorientasi kepada Firman Tuhan dan kepada Tradisi,
"tambahnya.
Mgr. Nicola Bux mengatakan bahwa salah satu masalah di bawah
kepausan Paus Fransiskus saat ini adalah bahwa banyak orang yang secara keliru
percaya bahwa semua yang dikatakan atau ditulis oleh Paus adalah ajaran
Magisterium yang harus diikuti, padahal sebenarnya tidak demikian halnya.
"Dihadapkan dengan kebingungan dan
kemurtadan yang telah meluas saat ini, seharusnya Paus membuat perbedaan -
seperti yang pernah dilakukan oleh Paus Benediktus XVI - antara apa yang dia
pikirkan dan dia katakan sebagai pribadi, sebagai orang terpelajar, dengan apa
yang harus dia katakan sebagai Paus dari Gereja Katolik," katanya.
"Jelasnya: Paus harus dapat
mengekspresikan gagasannya sebagai orang terpelajar dan secara pribadi mengenai
masalah yang dapat diperdebatkan yang tidak didefinisikan oleh Gereja, namun
dia tidak dapat membuat klaim yang menyesatkan seperti saat ini, terutama secara
pribadi. Jika tidak, maka segala perkataan dan perbuatannya adalah sama
sesatnya," tambahnya.
Kepatuhan memang harus ditujukan bagi Paus, demikian
kata Mgr. Nicola Bux,
sepanjang dia masih mengajarkan satu
iman yang benar.
"Jadi siapapun yang berpikir bahwa menyampaikan
pernyataan keraguan (dubia) kepada Paus bukanlah tanda ketaatan, maka orang
seperti itu tidaklah mengerti masalah, 50 tahun setelah Vatikan II, tentang hubungan
antara dia (Paus) dan seluruh Gereja. Ketaatan
kepada Paus bergantung sepenuhnya pada kenyataan bahwa Paus harus terikat kepada
ajaran Katolik, kepada iman yang harus dia akui terus-menerus di hadapan
Gereja," katanya.
Mgr. Nicola Bux mengatakan bahwa sebagai akibat dari ‘krisis
iman sepenuhnya’ di dalam Gereja,
terutama setelah dirilisnya anjuran Paus Amoris
Laetitia tahun lalu, maka Paus harus
menyatakan dengan tepat ajaran Gereja tentang isu-isu kontroversial yang saat
ini tengah mengganggu Gereja.
Paus Fransiskus "harus membuat sebuah
Deklarasi atau Pengakuan Iman, yang menegaskan apa itu artinya Katolik, dan meluruskan
segala perkataan dan tindakannya yang ambigu dan salah - perkataan dan tindakannya
sendiri serta para uskup-uskup dan kardinal-kardinalnya - yang ditafsirkan
secara non-Katolik," katanya.
Mgr. Nicola Bux juga mengacu kepada upaya
empat orang kardinal baru-baru ini, yang tidak digubris sama sekali oleh
paus, dimana upaya itu bertujuan untuk melakukan audiensi pribadi dengan paus
untuk membahas apa yang mereka sebut sebagai "kebingungan dan
disorientasi" di dalam Gereja. Mgr. Bux mengatakan adalah hal yang menyedihkan karena kita
saat ini memiliki seorang paus yang getol memperjuangkan ‘dialog’, sementara
itu pada saat sama dia menolak untuk bertemu dengan mereka yang bersikap kritis
terhadap hal baru yang dibawa ke dalam Gereja atas sepengetahuan paus sendiri.
READ: Four Cardinals
release letter asking to meet Pope about ‘confusion and disorientation’ in
Church
"Bagi banyak umat Katolik, sungguh luar
biasa bahwa paus meminta uskup-uskup untuk berdialog dengan mereka yang
berpikir secara berbeda, namun dia sendiri tidak mau berhadap-hadapan dengan para
kardinal yang menjadi penasihat utamanya," katanya.
"Jika paus
tidak bersedia melindungi doktrin Gereja, maka dia tidak bisa memaksakan
disiplinnya sendiri kepada orang lain," tambahnya.
Catatan editor: Baca wawancara lengkap di
sini.
Silakan melihat artikel
lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/
Rosa, ini yg terbaru dari Dr. Kelly Bowring http://twoheartspress.com/new-june-2017-article-and-video-from-dr-kelly-bowring/
ReplyDeleteRosa > pastor Enoch itu kan bukan pastor katolik. Kok pesan nya mengenai Maria dan juga Ekaristi.
ReplyDelete